❄️Bagian 30❄️

626 92 16
                                    

Happy reading ✿

Suara langkah kaki para kuda dan putaran roda-roda gerobak menjadi lagu pengiring perjalanan Pasukan Pengintai menuju distrik Ermich. Awan-awan masih setia menutupi sang rembulan, membuat malam itu hanya diterangi cahaya temaram dari obor yang dibawa oleh para prajurit.

Hanji mengeluarkan batu pengerasan titan lalu membolak-balikkan, menekan dan menerawang dari berbagai sudut cahaya. Menyipitkan kedua mata dan sesekali mendorong kacamata yang bertengger di hidungnya. Ia tampak kesulitan mengamati batu kristal itu akibat pencahayaan yang minim. Elsa tersenyum tipis kemudian jemari lentiknya menyapu udara hingga menciptakan sebuah bola cahaya biru bercampur salju.

Benda itu berpendar dan melayang sampai berhenti tepat di atas kepala Hanji. Menerangi seisi gerobak. Sang Mayor seketika terkekeh geli karena tindakan Elsa. "Ah, terimakasih. Kau sangat pengertian Elsa," ucapnya dan kembali berkutat dengan batu kristal itu.

Ucapan terimakasih Hanji, Elsa balas dengan senyuman ramah. Kuda berwarna gelap kesayangannya, Brownies. Berjalan berlenggak-lenggok sesekali si kuda mendengus sembari meliuk-liukkan kepalanya, meminta Elsa untuk mengelusnya. 

"Kuda itu sangat manja padamu, Nona Elsa." Eren berkata sambil memperbaiki posisi duduk yang membuat punggungnya mulai sakit.

"Ya, dan dia juga sangat manis," balasnya masih membelai lembut kepala si kuda. Brownies meringkik senang ketika Elsa memujinya.

"Hanji." Levi memanggil dengan malas rekannya yang tampak sibuk mengamati sebuah batu. "Oi, kacamata sialan!" Suaranya mendadak meninggi membuat semua orang di sekitar seketika menoleh padanya. Sedangkan Hanji yang dipanggil langsung menoleh dengan sebelah alis terangkat. Sedetik kemudian ia kembali pada batunya.

"Apa hobimu sangat membosankan sampai-sampai kau sangat senang bermain dengan batu itu," ejek Levi dengan wajah yang selalu tampak datar.

"Ya. Kau benar. Hobiku memang sangat membosankan, tapi ini bukan batu biasa. Batu ini berasal dari kulit pengerasan Titan Wanita." Hanji menjelaskan dengan sangat santai, seolah ejekan tadi tidak mempengaruhinya. Perhatian wanita berkacamata itu sepenuhnya tertuju pada batu dalam genggamannya.

"Benda itu tidak menguap?" Armin bertanya dengan nada heran.

"Tidak, meskipun Annie sudah keluar dari tubuh titannya, tapi benda ini masih tetap ada. Hanya saja sebagian besar tubuh titan yang tidak terkena efek pengerasan menguap setelahnya. Lalu aku menyimpulkan satu hal setelah melakukan perbandingan antara batu pengerasan ini dengan pecahan batu pada dinding. Pola dan komponen penyusun keduanya sangatlah mirip. Jadi, menurutku dinding berasal dari barisan para titan dan lapisan terluarnya adalah kulit mereka yang dikeraskan."

Semuanya terkejut mendengar penjelasan panjang Hanji, kecuali Nick yang tetap memilih bungkam dan menunduk. "Persis seperti yang sebelumnya Armin katakan." Mikasa menimpali sembari menoleh pada teman pirangnya.

Tatapan pemuda berambut pirang itu melebar, suaranya mendadak berubah gugup. "Ka, kalau begi__" Belum sempat Armin menyelesaikan kalimat, Hanji sudah lebih dulu membekap mulutnya. Wanita itu tertawa geli dengan kacamatanya yang tampak berkilat.

"Biarkan aku menyelesaikan penjelasanku dulu, Armin. Ini akan menjadi sangat menyenangkan ...." Suara Hanji terdengar bergetar diiringi dengan aura semangat yang makin meningkat. Kini ia tampak seperti seorang maniak. "Baiklah, mungkin saat ini terdengar mustahil. Untuk menutup lubang di gerbang dinding Maria diperlukan batu dengan ukuran yang sangat besar, tapi... jika seandainya Eren dalam bentuk titannya melakukan pengerasan. Dipastikan lubang gerbangnya akan tertutup rapat." 

Mereka semua tercengang dengan pernyataan Hanji barusan. Bahkan Nick melontarkan tatapan tak percaya pada wanita itu.

"Tu, tunggu dulu. Menggunakan a, aku untuk menutup gerbang?" tanya Eren dengan suara yang tersendat-sendat.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang