❄️Bagian 27❄️

713 104 7
                                    

Maaf ya, author lama updatenya. Dikarenakan sibuk di real dan wattpad author yang tiba-tiba berulah setelah diupdate. Bayangin aja dua bab belum publis, berisi +2000 kata lenyap setelah aplikasinya diupdate. Untungnya bab-bab yang udah dipublis lama, sama 4 bab yang belum dipublis gak hilang.  🥲🙏

*

****

Langkahnya tertatih dengan mulut yang sesekali meringis menahan ngilu di kaki. Levi mendekati sebuah ruangan dan tanpa mengetuk dahulu, pria bermata jelaga itu mendorong pintu bercat coklat didepannya hingga terbuka lebar. Memperlihatkan sang Komandan Pasukan Pengintai yang masih berkutat di meja kerjanya dengan ditemani lampu minyak.

Tangan kekar milik pria berambut pirang itu terlihat menggoreskan pena bulu angsa pada kertas-kertas yang ada di hadapannya. Walau sang rembulan sudah cukup lama bertahta di angkasa, tapi Erwin masih sibuk mengerjakan berkas-berkas itu. Lelah dan kantuk seolah belum menyerangnya.

Erwin masih setia melanjutkan pekerjaannya, sesekali ia mencelupkan pena bulu itu pada botol tinta sebelum kembali menggoreskannya ke atas kertas. Sama sekali ia tidak terganggu dengan kehadiran Levi disana, yang kini telah menjatuhkan bobotnya pada kursi panjang dalam ruangan.

Tanpa basa-basi, langsung sang kapten membuka suara. "Tcih, Regu Khusus Penyelamat ya? Aku tidak ingat kalau kau itu orang yang peduli," celetuknya sambil mendengus dengan wajah tanpa ekspresi.

Tangan Erwin yang bekerja sejak tadi seketika berhenti, ia menoleh pada Levi yang menatapnya dengan malas. Ia tahu ke mana maksud ucapan dari rekannya. "Aku masih sama seperti dulu," balasnya sambil terkekeh kecil.

Sebelah alis sang Kapten terangkat. "Benarkah?! Lalu, apa maksudnya itu?" Levi menegakkan punggungnya yang sedang bersandar. Matanya menyipit ke arah Erwin, seolah mencari omong kosong dalam ucapan sang Komandan. "Apa jangan-jangan karena dia?" lanjutnya menerka.

Sebuah senyuman tipis mengulas di wajah Erwin. Pria tinggi berbadan tegap itu meletakkan penanya disebelah kertas kerja. Kedua tangannya bertaut di atas meja dengan mata menatap Levi lekat-lekat.

"Demi kelancaran misi, apapun akan kulakukan. Wanita itu memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap orang lain. Aku sengaja melakukannya agar dia tidak menentang kita. Lagi pula, mereka berdua adalah senjata utama kita menuju kemenangan. Semuanya akan berjalan lancar. Kau tidak perlu khawatir dengan itu."

"Terlalu banyak berpikir sepertinya membuat otakmu cepat berkarat. Kau sudah lupa dengan perjanjian yang kalian buat di penjara bawah tanah pengadilan," timpal Levi cepat dengan nada sinis.

Tak ada yang lucu, Erwin malah terkekeh kecil. "Aku tidak pernah melupakan perjanjian kami, Levi. Setiap detik perjanjian itu selalu menghantui pikiranku bahkan ketika menjelang tidur. Mungkin ini terdengar kejam, tapi aku berharap Elsa tidak akan pernah kembali ke dunianya, agar dia selalu bisa terus membantu kita."

Kedua netra jelaga milik Levi seketika melebar sempurna saat mendengar penjelasan Erwin. Ia tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab ucapan komandannya. Memang tidak dipungkiri dengan adanya mereka berdua, terutama Elsa. Pasukan Pengintai merasa sangat terbantu. Namun disisi lain, keinginan Erwin malah semakin lebih gila dan egois.

Entah apa yang akan wanita itu lakukan jika mendengar ucapan Erwin tadi? pikirnya. Levi bangkit dari kursi dan melangkah meninggalkan ruangan Erwin tanpa berkata apapun.

*****
Seperti biasa kota selalu ramai oleh kegiatan para penduduk. Mereka berjalan kesana-kemari melakukan kepentingan masing-masing. Disepanjang jalanan kota, para Polisi Militer sibuk mengawal sebuah karavan yang akan menuju markas utama Kepolisian Distrik Stohess.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang