4 - Firasat

328 39 4
                                    

BAB IV: Firasat

Firasat (n) hal yang kemunculannya seringkali menginisiasi ketidaktenangan dalam hati.

"I don't know how, but if it's about you, I barely need to think twice."

3000+ words!

"Kalau Aden mau, kita bisa batalkan penampilan Aden kali ini," tawar Pak Bimo. Bapak itu memandangi Reynand yang kini punggung tangannya terpasang selang IV dengan iba.

Reynand ingin sekali memilih hal itu. Namun, tentu jika ia membatalkan penampilannya kali ini pasti orang-orang akan bertanya-tanya apa penyebabnya 'kan?

"Reynand?"

Mendengar panggilan itu, Reynand menoleh kaget. Ayahnya telah berdiri di ambang pintu. Segera saja anak yang kini tengah duduk bersandar di bed itu menatap kesal ke arah Pak Bimo, satu-satunya orang yang pasti telah melaporkan hal ini kepada ayahnya.

"Hey, you okay?"

Reynand tak menjawab. Selain karena memang tak ingin melakukannya, sejak tadi, dadanya masih terasa begitu sesak hingga ia cukup kesulitan untuk berbicara.

Anak itu memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menahan diri agar sesaknya tak terlihat begitu parah. Kini, Gio duduk di samping bed Reynand.

"Nggak usah tampil, ya? Kita periksa ke rumah sakit sekarang," pinta Gio dengan cukup tegas, berusaha menutupi kekhawatirannya. Tangannya terulur menggenggam jemari Reynand yang kini terasa dingin.

Reynand menghela napasnya, iris terangnya yang nampak redup itu kini jelas menunjukkan kalau ia keberatan.

"Ayah akan sampaikan kalau kamu harus pergi mendampingi ayah, bagaimana?" tawar Gio.

Reynand memberi gelengan. Alasan itu tak bisa digunakan dalam situasi seperti ini. Orang-orang mungkin sudah tau, ayahnya telah meminta agar jadwalnya siang ini dikosongkan. Akan aneh jika tiba-tiba pria itu bilang ada urusan dan sampai membawanya. Lagipula, ia tak cukup tega mengacaukan keinginan Raffa, anak itu terlihat begitu antusias saat mengatakan kalau ia ingin menyaksikan penampilannya.

"Rey akan tetap tampil, Yah. Cuma sebentar, Rey bisa tahan," ucap Reynand kemudian.

🎬🎬🎬

Life is worth living - Justin Bieber

Reynand tersenyum tipis sambil menunduk begitu selesai menampilkan nyanyian dan permainan pianonya. Melihat hal itu, Raffa tak bisa menahan dirinya untuk merasa begitu bangga, anak itu kini sibuk bertepuk tangan dengan riuh dari kursi penonton.

"Gila, kak Rey emang keren banget, sih. Cool, ganteng, pinter lagi! Panutan sejati. Gue aja yang cowok seneng ngeliatnya," gumam Leon, anak itu kemudian menoleh ke arah Raffa yang saat ini kebetulan duduk tepat di sampingnya, "Kok bisa, ya, punya adek yang modelan begini?" godanya kemudian.

Raffa berdecak, "Lo gak sadar atau gimana, sih? Semua yang lo sebutin tadi itu juga ada di gue!" protesnya.

"Cool? Of course!

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang