3 - Keinginan

287 32 0
                                    

BAB III: Keinginan

Keinginan (n) sesuatu yang kadang malah dianggap tak penting bagi orang yang telah memilikinya.

"Keinginanku? Melihat kamu bahagia."

3400+ words!

"Eh, anak mama udah siap? Gantengnya!" Candytha memekik semangat begitu melihat putra kesayangannya sampai di meja makan. Raffa tersenyum senang mendengar pujian hangat itu.

"Baju pilihan mama bagus, 'kan? Udah dicoba? Nyaman nggak dipakainya?" tanya wanita itu.

"Nyaman kok, Mum," jawab Raffa sambil kemudian duduk di samping ibunya. Anak itu kini mengedarkan pandangannya ke arah lain, mencari keberadaan dua orang anggota keluarganya yang lain.

"Ayah nggak ikut sarapan?" tanyanya.

"Ayah udah berangkat ke kantor, sengaja datang lebih pagi biar sempat ke sekolahan."

"Wah," gumam Raffa senang. Ia tak menyangka ayahnya yang super sibuk itu sampai mau meluangkan waktu seperti ini.

Perhatian kedua orang itu kini beralih kepada seorang anak lelaki yang baru datang. Tanpa mengatakan apapun, lelaki yang kini mengenakan setelah kemeja berwarna biru muda dengan jas abu-abu yang menutupinya itu segera duduk di kursi yang baru saja ditarik oleh seorang maid untuknya.

"Morning, Kak!" sapa Raffa dengan senyum cerahnya. Kilatnya yang berbinar itu tertuju penuh kepada lelaki di hadapannya. Melihat Reynand mengenakan pakaian formal seperti itu, Raffa bahkan ikut kagum. "Wah, gantengnya," gumamnya.

(sadar Raff, kamu juga ganteng ( ˃﹏˂))

Reynand tak menanggapi ucapannya sama sekali, lelaki itu bahkan tak menoleh sedikitpun ke arah Raffa.

"Kakak berangkat ke sekolah? Jadi tampil, dong, hari ini?" tanya Raffa antusias, tak peduli dengan pengabaian yang baru saja didapatkannya dan masih berusaha mencari perhatian dari Reynand.

Reynand akhirnya menatap anak itu sekilas, memberi anggukan singkat. Mengikuti gerakan Candytha, anak itu kini mendekatkan semangkuk sup yang telah dituangkan untuknya. Melihat respon positif berupa gestur sederhana seperti itu saja, pagi Raffa jadi terasa menghangat.

"Kak, jangan lupa, nanti nonton gue ya?" pinta Raffa.

Reynand tak menjawab. Lelaki itu kembali mengabaikannya dan hanya terlihat fokus memakan supnya.

"Kak? Ya, ya, ya?!" rengek Raffa.

Mendengar adiknya mulai rewel, Reynand berniat akan menjawab setelah menelan makanannya. Namun, belum sempat Reynand menanggapi, Candytha sudah bersuara, "Udah deh, Raff! Kak Rey nggak mau nonton kamu. Lagian apa pentingnya, sih, ditonton dia? Mama sama ayah bakal nonton, kok!"

"Ck, Mama apaan sih?! Raffa juga mau Kakak ikut lihat!"

"Harus berapa kali, sih, mama bilang? Dia ngga peduli sama kamu, Raff! Buat apa kamu mentingin dia?!"

"Kak Rey peduli, kok, sama Raffa! Iya 'kan, Kak?" bela Raffa, kini anak itu mengarahkan pandangannya lurus kepada Reynand, berharap lelaki itu memberikan jawaban yang ia inginkan.

Sayangnya, yang ia dapatkan hanyalah tatapan dingin yang bahkan hanya diarahkan padanya dalam waktu yang begitu singkat. Sesaat, Raffa sadar, Reynand tak seharusnya mendengar keributan di waktu se-pagi ini. Apalagi kemarin kakaknya itu baru diperbolehkan untuk pulang.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang