Bab VIII: Rahasia
Rahasia (n) hal yang pasti dimiliki setiap orang ini kadang menjadi alasan mengapa kita memilih untuk bungkam.
"I'm not lying, just hiding the truth."
⏳
3000+ words
Siang ini, hampir seluruh murid kelas 7 dan 8 di sana berkumpul di gedung serba guna untuk mengikuti kegiatan pramuka yang memang diwajibkan sekolah. Sekitar empat orang pelatih berdiri di depan mereka ditemani oleh beberapa murid kelas 3 sebagai assistantnya.
"Raffa Putra?"
Leon menoleh ke arah Dika saat mendengar nama itu dipanggil untuk diabsen.
"Raffa Putra Nandathama?" Sekali lagi, tak ada jawaban.
"Dika, Raffa di mana?" kakak kelas itu akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Dika, yang kebetulan adalah ketua regu.
"Raffa izin karena ada keperluan mendesak, Kak," jawab Dika dengan sopan.
Beruntung, alasan itu akhirnya diterima dan Raffa dianggap izin meski tanpa memberikan surat keterangan.
□□□
"Pasti yang itu, ya?" tanya Nazaa sambil menunjuk ke arah salah satu murid yang kini tengah berada di barisan regu laki-laki kelas 8A.
"Yang baris di belakang Leon?" tanya Vio.
"Iya, itu," jawab Nadya dengan semangat.
"Wah, gila, manly banget! Kayaknya anak itu rajin olahraga, deh," gumam Nazaa.
Dari kejauhan, Leon melambaikan tangannya karena menyadari kalau anak-anak itu tengah memandangi arah barisan mereka. Melihat hal menggemaskan itu, Nadya hanya bisa terkekeh, "Zaa, itu doi lo dadah-dadah, jangan liatin yang belakangnya terus," ujarnya.
Nazaa kini beralih melihat ke arah Leon dengan sebal, "Ngapain sih anak itu? Dasar freak," gumamnya.
□□□
"Yan, kayaknya lo lagi diliatin, deh," ujar Leon.
"Hah? Sama siapa?" tanya Sean, kaget. Ia tak tau karena sejak tadi ia sedang fokus mendengarkan pengarahan yang disampaikan pelatih di depan. Intinya, di sekolah ini mereka tidak diperkenankan untuk bolos latihan Pramuka tanpa alasan yang jelas.
"Jangan nengok, gue kasih tau aja, itu anak cewek di kelas sebelah pada ngeliatin lo."
Tak mengindahkan peringatan Leon, Sean malah menengok dengan polosnya, ingin tau. Mendadak, jantungnya berdegup kencang ketika memastikan sendiri kalau ternyata Leon tak berbohong. "Anjir, beneran! Kok mereka pada ngeliatin gue, sih?!" bisiknya dengan panik, ia jadi malu setengah mati. Padahal sama sepertinya, anak-anak yang kebetulan sedang memandanginya juga jadi salah tingkah dan malu sendiri.
"Dibilang jangan nengok! Bodohnya," gumam Leon, tak habis pikir.
🎬🎬🎬
"Kakak di mana?" tanya Raffa sambil menunjuk pintu kamar kakaknya yang telah ia buka. Ia telah masuk dan tak mendapati siapapun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionReynandhita spin-off [On-Going] Raffa Putra Nandathama. Begitu mendengar namanya, tak akan ada yang menyanggah anggapan bahwa anak itu terlahir dengan kehidupan yang sempurna. Bagaimana tidak? Tak hanya diberi anugerah paras dan kecerdasan di atas r...