5 - Takdir

300 37 3
                                    

Bab V: Takdir

Takdir (n) sesuatu yang seringkali membuat kita ingin ikut campur untuk mengubahnya.

"Ketika aku ditakdirkan untuk merasakannya, berarti Tuhan telah memberiku kekuatan untuk menghadapinya."

Angin malam terasa begitu dingin bagi Nadya yang hanya mengenakan dress tanpa lengan saat itu. Dari kejauhan, ia melihat Raffa tengah bersandar di samping salah satu kendaraan sambil memainkan ponselnya.

Sesaat kemudian, ia mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya, mengirim pesan untuk lelaki yang kini sedang ia pandangi diam-diam itu.

Nadya
Lagi ngapain lo

Raffa
Gabut

Nadya
Masuk Raff
dingin

Tanpa menjawab, Raffa segera mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Lelaki itu berhasil menemukan Nadya. Namun, ia tak bergerak dan membiarkan gadis itu yang mendekat.

"Kenapa, lo? Galau banget," tanya Nadya. Gadis itu ikut bersandar di samping Raffa.

Raffa tak menjawab dan malah menarik tangan gadis itu. "Eh, mau kemana?!" Nadya refleks menahannya.

Langkah Raffa terhenti, "Masuk. Katanya dingin?" jawab anak itu tanpa ekspresi.

Sesaat, Nadya nyaris tak bisa berpikir karena tindakan sederhana yang Raffa putuskan. Jika sudah menunjukkan hal seperti ini, sikap Raffa jadi terasa berbahaya bagi jantungnya.

"Mau masuk gak?" tanya Raffa.

Nadya kemudian menggeleng.

"Yaudah," ucap Raffa. Anak itu malah meninggalkan Nadya, melangkah menuju tempat kendaraannya terparkir.

"Mau kemana, sih, Raff?!" Seolah tak mendengar, Raffa tetap melanjutkan langkahnya tanpa menjawab, sehingga tak ada yang bisa Nadya lakukan selain mengikutinya.

"Pak, saya tunggu di parkiran sekarang," Tanpa basa-basi, Raffa langsung mengatakan hal itu ketika panggilannya tersambung, kemudian segera menutupnya kembali.

"Ada apa, Den?" tanya pak Asep begitu sampai.

"Saya butuh jaket. Ada, 'kan?" pinta Raffa. Mendengar permintaan itu, tatapan Pak Asep segera beralih kepada pakaian yang dikenakan Raffa. Namun, bapak itu tak berhasil menemukan masalah di sana.

"Pakaian Aden kenapa?" tanya Pak Asep. Ia rasa, Raffa tak membutuhkannya saat ini.

"Ambil aja kenapa, sih, Pak?" pinta Raffa, agak kesal meskipun ia tak punya cukup tenaga untuk menyalurkan kekesalannya.

Bapak itupun membuka kendaraan dan membawakan pakaian yang Raffa minta. Anak itu menerimanya dan segera melempar benda itu kepada Nadya yang sejak tadi hanya diam berdiri di belakangnya. Untunglah refleks Nadya cukup baik, ia berhasil menangkapnya.

"Pakai," perintah Raffa.

"Hah?"

"Masa, sih, lo gak dengar? Pakai, Nad," jelas Raffa sekali lagi.

Sejenak, Nadya melihat jaket yang Raffa berikan dan beralih memandangi pakaiannya sendiri.

"Warnanya nggak nyambung, Raff," ujar Nadya yang masih mengamati jaket yang Raffa berikan.

"Sempet-sempetnya lo mikirin warna," gumam Raffa. Sesaat, ia baru saja tertegun ketika tak sengaja menatap lekat wajah gadis di hadapannya. Ia baru sadar, malam ini, sekali lagi, Nadya berhasil mencuri perhatiannya, gadis itu terlihat begitu cantik.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang