Bab XVI: Between a Rock and a Hard Place
(Phr.) when you are stuck between two equally difficult choices, because there's no side you can think is most right.
⏳️
Warning! 3100+ words
Raffa melangkahkan kakinya dengan tenang ketika melintasi koridor sekolahnya untuk menuju lobby. Anak itu menenteng ponselnya, masih sibuk mencermati beberapa tab berita dan sebuah foto yang sempat ia ambil diam-diam di kamar Reynand tempo hari, foto layar komputer berisi catatan tanggal dan peristiwa penting seputar kecelakaan yang menimpa kakaknya beberapa tahun silam, saat ia bahkan belum lahir.
Dengan cukup serius, ia mencoba membaca setiap berita yang berkaitan dengan peristiwa itu, meski berkali-kali, anak itu terpaksa mengalihkan pandangannya untuk membalas sapaan dari beberapa murid yang berpapasan dengannya.
"Raff!"
Raffa menghentikan langkahnya, menunggu orang yang baru saja memanggilnya itu agar mengejar langkahnya. Ia tak merasa perlu menoleh karena mendengar suaranya saja ia sudah bisa menebak itu siapa.
"Aku kira kamu udah pulang. Tadi ke kelas kamu ternyata kamunya nggak ada. Kamu dari mana?"
Meski tak menjawab, Raffa membiarkan lengannya digandeng oleh Licia, anak itu kemudian menyimpan ponselnya sambil melanjutkan langkah.
"Ada apa, Raff?" tanya Licia, begitu menyadari aura dingin yang tak sengaja Raffa tunjukkan.
"Ada apa?" Raffa bertanya balik. Sesaat, ia baru terpikir kalau belakangan ini ia kurang menunjukkan afeksi kepada gadis di sampingnya. Waktunya banyak tersita oleh urusan keluarga dan tugas sekolah hingga ia jadi tak punya cukup waktu untuk memberi perhatian.
"Nonton, yuk!" ajak Raffa tiba-tiba.
Sesaat, Licia dibuat cukup kaget karena Raffa jarang mengajak duluan seperti ini, tapi tak ingin ambil pusing, ia segera menyambut ajakan itu dengan senang. "Boleh! Di rumah kamu?" tanyanya kemudian.
"Nope, di luar aja. Bilang sopir kamu, kamu pulang sama aku," pesan Raffa.
□□□
"How cute!"
Licia memekik gemas begitu melihat boneka kucing yang dipajang di etalase salah satu toko ketika mereka lewat untuk pulang.
"You want it?" tanya Raffa, anak itu terlihat cukup serius saat menanyakannya.
Tak menunggu jawaban, Raffa melanjutkan langkahnya, tapi kemudian anak itu malah berbelok, memasuki toko di sampingnya.
"Kak, boleh tolong ambilin yang itu?" Raffa menunjuk ke arah salah satu rak yang berada di atas ketika salah seorang pelayan toko menghampirinya.
"Eh, Raff?-"
"Yang itu, 'kan?" potong Raffa.
Tak punya kesempatan untuk berpikir, Licia akhirnya memberi anggukan.
"Cash atau kredit, Kak?" tanya kasir di depan mereka begitu boneka dengan ukuran yang cukup besar itu berhasil diturunkan.
Tak menjawab, Raffa mengeluarkan kartu debitnya dari dalam dompet, menyerahkannya, "Ini, Kak," ucapnya.
Sesaat, kasir tadi sempat tertegun begitu melihat jenis kartu yang Raffa keluarkan. "Ah, baik, tunggu sebentar, ya," ujarnya dengan cepat begitu menyadari kalau anak itu menatapnya dengan bingung karena kartunya tak kunjung ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionReynandhita spin-off [On-Going] Raffa Putra Nandathama. Begitu mendengar namanya, tak akan ada yang menyanggah anggapan bahwa anak itu terlahir dengan kehidupan yang sempurna. Bagaimana tidak? Tak hanya diberi anugerah paras dan kecerdasan di atas r...