Keheningan di meja makan milik keluarga Andara terpecah setelah Bintang turun dari lantai dua. Gadis berpiayama doraemon itu bukan tergesa hendak makan malam karena kelaparan, tapi terburu ingin memamerkan hasil ujian blok kemarin pada Papi-nya.
Tariksa yang baru saja selesai menyusun hidangan di atas meja pun tersentak melihat anak bungsunya.
"Papiiiiiii... lihat ini, lihat!" Bintang menyodorkan ponselnya begitu semangat. Memperlihatkan huruf B pada kolom sejajar namanya. "Ujian blok 17 kemarin dapat B dongggg!"
Angkasa yang baru sampai rumah tak sengaja mendengar sorak girang adiknya pun tak kuasa mencibir. Kebahagiaan Bintang adalah momen untuk menghina bagi Angkasa.
"Baru dapat B aja udah senang. Palingan juga nilainya pas-pas makan, dikit lagi merosot ke C plus."
Kepala gadis itu tertoleh menyorot tajam wajah letih sang abang. Lelaki jangkung itu menyampirkan snellinya di atas kursi makan sebelum ikut bergabung duduk.
Bintang sudah hampir mengamuk kalau saja tak mendengar suara Jenan yang datang menyusul.
Maklum saja, semenjak kasus kening lelaki itu yang tergores sampai berdarah, ia jadi takut pada lengkuas berjalan sejenis Jenan.
"Loh, dia ngapain di sini?" gumam Bintang tak sengaja.
Habisnya keberadaan Jenan yang terlalu sering di rumahnya cukup menganggu kebebasannya yang jadi terbatas di kamar saja.
Andara menoleh untuk menjawab, "Papi yang nyuruh. Sekalian katanya ada perlu sama kamu."
"A—aku?" ucap Bintang tanpa suara. Mati kutu detik itu juga.
Menyadari perubahan sikap adiknya yang mendadak diam, Angkasa gatal menyeletuk, "memang cuma sama Jenan, ini anak baru bisa diam."
Andara mengangguk setuju. "Makanya Papi niat nikahin Bintang sama Jenan aja."
"Uhuk!"
"Iiihh Papi!"
"Sabar-sabar, Jen, minumnya pelan-pelan aja," kekeh Angkasa puas menepuk punggung sohibnya.
Lelaki berkemeja dongker itu melirik Bintang yang langsung buang muka ketika mata mereka sempat bertemu. Ujung keputusan dari kejadian mereka yang terciduk tidur bareng adalah sebuah pertunangan. Meski Bintang dan Jenan telah menjelaskan sedetail mungkin urutan setiap pergerakan mereka malam itu dan diterima akal jika semuanya murni kecelakaan kecil.
Namun, diakhir justru pihak dari keluarga Jenan a.k.a Papanya memberi celetukan ide untuk menjodohkan Jenan dengan Bintang yang disambut baik oleh Andara and fams.
Sekalian hitung-hitung memperkuat tali persahabatan yang sudah terbangun sejak lama. Juga sebagai bentuk tanggungjawab pihak Jenan karena sudah ceroboh.
Meski hanya sebuah ketidaksengajaan, Andara tetap merasa rugi sebab anak perawannya sudah ditindih-tindih oleh lelaki yang bukan siapa-siapanya.
Bintang melengos sebelum melanjutkan tujuannya turun ke bawah. "Oke next! Karena udah berhasil putusin rantai carbon dinilai ujian. Bintang mau tagih janji Papi." Telapak tangannya terulur meminta sesuatu.
"Mau minta apa?"
"Balikin fasilitas Bintang," lanjut gadis itu dengan nada sok imut sembari menangkup kedua tangan di depan dada.
Reflek menimbulkan respon mau muntah ala Angkasa yang geli melihat tingkah adiknya.
Lelaki itu menyudahi minumnya dan melambaikan tangan pada Andara. "Jangan, Pi. Nanti anaknya gak tau pulang lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomanceMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...