"Dia sehat?"
Mata indah Bintang melotot galak dengan stik es krim dalam mulut yang tergigit keras, sebagai pelampiasan karena tak bisa menyalurkannya pada Jenan. Sebab dari semalam, tingkah laku lelaki itu terus-terusan memancing emosinya.
"Salah makan apa gimana, sih itu temen lo?!"
Suapan Angkasa terjeda sejenak. "Tunangan lo itu."
"Argh! Dia kenapa, sih?!" erang Bintang.
Langkah mungil tergesanya menyambangi tempat Jenan berpijak, yaitu di depan pintu yang sedang mengusir Maraka. Tadinya Bintang pikir Jenan hendak membukakan pintu, taunya eh taunya.
"Ngapain, sih?" Tepukan pelan itu mendarat pada punggung Jenan. "Minggir, Maraka mau masuk."
"Gak boleh. Jam berkunjung udah habis! Abang lo mau istirahat," jawab Jenan dan balik melayangkan tatapan galak dari celah pintu pada sosok serba hitam di balik pintu.
Maraka menghela napas panjang. "Gue mau ketemu Bintang, bukan Bang Kasa."
"Ya jelas, itu lebih gak boleh!"
"Bang Jenan!"
Kepala lelaki itu tertoleh ke belakang setelah punggungnya terasa digebuk untuk kesekian kali oleh Bintang. Jenan mendelik galak lalu berucap, "diem lo bocil. Bobo siang sana!"
Di bagian luar, Maraka dan plastik buah serta jajanan ringan untuk Bintang kembali menghela napas. Was-was melirik beberapa perawat yang berseliweran di lorong VVIP terus menatapnya aneh. Wajar saja, penampilan Maraka saat ini memang jauh dari kata normal dan mencurigakan. Serba hitam, serba tertutup dari ujung kaki sampai kepala.
Tapi mau bagaimana lagi.
Demi bertemu Bintang, samudra pun bakal ia lewati. Iya dilewati pakai kapal mewah, bukannya menyelam. Adanya Maraka bengek kalau berenang menyebrangi samudra.
"Bang Jenan minggir, iihh!"
"No!"
"Abang!"
"Woi, jangan berisik ngapa. Kepala gue cenat-cenut dengarnya!" seru Angkasa susah payah setelah menyingkirkan sisa makan siangnya.
Sepasang manusia yang tadi membuat kegaduhan itu terdiam, keduanya saling melirik ke arah lelaki berseragam pasien rumah sakit di ujung sana.
Tepukan sadis kembali menyambangi punggung Jenan. "Gara-gara lo!" dumel Bintang tertahan yang melanjutkan dengan cubitan kesal hingga Jenan meringis tanpa suara karena takut Angkasa ngamuk lagi.
"Kenapa gue?!"
"Berisik lo! Makanya minggir daripada gue cubit nenen lo!"
"Gue cubit balik punya lo," balas Jenan tanpa dosa diakhiri smirk menyebalkan.
"Lo- Abmmpphh!"
Buru-buru Jenan menyumpal mulut pengadu tunangannya yang sudah bersiap melapor. "Ck! Bercanda. Baperan!"
Tangan kokoh Jenan terhempas begitu saja. "Makanya awas!"
"Gak!"
"Minggir! Gue mau ketemu Maraka!"
Arloji seharga ginjal milik Maraka kembali terlirik oleh sang empunya. Penyanyi solo yang sejak tadi mendengar segala kerusuhan dari dalam sana pun membuka suara. Sudah waktunya untuk ia pergi, ada pekerjaan yang menanti.
"Babe, are you there?" panggil Maraka bad mood.
Jika tak ingat sedang di rumah sakit, mungkin sudah dari tadi penghalang di depannya itu ia dobrak dan menimbulkan keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomanceMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...