"Chan, ada Bintang di depan, cariin lo!" seruan salah satu teman koas siklusnya mengalihkan fokus kerja Chandra yang baru selesai menangani pasien.
Lelaki berjas putih melangkah tegas menemui gadis berambut sepunggung kecokelatan yang tengah dalam posisi membelakanginya.
Chandra berdeham ringan menyadarkan, menggundang tubuh mungil Bintang berbalik. Bahkan dari jarak mereka sekarang, ia bisa melihat jelas guratan kecewa pada netra indah favoritnya yang kini membuang pandangan ke arah lain.
Langkah Bintang maju dengan ragu. Ia mengikis jarak berniat membuka mulut, tapi lebih dulu terpotong oleh Chandra yang meminta untuk diikuti.
Mereka berhenti di bagian belakang fakultas. Hingga menit ke lima, tak ada dari keduanya yang enggan membuka suara. Bibir sepasang kekasih itu seolah terkunci rapat, diam seribu bahasa.
Bintang berdeham menelan cekat pada tenggorokannya. Ia tau bagaimana keras kepala lelaki yang sudah bersamanya dua tahun belakangan itu. Jika tak ada yang memulai, maka tidak akan kata akhir untuk mereka hari ini.
"To the point aja. Aku mau kita putus," ucap Bintang sedikit bergetar.
Gadis itu berkedip cepat sembari menatap langit demi menghalau genangan air mata yang sudah dipelupuk. Ia tak sudi menangis di depan manusia yang sudah menyakitinya.
Ia melanjutkan, "tanpa dijelasin, aku yakin kamu udah tau alasannya."
Kekehan hambar terdengar dari arah Chandra. Lelaki itu menoleh bersama ekspresi menyebalkan khas dirinya. "Gak segampang itu."
"Aku gak butuh persetujuan kamu untuk hal ini."
Tubuh tinggi Chandra menghadap penuh pada Bintang. Wajahnya terkesan lebih serius kali ini. "Tentu butuh. Kita jadian karena mau sama mau, begitu pula kalau putus. Bukan cuma kamu yang harus setuju. Tapi aku juga."
"Kalau gitu kamu harus setuju kita putus."
"Enggak."
Sudut bibir Chandra terangkat sebelah tanpa rasa bersalah. Tak ada penyesalan yang ditunjukan lelaki itu sama sekali. Semakin mengeruk jurang kecewa lebih dalam untuk Bintang.
Bintang tak mengerti bagaimana bisa lelaki di hadapannya berubah drastis hanya dalam waktu singkat. Sisi lain Chandra yang tak pernah Bintang lihat. Atau sebenarnya memang begitu adanya, hanya saja ia selalu tutup mata dengan kelakuan brengsek pacarnya. Sebab Bintang tak pernah benar-benar memergoki Chandra selingkuh atau sekedar jalan dengan siapa pun, sampai malam tak diinginkan itu terlewati bersama banyak air mata.
Tawa sarkas itu terlontar sebagai tanggapan Bintang. Ia berusaha sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja.
Gadis itu memasang senyum hina andalannya. "Up to you. We're still break up."
Kaki mungil itu akan melangkah pergi, andai sebuah cekalan tak menahan.
"Udah gitu aja?" tanya Chandra. "Aku kayak gitu juga karena siapa?!" bentaknya tanpa sengaja.
Di lain sisi, Angkasa yang tadi ingin ke parkiran belakang tak sengaja melihat adiknya. Ia hampir saja menghampiri untuk menjotos wajah tengil Chandra kalau saja Jenan tak menahan agar membiarkan Bintang menyelesaikan masalahnya.
Kedua bahu Bintang terputar paksa menghadapnya. "Lihat aku!" pinta Chandra tegas. "Dia cuma pelampiasan akibat kita gak bisa lakuin itu karena aku hormati keputusan kamu."
"Dasar gila!"
"Memang gila dan itu karena kamu."
"Lepas." Bintang menyentak tangannya hingga terbebas dari Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomantizmMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...