"Siniin."
Bintang sontak berbalik menghadap Angkasa yang tiba-tiba saja merampas kunci mobilnya.
Gadis itu berusaha mengambil kembali, tapi digagalkan karena Angkasa sengaja mengulurkan tangan ke atas.
Ya, secarakan tubuh Bintang imut-imut bak miniatur. Meskipun berjinjit, ia tetap tak bisa menggapai benda dalam genggaman saudara menyebalkannya itu.
"Bang! Gue udah kesiangan ini!" kesal Bintang setelah melirik arloji di pergelangan tangan. "Becandaan lo gak lucu, balikin!"
"Siapa yang melucu? Gue bukan Sule, wle." Angkasa menjulurkan lidahnya lalu segera mengantongi kunci mobil Bintang. "Lo pergi sama Jenan aja."
"Sehat lo?"
"Alhamdulillah abang lo yang cakep ini sehat wal'afiat," jawab Angkasa kalem yang semakin membuat Bintang berang.
Tendangan Ronaldowati andalannya pun mendarat mulus pada tulang kering Angkasa. Lelaki itu berguling-guling seperti cacing kepanasan di lantai garasi sembari memegangi kaki.
Belum lagi melanjutkan tindakan penganiayaannya, sebuah cekalan di pergelangan tangan menghentikan pergerakan Bintang. Gadis itu mendengus sebal menatap Jenan yang entah sejak kapan sudah di rumahnya.
Bintang berdecak sebal. "Lo lagi! Lo lagi! Kenapa tiap hari, gak di mana-mana muka lo terus yang gue lihat!" geramnya.
Sudahlah perutnya sedang keram karena kedatangan tamu bulanan, tadi juga sempat mendengar Andara yang mengomeli pakaiannya, lalu Angkasa juga berulah dan sekarang kemunculan Jenan yang tak diharapkan.
Lelaki berkemeja hitam itu menghela napas panjang. "Ganti rok dulu sana, habis itu gue antar ke kampus."
"Gak! Gue bisa pergi sendiri!"
"Jangan batu, Dek. Itu Papi marah lihat rok lo kependekan," timpal Angkasa yang masih terduduk di lantai. "Ntar ditegur dosen baru nyaho lo!"
"Biarin! Gak usah sok peduli. Urus aja hidup—"
"Bintang," panggil Jenan.
Tak ada nada marah atau apapun di sana. Lelaki berahang tegas itu hanya menatap lurus gadis di depannya yang kini terdiam dengan ekspresi cemberut.
"Ganti roknya. Habis itu gue antar," ulang Jenan sabar.
"Enggak mau," cicit Bintang takut-takut menatap Jenan.
"Berarti lo mau telat."
"Gue bisa ngebut!"
"Dan lo pikir gue bakal izin—akh! Sakit, Dek." Angkasa mengusap-usap rambutnya yang baru saja dijambak sekilas oleh sang adik.
Jenan maju selangkah agar lebih merapat. Sengaja mengintimidasi Bintang dari jarak dekat dengan tatapan tak ingin dibantah.
"Ini yang terakhir gue bilang...." Jenan menjeda ucapan, "ganti roknya, atau mau gue yang ngelepasin itu dari lo?" lelaki itu menampilkan smirk maut andalan.
Bintang melotot kaget. "Hiish! Resek!"
Tenggorokan Bintang terasa kering seketika. Aura intimidasi Jenan jelas bukan tandingannya. Gadis itu berdecak sebal meninggalkan dua lelaki dewasa yang merecoki paginya dan kembali menuju kamar.
Meski tak rela, akhirnya ia memilih mengalah dan mengganti rok dengan celana bahan.
Andara yang melihat penampilan baru putrinya berseru heboh sembari mengacungkan jempol. Tapi tentu saja tak dilirik sedikit pun.
Setelah itu Bintang langsung meneriaki Jenan agar lekas masuk ke mobil yang berujung dipatuhi saja.
"Pakai seat belt-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomansaMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...