"Jangan masuk!"
"Astaga, apa ini?!"
"Sini lo brengsek! Bangun, sialan!"
BUGH!
"Kasa, udah!"
"Minggir, Mi!"
Anak kedua Andara itu kembali menghantamkan bogem mentah pada seseorang yang tadi tertidur dalam dekapan Bintang. Gadis berwajah bantal itu terusik mendengar kehebohan di dekatnya, ia terbangun sembari meringis memegangi kepala.
Andara yang baru tiba di kamar Bintang setelah mendengar teriakan istrinya pun terkaget mendapati kondisi anak gadisnya yang hanya mengenakan sepotong bra.
"Memang anj*ng lo!" Lagi, pukulan telak mendarat pada wajah bantal Jenan yang bahkan masih tak paham situasi.
Ia baru terbangun karena tarikan kasar Angkasa dan tiba-tiba mendapat ucapan selamat pagi lewat tinjuan penuh.
Dengan cekatan Andara memisahkan kedua lelaki itu. "Kasa, stop!"
"Papi gak lihat mereka ngapain?!" bentak Angkasa menggebu menunjuk Bintang dan Jenan bergantian. "Lo!"
"Mi... Pi... ini kenapa?" Bintang mengerjapkan mata berkali-kali saat Tariksa menutupi tubuh anak perempuannya dengan selimut. Jenan pun sempat sama kagetnya begitu sadar akan keadaan Bintang.
"Lo tanya lagi kenapa?! Sehat otak lo?!" Angkasa maju selangkah, hampir bertindak kasar pada adiknya kalau saja Jenan tak sigap memasang badan.
Kepala rumah tangga itu mengusap kasar wajahnya. Andara menarik napas dalam untuk menenangkan pikiran kusut pagi itu.
Sorot tajam lelaki itu menghunus ke arah anak-anaknya sebelum berbicara,
"Angkasa ikut Papi ke bawah. Bintang dan Jenan, kalian benahi dulu pakaian kalian lalu turun ke bawah. Segera!"Seperginya tiga orang dewasa itu, menyisakan Jenan dan Bintang yang berujung saling pandang. Namun, belum sampai detik ketiga, keduanya langsung membuang muka. Bila Jenan merasa gerah melihat kulit terbuka Bintang yang leluasa dapat dilihatnya, begitu pula Bintang yang merasakan panas pada pipinya. Ia merona mendapati tubuh atletis Jenan dalam keadaan shirtless dan hanya mengenakan trunk underwear yang mencetak jelas sesuatu menggembung di pangkal paha lelaki itu. Cukup membuat Bintang salah fokus berulang kali bersama pikiran kotor yang mendadak traveloka ke sana-sini.
Ia tak tau apa yang sudah mereka lakukan, sampai mereka berakhir dengan kondisi vulgar.
Malam itu ia sangat mengantuk setelah menelan pil obat tidur, meninggalkan kericuhan teman-temannya yang masih bersemangat menghabiskan malam. Jenan hanya teringat di sisa kesadaran yang mulai menurun ia pergi ke toilet di luar kamar Angkasa karena milik lelaki itu sedang rusak. Dan setelah menyelesaikan panggilan alam, ia kembali ke kamar. Tapi bodohnya tak menyadari jika ruangan yang dimasuki adalah milik Bintang.
Jenan menghela napas gusar. Pikirannya kalut mencari jawaban dari insiden tak terduga pagi ini. "Gu-gue juga gak paham kita ngapain," gumamnya begitu lirih.
"Gue tau kemungkinan kita ngapain."
Sepasang iris cokelat terang milik Bintang bersitatap menemui mata legam Jenan.
"Bisa jadi kita habis berkembang biak, Bang," lanjutnya nelangsa.
🪥🪥🪥
Kedua orang tua Bintang, Angkasa menyapa ramah kedatangan keluarga yang mereka tunggu. Terutama kehadiran pemuda seusia Bintang yang kini tersenyum sumringah menyalami Andara dan Tariksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
Roman d'amourMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...