"Akh! Anj!" umpat Bintang tertahan sembari membersihkan serpihan kulit tajam salak dari permukaan jari.
Hendak mengambil pisau ke dapur, cuma malas bergerak.
Lapar, tapi bingung mau makan apa.
Ingin minta dibuatkan sesuatu oleh Angkasa, hanya saja Bintang takut kena semprot.
Jadilah buah di atas meja makan yang menjadi sasarannya. Namun, sayang yang tersisa hanya salak. Si buah dengan kulit runcing yang agaknya memang merepotkan.
"Beh, pantas Nia Ramadhani gak bisa buka salak. Emang susah, sih! Tapi gue bisa buka, kalau gak mager kayak sekarang aja."
Gadis berpiayama itu mendengus sebal melampiaskan rasa bosan. Pandangan Bintang berpencar menelusuri sekitar rumah yang siang itu terlihat bagai tak berpenghuni. Mami-Papinya sudah pergi sejak pagi, sedangkan Angkasa masih molor menghabiskan waktu weekend dengan molor seharian.
Semenjak pulih dari kecelakaan beberapa bulan lalu, abangnya itu dua kali lipat menjadi lebih galak. Maka itu Bintang makin menciut kalau nekat mengganggu Angkasa. Sekarang malah lebih baikan Jenan.
Sebuah desah kecewa lolos dari mulut cemberut Bintang. "Dia lagi ngapain, ya? Tumben gak nginap di sini. Padahalkan weekend."
"Eh? Ck! Apaan, sih pakai dipikirin. Argh!" monolog Bintang mengacak rambut panjangnya. "Bodo amat!"
Bintang kembali meraih buah salak yang tadi sempat ia lempar ke keranjang buah. Memikirkan Jenan sama saja bunuh diri karena jauh dalam hatinya ada sesuatu yang mati-matian Bintang sangkal. Perasaan itu, entah sejak kapan terus berkembang tanpa izin. Ia menyadari jika telah jatuh dalam pesona Jenan dan itu adalah bahaya. Sebab Bintang sadar, siluman lengkuas itu berbeda dari kebanyakan lelaki yang pernah ditaklukannya.
"Dari awal udah wanti-wanti, jangan terlalu urusin hidup gue. Kan lihat jadinya! Gue baper, setan."
Lagi, Bintang berdecak. "Udah gak usah dipikirin! Bentar lagi juga kontrak kalian selesai!" omelnya sambil mengantuk-antukkan ujung salak ke atas meja.
Terhitung tinggal satu bulan tiga hari lagi masa pertunangan mereka akan menemui akhir. Dan sialnya hanya Bintang yang mengalami perubahan, ya perubahan perasaan! Sementara Jenan masih tetap lelaki yang sama.
"Tapi dia kadang perhatian?"
Kepala Bintang menggeleng keras. "Perhatian dari mana kalau banyak ngomelnya, galaknya, marah-marahnya!"
"Dia posesif? Apa karena cemburu? Halah, mimpi. Bintang wake up! Jelas-jelas semua udah ada dikontrak, dia begitu biar lo gak kebanyakan gebetan! Itu goals Abang lo."
Bintang masih ingat jelas bagaimana cara Jenan yang begitu lancang mencampuri kehidupannya. Semenjak panggilan 'sayang' lelaki itu padanya di depan publik waktu dulu sangat berdampak pada koleksi buaya Bintang yang menyusut drastis.
Rata-rata dari mereka takut pada Jenan. Selain dikenal galak, otot di tubuh lelaki itu juga merupakan faktor utama yang membuat lawan balik badan, grak!
Paling hanya beberapa pejantan tangguh yang masih berani mendekati Bintang, tapi itupun hanya bertahan sebentar karena Jenan selalu punya cara tersendiri untuk menjauhkannya. Sampai Chandra, si manusia paling keras kepala versi Bintang pun memilih menyerah.
Ah-terakhir Maraka.
Mungkin bisa dibilang, tinggal lelaki blasteran itulah yang menjadi lawan Jenan satu-satunya. Dulu.
Sebelum perlahan Jenan berhenti mempedulikan lelaki mana saja yang mendekatinya seperti sekarang.
"Tapi dia-baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomansaMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...