Mau baca cerita menarik yang lain? Jangan lupa mampir ke fizzo--> kumbangmerah
🩹🩹🩹
Bintang mematikan layar ponselnya sehabis membunuh waktu dengan berselancar di dunia instagram. Ia sedang dalam masa hukuman berkat laporan Angkasa mengenai tragedi jambak-jambakan Bintang vs Zora di kampus. Alhasil gadis itu dilarang keluar kamar selama weekend ini dan terpaksa mengurung jiwa buaya betinanya yang batal kencan.
Bunyi klik dari arah pintu menyentak Bintang untuk segera menyimpan ponsel ilegalnya. Sebab itu adalah hp lain yang Bintang beli tanpa sepengetahuan siapa pun di rumah. Sengaja ia lakukan untuk berjaga-jaga di situasi seperti sekarang, yaitu dilarang keluar kamar, tanpa akses internet baik dari gadget maupun laptop, tak boleh menonton tv, mendengar musik atau apapun selain diam merenung seperti penjahat dalam sel.
Sosok jangkung berkaos oblong itu masuk membawa dua plastik besar berlogo huruf G di depannya. Bintang menebak Angkasa baru saja memesan makanan online untuk diri. Tapi-
"Bukan dari gue. Gatau siapa yang pesan, tapi notenya buat lo." jelas Angkasa mengenyahkan ekspetasi Bintang kalau lelaki itu peduli terhadapnya.
Abang keduanya itu memang menyebalkan setiap hari.
Dua bungkus plastik tergeletak di atas meja belajar. Angkasa bersandar dekat sana, melipat tangan sembari menunggu adiknya membuka isi makanan. Jujur saja ia lapar dan ingin mencutil sedikit. Tadinya kiriman itu mau Angkasa gelapkan, tapi sial notes yang terlampir malah mengutuknya secara tak langsung kalau berani mengambil makanan Bintang tanpa izin. Seolah si pengirim sudah hapal akan kelakuan Angkasa yang satu itu.
Bintang mengikuti arah pandang abangnya. "Mau lo?"
Residen berwajah tampan itu mendeham singkat. Perutnya keroncongan sejak Tariksa pergi bersama Andara tanpa meninggalkan makanan. Dan ialah yang kena getah untuk mengawasi Bintang selagi kedua orang tuanya pergi. Mau pesan makanan online pun, Angkasa juga terlalu malas hendak memilih apa. Jadilah ia cuma diam di kamar sembari running baca komik.
"Beneran mau?"
"Emang boleh?" Mata berbinar Angkasa tertuju kearah Bintang.
Gadis itu tersenyum manis. "Ya enggaklah. Beli sendiri!" ucapnya kejam seraya mengambil makanan lalu mengusir paksa Angkasa.
"Dih pelit banget lo! Orang pelit kuburannya sempit!"
"Kalau pelit sama manusia ember kayak lo sih gak akan dosa! Justru gue berpahala! Cabut sana!"
"Heh! Gak boleh pelit sama saudara sendiri. Nanti lo gendut, mending gue aja yang makan. Sini bagi." Angkasa mencoba meraih bungkusan, tapi malah mendapat tepisan galak dari sang adik.
Bibir Bintang mengerucut sebal. Tiba ada maunya saja, baru Angkasa bersukarela mengakui kalau mereka saudara.
Sebuah desisan terlontar dari dari mulut Bintang. "Dasar cowok ya emang di mana-mana sama semua. Waktu ada maunya aja, langsung pura-pura baik!"
"Dih. Pengalaman sama si pucek boi mantan lo itu?!" cibir Angkasa.
Ia sudah mendengar alasan saudari perempuannya itu bertengkar dengan Zora. Awalnya lelaki itu cukup kaget karena takut Bintang sudah diapa-apakan Chandra seperti pengalaman Zora. Namun mengenal bagaimana sifat asli Bintang, meski nakal, Angkasa yakin adiknya bisa menjaga diri dalam pergaulan.
Yah, nakal sedikit bolehlah asal tau batasan. Lagian dosa juga ditanggung masing-masing, itu pendapat Angkasa.
Butuh waktu setengah jam hingga akhirnya Bintang iba memberikan sebungkus makanan untuk Angkasa dengan isi yang ternyata sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 365 DAYS [COMPLETE]
RomansaMAU BACA CERITA MENARIK YANG LAIN? BOLEH MAMPIR KE FIZZO --> kumbangmerah _________________________________ Seperti kutipan kalimat, "yesterday is history. Tomorrow is a mystery." Dunia Bintang seakan jungkir balik setelah mendengar keusilan Pap...