Penulis: Dian Putri K. tae_bu17
Happy reading. 💐
.
.
."Apa yang kau lakukan di kantin sekolah mentraktir makan gadis miskin?"
Faro yang baru saja masuk ke dalam rumah yang begitu mewah itu langsung berhenti ketika sang ayah yang tiba-tiba bertanya padanya.
"Memang apa salahnya jika aku mentraktir makan Lea? Hanya membelikannya makan bukan berlian," jawab Faro dengan tangan mengepal menahan emosi. Apa katanya 'miskin'? Bagaimana bisa orang terpandang seperti ayahnya berkata demikian.
"Entah itu makan atau berlian tak seharusnya kau mentraktirnya bisa besar kepala gadis miskin itu. Hari ini kau membelikannya makan bisa jadi besok atau seterusnya dia malah meminta hal-hal aneh lainnya."
"Ayah, Lea bukan gadis yang seperti itu. Dia gadis baik-baik Ayah bahkan dia salah satu murid pintar di kelasku." Faro sebisa mungkin untuk tidak terpancing dengan kata-kata ayahnya yang mengatakan hal buruk terhadap Lea, padahal ia tak tahu bagaimana baiknya seorang Algalea La Darco.
"Ayah tak peduli apakah dia baik atau pintar sekalipun dia hanya gadis biasa gadis miskin yang tak punya apa-apa! Bahkan yang kudengar dia sekarang yatim piatu hanya tinggal sendiri di rumah lusuh. Apa yang bisa kau banggakan darinya? Harta dia tak punya lalu apa, hanya sifat baiknya saja yang kau banggakan? Itu tidak cukup Faro, semua membutuhkan uang. Lalu bagaimana bisa kau dekat gadis seperti dia, lebih baik kau dekat dengan Danare. Lihat dia, gadis cantik, dari keluarga terpandang pula. Lengkap sudah Danare itu."
Di tengah perdebatan antara Faro dan sang ayah tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu mewah dengan segala barang branded yang wanita itu kenakan berjalan anggun menghampiri pria yang lWanita itu duduk di sofa mewah disampaing sang suami.
"Apa kata ayahmu itu benar Faro. Kau lebih baik dekat Danare daripada si gadis lusuh dan miskin itu. Ibu lebih mendukung kau dengan Danare." Faro jengah mendengar kedua orang tuanya yang menjelekkan Lea, mereka malah memuji Danare yang jelas-jelas tidak ada kebaikan di hati gadis itu, bahkan Danare sering merundung siswa-siswi beasiswa di sekolahnya.
"Danare jelas latar belakangnya. Dia lahir dari orang terpandang dan juga mapan, orang tuanya juga sahabat ayahmu. Jadi, jelas kami lebih mendukungmu dekat dengan Danare bukan dengan gadis miskin itu! Gadis miskin itu pasti tak punya latar belakang yang bagus."
Demi Tuhan Faro lelah menghadapi kedua orang tuanya itu. Faro bahkan baru pulang sekolah belum mengistirahatkan tubuhnya dari penatnya sekolah, perkataan orang tuanya membuatnya tambah lelah.
Ingin rasanya Faro memperlihatkan bagaiamana sifat asli dari Danare yang mereka puji-puji itu, apa reaksi mereka ketika melihat secara langsung sifat asli dari Danare, apa mereka akan tetap memuji si Danare itu?
Hah, daripada memikirkan itu Faro lebih baik berjalan ke arah tangga menuju kamarnya di lantai dua. Dia lelah dengan rutinitasnya di sekolah ditambah kedua orang tuanya yang membuatnya emosi dengan perkataan pedas mereka.
"Hei, Mau kemana kau? Ayah dan ibumu ini masih berbicara dan kau main pergi saja? Tidak sopan sekali!"
"Ayah cukup!, aku lelah. Aku ingin beristirahat," Faro berhenti dan membalikkan badan. "Apa Danare yang mengadukan itu apa ibu?"
"Iya. Tadi Danare mengirimkan foto kau sedang duduk berdua di kantin. Dan kau Faro nanti saat jam makan malam kau harus turun dan pakai jas yang sudah ibu siapkan di kamarmu, ada tamu istimewa akan datang ke mari. Jangan sampai kau merusak rencana makan malam ini Faro."
Faro memilih tak menjawab perkataan ibunya, dia lanjut berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Faro tak peduli dengan acara makan malam nanti walaupun sudah diperingatkan hanya saja dia tak mau ikut dalam acara itu, dia ingin beristirahat. Hari ini terasa begitu berat baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumus Rubik
FantasyAlgalea, gadis lugu yang begitu baik hati terhadap sekitar. Seorang anak penyihir yang memikul janji besar dari sang ayah. "Ayah titipkan semua ini padamu, Lea." *** "Mengapa aku terlalu bodoh?" -- Bagaimana gambaran janji yang disampaikan sang ayah...