Bab 17

4 1 0
                                    

Penulis: Vina Febriyanti vin_febriii

Happy reading. 💐
.
.
.

Danare dan Faro memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Mengingat waktu yang semakin malam tak baik untuk kesehatan Danare.

Namun, Rehan dan Lea masih melanjutkan acara malam mingguannya yang sedikit terganggu karena kehadiran Faro dan Danare.

"Lihatlah, langit yang sedari tadi mendung membawa hawa dingin. Saat ini ia telah berubah menjadi langit yang cerah dengan ribuan bintang-bintang," ucap Rehan dengan mendongakkan kepalanya ke atas.

Ya, saat ini mereka berdua tengah duduk di bangku taman yang telah disediakan. Menatap indahnya bintang yang menghiasi langit malam.

"Apakah kau tak menyadarinya, Lea?"

"Sadar akan hal apa?" Lea masih tak mengerti apa yang Rehan pertanyakan.

"Tadi langitnya mendung, layaknya seperti diriku yang suram dan dingin sebelum mengenal dirimu, Lea," ungkap Rehan. "Namun, saat ini aku berada dalam versi terindah. Setelah mendapat anugerah dari senyumanmu."

Lea terpana akan perkataan yang Rehan ucapkan. Malam ini Rehan benar-benar sangat manis. Ia mengucapkan hal-hal berat yang membuat Lea berpikir keras untuk memahaminya.

"Kau sudah mau pulang?" tawar Rehan.

"Boleh, ini sudah cukup larut."

Mereka memutuskan untuk pulang, menyusuri taman bunga di sepanjang perjalanan menuju parkiran.

Bruk!

"Aw!" Lea mendecit dan terjatuh karena tak sengaja di tabrak seseorang dari lawan arah.

"Hai! Berjalanlah dengan benar. Gunakan matamu untuk memperhatikan siapa yang ada di depanmu!" bentak Rehan kepada seseorang yang berjalan tergesa-gesa sehingga tak sengaja menabrak Lea. "Kau pikir ini jalan milikmu sendiri?"

"Maafkan saya, Kak. Saya sedang buru-buru," ucap seseorang itu.

"Menyingkirlah!" Rehan menyuruhnya untuk segera pergi dan menyingkirkan muka orang itu dari hadapannya saat itu juga.

"Kau tak apa?" Rehan bergegas membantu Lea untuk berdiri kembali. Tampaknya memang orang tadi menabrak Lea begitu kencang, tetapi Lea terlihat baik-baik saja. Hanya saja baju yang ia pakai sedikit kotor terkena jalanan yang basah.

Lagi-lagi Lea terpana melihat Rehan yang begitu menyayanginya hingga tak rela jika dirinya dilukai orang lain.

"Aku baik-baik saja," ucap Lea di saat Rehan membantunya untuk bangkit.

Lea meraih kalung yang terjatuh dari saku bajunya. Rehan merasa tak asing dengan kalung yang Lea bawa itu.

"Itu kalungmu?"

"Ini? Bukan, kurasa ini milik temanku yang terjatuh saat menemaniku bekerja di kedai mie waktu itu," jelas Lea.

"Benarkah? Siapa namanya?"

"Ryan, murid baru yang tiba-tiba dekat denganku."

"Ryan?" Rehan masih berpikir keras untuk mencari alasan agar kalung itu bisa ia dapatkan kembali. "Ryan itu adikku, aku yakin jika kalung itu milik adikku."

"Yang benar saja, mengapa tadi kau tak menceritakan hal tentang adikmu?" ucap Lea sedikit curiga. "Ke mana dia sekarang? Sepertinya dia menghilang begitu saja seperti ditelan bumi?"

"Em, dia sekarang tengah menempuh kuliahnya di luar negri," elak Rehan. "Jika kau berkenan, kau boleh menitipkan kalung itu kepadaku."

Lea mengangguk, ia mempercayai perkataan Rehan. Karena yang Rehan ucapkan memang cukup masuk akal. Lea memberikan kalung yang selama ini ia simpan kepadanya.

"Terima kasih, Lea." Lea mengangguk dan tersenyum.

Rahardian baru ingat jika ia menjatuhkan kalung yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan bangsa sihirnya  saat ia menyamar menjadi sosok Ryan. Untung sekali ia dapat menemukan kembali kalung itu.

"Hei!" jerit Lea. Rehan pun terkejut karenanya.

"Ada apa, Lea?" tanya Rehan penasaran.

Danare dan Faro tampak menyeringai karena dapat berjumpa dengan Rehan dan Lea kembali.

"Tadi kalian sudah berpamit untuk pulang, tetapi kami masih menjumpai batang hidung kalian di sini," decak Lea setelah mendekati Danare dan Faro yang tengah duduk di bangku dekat parkiran. Tampak banyak makanan yang sedang Danare bawa.

"Kami baru saja berniat untuk pulang, tetapi mama muda ini sangat keras kepala," jelas Faro. Danare menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Aku hanya ingin membeli beberapa makanan saja, karena kupikir bayiku menginginkannya," kekeh Danare.

"Bilang saja kau yang menginginkannya!" ceteluk Faro.

Ada-ada saja tingkah pasangan suami istri yang satu ini. Lea menjadi membayangkan bagaimana nanti jika ia hidup bersama Rehan. Akankah mereka bahagia seperti layaknya Danare dan Faro.

"Hei, sudahi melamunmu." Rehan berusaha menyadarkan Lea dari lamunan dengan menggerakkan sikunya.

"Oh, iya maaf."

"Ini sudah cukup malam, mari segera pulang!" desak Faro kepada Danare. Wanita hamil itu hanya memanyunkan bibir dan beranjak dari posisi duduknya.

"Lea, berhubung arah pulang kita sama, bagaimana jika kau ikut bersama kami saja?" tawar Danare.

Lea sesekali melihat Rehan yang berniat untuk mengantarnya pulang. Namun, apa yang Danare katakan itu benar, arah rumah Rehan dengannya berlawanan.

"Aku pulang bersama Danare dan Faro, kau tak apa?" ucap Lea mendekati Rehan. "Aku akan baik-baik saja bersama mereka. Jadi, jangan cemas."

"Baiklah, berhati-hatilah," ucap Rehan pasrah. "Lea, besok aku berniat untuk datang ke rumahmu. Ku harap kau mengizinkanku untuk datang," sambungnya sebelum ia pulang.

"Baiklah, kutunggu hadirmu, besok." Lea memeluk Rehan tanpa menghiraukan Danare dan Faro yang menyaksikan mereka berdua. Rehan benar-benar tidak percaya atas perlakuan Lea kepadanya. Jantungnya berdegup kencang rasanya sampai Lea ikut mendengarnya pula.

Lea melepas pelukannya dan berlenggang menjauhi Rehan dengan lambaian tangannya yang mungil. Rehan pun ikut membalas lambaian tangan yang Lea berikan.

Rehan masih mematung di tempat hingga mobil yang Lea naiki benar-benar  tidak bisa ia lihat kembali dan menyusul untuk pulang.

Di sepanjang perjalanan, Rehan masih terngiang pelukan yang Lea berikan. Pelukan itu sangat berkesan baginya.

***

"Tapi bayi di kandunganku yang memintanya!" bela Danare.

"Kau jangan mengada-ada, mana mungkin ia meminta makanan pedas seperti itu," jawab Faro.

Sedangkan Lea? Ia sangat menikmati alur perjalanan pulangnya tanpa menghiraukan pertengkaran kecil antara Danare dan Faro di mobil.

Lea memikirkan hal yang akan terjadi kepadanya besok ketika Rehan berkunjung ke rumahnya. Ia sudah menyusun rangkaian kegiatan yang akan ia lakukan untuk mempersiapkan kehadiran Rehan yang pertama kalinya.

"Sudahi memakan makanan pedas itu, kau buang saja!" tegas Rehan.

"Sayang sekali, makanan ini terlalu enak untuk dibuang sia-sia."

"Kalian ini, kenapa?" tanya Lea dengan nada tinggi ketika pikirannya dibuyarkan oleh ulah mereka. Seketika suasana di mobil menjadi hening tanpa suara ocehan sepasang suami istri itu lagi.

"Lea, kau mau?" tawar Danare dengan suara bisik-bisiknya menyodorkan makanan dalam bungkus merah. "Ini sangat enak, kau harus mencobanya!"

"Benarkah? Berikan sedikit padaku." Lea tergoda akan makanan yang Danare beli.

"Aku masih bisa mendengarnya," ucap Faro mendapati kedua wanita sedang berbisik-bisik di  mobilnya. "Teruskan saja atau kuturunkan kalian di sini!" ancam Faro.

"Diam saja kau!" rajuk Danare.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang