Penulis: Vina Febriyanti vin_febriii
Happy reading. 💐
.
.
.Udara panas menusuk kulit, teriknya matahari seakan-akan membakar apa pun yang ada di naungannya. Namun, hal itu tak membuat semangat Lea memudar. Dengan gigihnya, Lea mencari lowongan pekerjaan di setiap sudut kota walau dalam kondisi tubuh pasca sakit.
"Maaf, kami sedang tidak membutuhkan karyawan baru," ucap resepsionis yang sedang bekerja di restoran tersebut.
Belum sempat Lea beranjak dari tempatnya, datang seorang lelaki dengan pakaian cukup rapi dan jas hitamnya.
"Siapa namamu?" tanya lelaki dengan jas berwarna hitam itu.
"Perkenalkan dirimu, orang yang sedang di depanmu adalah CEO di restoran ini," jelas karyawan yang berdiri di samping Lea sedari tadi.
"Nama saya Algalea La Darco."
"Ikut saya ke ruang pribadi saya," ucap lelaki yang disebut-sebut CEO di restoran tersebut. Lea mengikuti langkah lelaki tersebut menuju ruang pribadinya.
Rehan, nama yang tertulis di mejanya. Ia adalah CEO muda yang tak lain adalah bentuk penyamaran yang sedang Rahardian lakukan. Mengingat usahanya yang lalu sebagai siswa SMA telah gagal mengambil simpati dari Lea. Ia yakin jika usahanya kali ini akan berhasil.
"Saya dengar, anda ingin mendaftarkan diri untuk bekerja di restoran saya. Bisa tunjukan berkas-berkas yang anda bawa?" ucap Rehan setelah duduk di kursinya.
Rehan melihat sebuah _stopmap_ yang Lea serahkan, _stopmap_ yang Lea bawa hanya berisikan ijazah SMP dan keterangan-keterangan lainnya. Dikarenakan Lea belum mendapatkan ijazah di SMA-nya.
"Sebenarnya, di restoran saya tidak sedang membutuhkan tenaga kerja lagi. Namun, jika kamu mau, kamu bisa bekerja menjadi asisten di rumahku," ucap Rehan seraya meletakkan berkas yang Lea serahkan di meja.
"Terima kasih, Pak, akan tetapi saya hanya bisa bekerja separuh hari saja. Saya masih bersekolah di jenjang SMA, saya bisa bekerja sesuai dengan prosedur ketika saya sudah lulus, itupun jika Bapak tidak keberatan."
"Oh, tak apa. Kamu bisa bekerja setelah jam sekolahmu usai. Untuk gaji, nanti bisa saya sesuaikan."
"Terima kasih banyak, Pak, saya hampir berputus asa karena sedari tadi tak menemukan pekerjaan. Sekali lagi terima kasih," ucap Lea dengan mata berbinar.
Rehan mengangguk dan mempersilakan Lea untuk mempersiapkan diri karena hari ini juga ia bisa mulai bekerja. Rehan membawa Lea ke rumahnya agar ia tahu di mana ia akan bekerja.
Rehan menjelaskan dengan baik tentang apa yang harus Lea kerjakan. Karena Lea memang gadis yang pintar, dengan mudah pula ia memahami apa yang Rehan jelaskan.
Rehan dengan leluasa berdekatan dengan anak dari Stefano La Darco tersebut. Ia tak perlu susah-susah memikirkan bagaimana caranya memisahkan Lea dengan goblin penjaganya. Karena bersamaan dengan adanya konflik antara Lea dengan goblin waktu itu. Sehingga, goblin tak menemani ke mana pun Lea pergi.
Hari sudah mulai larut malam, Lea sudah terlihat cukup lelah. Akhirnya Rehan mempersilakan Lea untuk pulang.
"Kamu bisa pulang sekarang, pekerjaan hari ini telah usai dan sampai jumpa di esok hari," ucap Rehan kepada Lea.
"Terimakasih, Pak," ucap Lea diiringi anggukan dan senyumnya. Ia pun berpamit dan segera pulang.
Sesampainya di rumah, ia membersihkan diri dan berniat mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Namun, matanya tak kunjung mengantuk. Ia bergegas mengambil alat tulis dan kertas gambarnya. Seperti biasanya, ia selalu membuat komik ketika ia tak kunjung mengantuk.
Saat ia menggambar tokoh goblin, ia menjadi teringat akan Subbin. Hari ini ia tak menjumpainya sedikit pun. Lea mencari Subbin ke seluruh penjuru rumah, tetapi ia tetap tak menemukan keberadaannya yang menghilang. Padahal, ia ingin menceritakan banyak hal kepadanya tentang hari ini.
***
"Hai! Apakah kau sudah menemukan pekerjaan baru?" tanya Danare yang tiba-tiba duduk di samping bangku yang Lea tempati.
"Kemarin, aku mendapati sebuah kafe tempatku nongkrong sedang membutuhkan seorang barista, kupikir kau mau?" tawar Danare.
"Sayang sekali, aku sudah menemukan pekerjaan baru di sebuah rumah CEO restoran yang tak jauh dari rumahku," sesal Lea.
"Bagaimana ceritanya kau bisa menjadi asisten seorang CEO?" Danare terkejut dengan ucapan Lea.
"Dia sangat ramah, bahkan, aku diperbolehkan bekerja separuh waktu olehnya," ucap Lea setelah ia menjelaskan kepada Danare tentang kronologisnya bertemu dengan Rehan.
"Aku merasa jika dia menyukaimu, Lea. Kau membuatku penasaran kepada sosok Rehan tersebut," ledek Danare. "Oh iya, nanti guru-guru akan rapat. Sehingga, siswa-siswi dibubarkan pagi sebelum rapat dimulai," tambahnya.
"Lalu? Apa yang kau pikirkan?" tanya Lea penasaran.
"Kita pergi saja ke restoran di mana Rehan bekerja, nanti akan kuajak Faro juga."
Benar saja, seluruh siswa dan siswi SMA Matjayatam dibubarkan karena guru-guru di sekolah akan melakukan rapat.
Lea, Danare dan Faro melancarkan keinginan Danare untuk makan bersama di restoran milik Rehan. Mereka pergi bersama menggunakan mobil yang Faro bawa dan tentunya dengan seragam SMA yang masih mereka kenakan.
Sesampainya mereka di restoran tersebut, mereka segera memesan makanan dan duduk di meja yang kosong. Di benak Danare, ia menyimpan rasa penasaran terhadap Rehan yang Lea ceritakan.
"Hai, Kak!" sapa Danare kepada Rehan yang sedang memeriksa administrasi. Rehan melihat Lea ada di sana, ia hanya membalasnya dengan senyuman. Lea merasa malu atas kelakuan sahabatnya itu.
"Kau lihat itu, Lea? Dia sangat tampan dan ramah, ia juga terlihat masih muda. Tak lupa juga menurutmu dia sangat baik, bukan?" cerocos Danare kepada Lea.
"Lalu apa?" ucap Lea malu-malu.
"Kamu terlihat cocok menjadi pasangannya, Lea," saran Danare.
Faro tersedak minuman yang sedang ia minum hingga ia terbatuk-batuk setelah mendengar perkataan Danare. Lea dan Danare memperhatikan Faro yang tiba-tiba begitu.
"Jadi, apa maksudmu mengajakku kemari?" tegas Faro kepada Danare. "Aku tak mengantar kalian kemari untuk hal seperti itu."
Faro berdiri dari tempatnya dan segera membayar pesanannya. Lalu ia berlenggang pergi meninggalkan mereka berdua di restoran. Danare dan Lea pun tak tinggal diam, mereka menyusul Faro yang pergi mendahului mereka.
Tersadar jika Faro sudah pergi terlebih dahulu dengan mobilnya, Danare menghentikan langkahnya dan terduduk lemas di parkiran.
Lea merasa bersalah karena telah membuat mereka bertengkar. Lea bingung harus bagaimana. Lea pun meminjam gawai Danare untuk menghubungi Faro.
Panggilan dari Lea selalu ditolak oleh Faro. Hingga entah ke sekian kali Lea menghubungi Faro, akhirnya panggilannya dijawab.
"Halo! Bisakah kau berhenti meneleponku?" bentak seseorang di seberang telepon.
"Ma-maafkan aku, Faro," ucap Lea dengan halus.
Dalam hati Faro sangat tenang mendengar suara Lea, tetapi ia harus menutupi semua itu.
"Danare tidak bermaksud untuk melukai perasaanmu," ucap Lea polos. Lea berpikir jika Faro cemburu kepada Danare karena ia menggoda Rehan. Sesungguhnya Faro lah yang cemburu kepada Lea yang dianggap serasi dengan Rehan.
"Aku tidak peduli!" tegas Faro dan mengakhiri teleponnya.
Hari ini Lea membantu Danare untuk memperbaiki hubungannya dengan Faro. Lea sampai mengurungkan niatnya untuk meneruskan pencarian keberadaan Subbin yang belakangan ini menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumus Rubik
FantasyAlgalea, gadis lugu yang begitu baik hati terhadap sekitar. Seorang anak penyihir yang memikul janji besar dari sang ayah. "Ayah titipkan semua ini padamu, Lea." *** "Mengapa aku terlalu bodoh?" -- Bagaimana gambaran janji yang disampaikan sang ayah...