Penulis: Vina Febriyanti vin_febriii
Happy reading. 💐
.
.
."Lea, apakah Anda masih berada di kelas atau sudah berkelana di luar sana!" tegas seorang dosen yang sedari tadi mengamati Lea yang tampak senyum-senyum seraya melamun.
"Ma-masih, Bu." Lea tersadar dari lamunannya setelah mendapat teguran dari dosennya.
Lea benar-benar tak bisa fokus terhadap mata kuliah hari ini. Yang ada di pikirannya hanyalah Rehan, Rehan dan Rehan. Ia ingin sekali kuliah hari ini cepat berakhir agar ia bisa cepat menuju rumah kekasihnya.
Waktu terasa begitu lama karena ia menunggunya lekas berlalu. Hingga pada akhirnya kuliah hari ini telah usai. Penantian panjang yang Lea rasakan kini dapat segera ia wujudkan.
Lea bergegas mencari bus di halte dekat kampusnya. Ia melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Rehan tanpa menunggu aba-aba dari si pemilik rumah. Mengingat kata Rehan, ia tidak keluar rumah hari ini.
Rumah Rehan tampak sunyi seperti tak berpenghuni. Tirai-tirai jendela yang biasanya terbuka, kini tertutup rapat tak ada celah untuk melihat ke dalam. Namun, terlihat pintu rumahnya terbuka lebar.
"Permisi," ucap Lea seraya memasuki rumah kekasihnya. Ia masih berpikir positif jika Rehan tengah memberikan kejutan kepadanya karena ia tak seperti biasanya yang selalu menyambut Lea ketika datang.
Lea berjalan menyusuri ruang tamu yang luasnya dua kali dari ruang tamu di rumahnya. Ia masih mencari di mana keberadaan Rehan.
Lea melihat buku bersampul biru muda tergeletak di meja makan, ia penasaran dengan isi buku itu dan bermaksud untuk melihat isinya. Apakah itu buku yang dimaksud Rehan? Akankah itu buku yang bertuliskan kisahnya dengan Lea?
Benar saja, di halaman pertama, di sana tertuliskan nama Lea dan Rehan dengan font yang cantik ditulis Rehan. Lea tak sabar membacanya.
Namun, blum sempat ia membaca buku tersebut, ia dikagetkan dengan suara benda terjatuh yang kedengarannya terjatuh dari tempat yang cukup tinggi di salah satu ruangan di rumah Rehan.
"Rehan, kaukah itu?" tanya Lea sembari memasukkan buku tersebut dalam tasnya. Lea berjalan dengan hati-hati mendekati sumber suara itu hingga memasuki ruang keluarga.
Di sana Lea melihat serpihan kaca tercecer di lantai. Ia bermaksud untuk membersihkannya agar tak ada orang yang terluka.
Namun, Lea merasa ada seseorang yang tengah mengawasinya dari belakang. Ia terkejut mendapati dua lelaki bertubuh besar berdiri dengan benda tajam yang salah satu dari mereka bawa.
"Siapa kalian?" Lea memundurkan tubuhnya dalam posisi terduduk hingga terhenti karena terhalang dinding. Ia benar-benar terpojok saat ini. Lea benar-benar ketakutan akan hal yang akan terjadi menimpanya setelah ini.
"Tenang saja, Cantik. Kau akan baik-baik saja bersama kami," ucap salah satu lelaki itu dengan senyum miringnya.
"Di mana kalian menyembunyikan Rehan?" tegas Lea. Kedua lelaki itu pun terkekeh mendengar pertanyaannya.
"Jangan mendekatiku!" jerit Lea mendapati kedua lelaki yang menurutnya perampok mulai mendekatinya.
Bruk!
Dengan sekuat tenaga, Lea menendang kedua penjahat dengan kakinya. Kekuatan yang Lea keluarkan tampaknya hanya cukup membuat mereka kesakitan beberapa waktu saja.
Tubuh Lea cekatan dalam menghindari serangan dari kedua perampok itu. Lea berusaha melarikan diri dari mereka, tetapi usahanya gagal. Justru luka di dahi yang ia dapatkan karena tak bisa menghindari serangan tiba-tiba dari perampok itu.
Di sisi lain Subbin merasakan hal buruk tengah menimpa Lea. Firasatnya kali ini benar-benar kuat, hingga dirinya terpancing untuk mencari keberadaan Lea dan memastikan tak terjadi apa-apa dengannya.
Subbin meletakkan rubik di tempat rahasia di rumah terlebih dahulu sebelum menyusul Lea. Dibantu kekuatan sihir yang ia miliki, dengan cepat Subbin mengetahui keberadaan Lea dan segera menyusulnya.
"Algalea!"
"Subbin, tolong aku!" jerit Lea. Para perampok tampak bingung dengan siapa gadis kecil itu berbicara.
Sesampainya Subbin di sana, ia langsung mengerahkan kekuatannya untuk melawan para perampok di ruangan itu.
Tak tinggal diam, Lea kembali ikut membantu Subbin mengalahkan perampok itu. Lengan Lea memang mungil, tetapi tidak bisa diremehkan kekuatannya begitu besar. Hal itu bisa terjadi karena ilmu yang Subbin ajarkan.
Subbin berhasil menyingkirkan salah satu perampok, sisa satu perampok yang masih berkutat dengan Lea.
"Lea, awas!" Benda tajam yang perampok bawa nyaris melukai wajah cantik Lea. Subbin dengan cepat membantu menjauhkan perampok dari banda tajam yang ia bawa sebelum melukai Lea.
Perampok itu lari terbirit-birit melarikan diri. Akhirnya mereka mampu melumpuhkan kedua perampok, walau tampak luka memar di dahi mulus Lea. Subbin merangkul Lea dengan rasa khawatirnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Lea!" geram Subbin. "Kau tak apa?"
"Maafkan aku, Subbin. Aku baik-baik saja," jelas Lea. "Aku kemari atas pinta dari Rehan," tambahnya.
"Apa!" bentak Subbin. "Di mana dia sekarang?"
"Aku tidak tahu, saatku kemari hanya menemui dua perampok itu."
"Sialan!" racau Subbin sebelum mengajak Lea untuk segera kembali pulang. Lea tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengannya.
Lalu, di manakah Rehan berada? Rehan tengah melancarkan rencananya untuk mencuri rubik yang ia incar. Kejadian yang menimpa Lea ternyata tidak luput dari rencananya yang telah ia pikir semalaman.
Rehan kini menjadi Rahardian yang sesungguhnya dalam menjalankan misinya turun ke bumi. Ia sudah berada di rumah Lea dan mencari di mana rubik disembunyikan oleh Subbin.
Tak butuh waktu lama, Rahardian menemukan rubiknya dan bergegas untuk pergi dari sana. Belum sampai Rahardian keluar dari rumah, dari jendela ia melihat Lea dan Subbin mendekati rumah di mana ia berada.
Muncul rasa khawatir di benak Rahardian, karena instruksi yang ia berikan kepada perampok di rumahnya telah dilanggar. Rahardian hanya meminta mereka untuk menghalangi Lea agar tidak cepat keluar dari rumahnya dan jangan sesekali menyentuh apalagi menyakiti gadisnya.
Ia memang berniat agar Lea tidak kembali ke rumahnya saat ia melancarkan aksinya. Namun, keberadaan Subbin akan menyusahkan Rahardian pula. Sehingga, ia sengaja menyuruh perampok untuk mengganggu Lea hingga Subbin terpancing untuk datang menyelamatkannya dan keluar dari rumah.
Rahardian menepis rasa khawatirnya agar posisinya tetap aman. Ia terpaksa melarikan diri dari rumah itu dengan rubik yang telah berada di genggamannya.
Sesampainya di rumah, Subbin langsung memeriksa keadaan rubik yang ia tinggal. Benar saja, rubik itu sudah tidak ada di tempatnya.
"Sialan, kita kecolongan!" decak Subbin di hadapan Lea.
"Kenapa?" Lea masih tak mengerti.
"Rubik kita sudah dicuri," resah Subbin. "Jadi semua ini terjadi karena akal-akalan busuknya!"
"Siapa?"
"Kau tahu, Lea? Rahardian berhasil mengambil rubik dari tangan kita!" tegas Subbin.
"Rahardian menyusun semua ini tak lebih agar diriku teralihkan dari rubik itu dan dengan mudah ia bisa mengambil rubik itu begitu saja."
"Aku tidak mengerti, Subbin," ucap Lea. " Jelaskan kepadaku, siapa Rahardian? Rubik apa maksudmu?"
Subbin menghela napasnya dan berkata pada dirinya sendiri. "Sudah tiba waktu Lea tahu semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumus Rubik
FantasyAlgalea, gadis lugu yang begitu baik hati terhadap sekitar. Seorang anak penyihir yang memikul janji besar dari sang ayah. "Ayah titipkan semua ini padamu, Lea." *** "Mengapa aku terlalu bodoh?" -- Bagaimana gambaran janji yang disampaikan sang ayah...