Bab 10

9 1 1
                                    

Penulis: Wita Usika O. witausikaa

Happy reading. 💐
.
.
.

Tidak selesai masalah hidup gadis itu di bangku semasa SMA. Ternyata dirinya juga kesulitan untuk mendapatkan bangku di sekolah perguruan tingginya. Lea mendapatkan beasiswa, tetapi untuk keperluan lainnya tetap saja ia harus ada pegangan uang.

Ia tidak enak jika harus meminta bantuan lagi dengan Rehan, bosnya. Mengingat waktu kelulusan dia sudah ambil gaji terlebih dahulu.

Melihat gelegak Lea yang berpusing, sebagai bos Rehan menanyakan hal setelah menyadari jika gadis kecil itu punya beban pikiran yang ia sembunyikan.

"Lea, buatkan saya jus wortel dengan tomat, yang manis dan sedikitkan gula."

Rehan menggeser kursi kemudian ia duduk sambil bermain ponsel. Sengaja, ia sengaja membuat Lea tambah bingung.

Nyatanya, gadis itu benar bingung. Rehan tidak mau terlihat lagi peduli pada Lea. Pasalnya jika ia langsung menanyakan gerangan apa yang membuatnya pusing, bisa disebut Rehan adalah bos yang suka ikut campur.

Gelas sultan yang terbuat dari kaca anti pecah sudah datang.

Rehan menatap Lea mencermati, bagaimana bisa bocah perempuan itu tidak menanyakan kalimat absurd darinya?

Rehan mencicipi cairan kental berwarna oren itu. Saat ia merasakan jus buatan Lea, sang pembuat jus bersuara.

"Saya bingung sebelum membuat jus itu. Bapak bilang ingin yang manis, tapi bilang tidak mau kebanyakan gula. Lalu apa selain gula yang manis? Maaf kalau itu tidak manis, soalnya gulanya sedikit."

Rehan menatap Lea lagi, ia menyuruhnya untuk duduk. "Seharusnya kau berpikir jika yang manis adalah senyum milikmu," kata Rehan setelah Lea duduk di depannya. Mereka terhalang meja besar.

Lea terperanjat, ia tidak bisa bersuara melihat senyuman miring dari bosnya. Rehan tertawa dalam batin, kelihatannya Lea sudah mulai memikirkannya.

"Hal apa yang membuatmu susah berpikir ketika bekerja di rumah saya? Coba ceritakan, anggap saja saya saudara lelakimu, jangan sungkan." Rehan meletakan gelas yang sudah kosong itu.

"Tidak apa-apa?" tanya Lea gugup masih mencoba bisa tersenyum.

Rehan mengangguk.

"Jadi begini ...."

Rehan menang, ia berhasil setelah mendapatkan kepercayaan dari targetnya.

***

"Hai, perkenalkan namaku Meir."

"Halo cantik, salam kenal aku Huberta."

"Pagi, ya. Salam kenal semanis senyummu, kau cantik sekali, Lea."

"Lea, kau bisa ikut dengan grup obrolan kami."

Lea hanya bisa mengangguk kemudian memperlihatkan giginya yang rapi nan putih. Hari pertama masuk kuliah, respons mereka begitu manis saat melihat dirinya memasuki aula kampus.

"Boleh," jawab Lea.

"Followers-mu pasti sangat banyak, aku jadi iri."

Lagi-lagi hanya tersenyum mendengar pujian itu.

Lea senang mereka tidak menghujatnya, mereka tidak seperti para murid di SMA Matjayatam. Perkataan Subbin tidak jelas sama sekali. Mengingatnya Lea sebal dengan makhluk itu. Namun, jika tidak ada Subbin, Lea juga bisa menjadi orang sedih.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang