Bab 23

4 1 0
                                    

Nama penulis: Vina Febriyanti vin_febriii

Happy reading.💐
.
.
.

"Rehan?" Kaget Lea. Gadis itu yakin bahwa sosok di sana adalah Rehan. Meski dia memiliki perubahan dalam hal gaya pakaiannya, Lea tetap mengenali Rehan atau Rahardian.

"Kecilkan suaramu, Lea. Ingat, dia Rahardian bukanlah Rehan seperti yang kau kenal," bisik Subbin.

Lea dan Subbin masih berada di tempat persembunyiannya. Dengan semak belukar yang cukup berbahaya jika terkena kulit manusia biasa.

"Mengapa dia di sana?"

"Sepertinya dia sedang menjalani sebuah hukuman," jelas Subbin.

Keadaan Rahardian saat ini memang cukup mengenaskan di dalam kurungan layaknya penjara. Tangan dan kakinya dirantai dengan besi yang terlihat cukup besar, ia tampak tak berdaya di sana.

"Mengapa hal itu bisa terjadi? Sedangkan dia berhasil mencuri rubik dari tangan kita." Lea tampak khawatir.

"Aku tidak tahu, mungkin dia melakukan kesalahan."

"Aku tak bisa tinggal diam. Aku harus membantunya keluar dari sana." Yakin Lea. "Katakan kepadaku, bagaimana cara melepaskannya, Subbin?"

"Mengapa kau jadi mempedulikannya?"

"Kau lupa? Tetaplah berbuat baik, lebih lagi kepada seseorang yang jahat kepada kita sekalipun." Lea masih benar-benar belum bisa melupakan sosok Rahardian yang pernah menjadi kebahagian di hidup Lea. Subbin hanya mengangguk pasrah tanda menyetujui perkataan Lea.

"Bagaimana cara membukanya?" tanya Lea setelah mengendap-endap mendekati penjara itu diiringi Subbin di belakangnya. Tampaknya Rahardian belum menyadari kehadiran mereka berdua.

"Penjara ini terkena pengaruh sihir. Mustahil jika kita membukanya dengan kekuatan yang kita miliki."

"Hei! Siapa di sana!" teriak seorang penjaga penjara di sana. Keberadaan Lea dan Subbin sedang dalam bahaya, keberadaan mereka berdua telah diketahui.

Tak ada waktu untuk lari, mereka berdua akan menerima konsekuensi karena mendekati wilayah yang tak seharusnya didekati.

Akhirnya, Lea dan Subbin tertangkap oleh para penjaga. Mereka tak sanggup melawan para penjaga yang kekuatan dan jumlahnya tak sebanding dengan mereka.

"Lea!" teriak Rahardian. Ia begitu tercengang melihat kembali seseorang yang sangat ia cintai sedang digelandang para penjaga penjara dengan kasar.

"Rehan!" teriak Lea dengan sedikit air bening yang mendobrak keluar dari matanya. Lea tak bisa membohongi perasaannya yang begitu besar kepada Rehan yang sebenarnya adalah Rahardian.

Rahardian mengeluarkan semua tenaga yang masih tersisa di tubuhnya. Ia tak peduli terhadap keadaan dirinya saat ini, yang ia pikirkan hanya ingin menyelamatkan Lea.

Usaha Rahardian tak sia-sia, ia berhasil melepas belenggu di tangan dan kakinya satu per satu. Namun, usahanya dipatahkan karena kekuatan yang tersisa tak bisa membantunya melarikan diri dari penjara yang dipengaruhi ilmu sihir yang sangat kuat.

"Lea!" teriak Rahardian. "Maafkan diriku." Tubuhnya seketika lemas dan ambruk setelah kehilangan bayang wanitanya yang digelandang para penjaga. Dirinya benar-benar merasa hancur, ia meneteskan air mata penyesalannya karena telah mengkhianati Lea.

***

"Keluar kau dari sana! Hari ini tiba untuk pemberian sanksi kepadamu!" tegas penjaga seraya menendang tubuh Rahardian yang terkulai lemah.

Mau tak mau, Rahardian pasrah saja digelandang para penjaga menuju tempat yang disebut-sebut menjadi tempat penyiksaan.

"Lepaskan kami!" teriak Lea berusaha meloloskan diri dari belenggu penjaga.

"Lea," ucap Rahardian setibanya di tempat penyiksaan. Ia terkejut melihat wanita yang  tak asing darinya berada di tempat yang sama dengannya. Ia kini merasa bersalah karena telah membawa Lea dan Subbin masuk ke dalam permasalahannya. Namun, semua itu tampak sia-sia saja untuk dirasakan.

"Selamat datang para makhluk bodoh." Suara begitu lantang dari salah satu penyihir yang duduk di singgasana,  tampaknya ia menjadi seorang raja di kalangannya.

"Sekarang tiba waktunya kehidupan tak berguna kalian usai. Namun, sebelum itu, kuberitahukan kepada seluruh penghuni bangsa Taxwiz bahwa rumus rubik yang kita  inginkan akan segera ditemukan." Sorak gembira jajaran kerajaan terdengar mengiringi perkataan yang diucapkan sang raja.

"Lea, keputusanku sudah bulat. Aku memohon izin kepadamu untuk menyerap kekuatan jahat di negeri ini untuk menyelamatkan rubik dan dirimu," ucap Subbin dengan sungguh-sungguh kepada Lea.

"Ta-tapi, Subbin. Aku tak mau hal buruk terjadi kepadamu!"

"Aku akan selalu di sisimu, Lea. Sampai kapan pun aku akan selalu melindungimu dari hatimu." Perkataan Subbin begitu menyayat hati Lea. Senyuman terakhir yang Lea lihat dari wajah Subbin sebelum ia terdiam sungguh membuatnya semakin bersedih dan khawatir atas keadaannya.

Subbin terdiam memejamkan mata sejenak tak menghiraukan Lea yang menangis. Tubuh Subbin perlahan menyerap kekuatan jahat di sekitarnya. Tampak menyakitkan, tetapi Subbin memaksakan diri.

Tak membutuhkan waktu lama, tubuh Subbin kini berubah tiga kali lebih besar dari ukurannya semula. Ia membuka matanya yang terpejam dari beberapa waktu lalu. Matanya berubah tampak merah membara, bahkan Lea takut mendapati wujud Subbin saat ini. Para penjaga di sana ketar-ketir melihat perubahan wujud Subbin dengan tiba-tiba.

Dengan sekali hantam tangan, seluruh makhluk di sana luluh lantak dibuatnya. Rahardian tak ingin diam begitu saja, ia meloloskan dirinya dari penjaga yang menjaganya, berlanjut dengan membantu Lea meloloskan diri pula.

"Rehan, aku takut, apa yang akan terjadi dengan Subbin?" rintih Lea di dekapan Rahardian.

"Tenanglah, ia akan baik-baik saja," ucap Rahardian seraya berusaha melindungi Lea dari prajurit kerajaan penyihir yang berusaha melawan mereka.

Subbin benar-benar menjadi sangat kuat dengan menyerap kekuatan jahat. Sihir yang diberikan raja penyihir tak mempan sedikit pun di tubuhnya.

Perang tak berlangsung lama, kekejaman Subbin tak bisa di elakkan. Kemenangan kini berpihak di tangannya. Tak tersisa sedikit pun prajurit dan jajaran kerajaan yang menghirupkan napasnya di sana.

Pengorbanan Subbin telah usai, tubuhnya yang semula besar kini mulai mengecil ke ukuran semula. Melihat hal itu, Lea dan Rahardian segera mendekati Subbin yang tergeletak tak berdaya lagi.

"Lea," ucap Subbin terbata-bata. Tangan kanannya memegang pipi hangat milik wanita yang bersimpuh di sampingnya.

"Kau baik-baik saja, 'kan? Katakan kepadaku jika kau baik-baik saja, Subbin!" tangis Lea pecah. Air mata kesedihan tumpah menerjang apa pun yang berada di jalannya.

"A-aku baik-baik saja," ucap Subbin dengan senyum tulusnya.

"Bangkitlah, Subbin! Aku berjanji tak akan mengejekmu sebagai makhluk yang tak punya hati lagi!" ucap Lea seraya membenamkan kepalanya di dada Subbin.

"Rahardian, bawa pulang Lea dan rubik itu untukku. Satu lagi, aku memohon satu hal kepadamu, jagalah Lea sebagaimana ketulusan yang kulihat di wajahnya kepadamu, dia tulus mencintaimu, jangan sia-siakan," ucapan Subbin terpenggal.

Lea tak mendengar lagi tanda-tanda kehidupan di tubuh Subbin. Ia segera bangkit dan memastikan jika dugaannya salah. Namun, semuanya telah terlambat.

"Subbin!" teriak panjang Lea sekeras-kerasnya, ia sadar jika Subbin tak lagi ada. Tangis Lea menjadi-jadi, tubuhnya lemas mendapati Subbin yang telah mati dan hancur berkeping-keping lantas menghilang.

"Subbin, akan kuambil kembali rubik itu dan akan kujaga Lea sampai titik darah penghabisanku," ucap Rahardian. Ia merangkul Lea yang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Pada akhirnya, Lea dan Rahardian bisa lolos dan mencari letak rubik saat ini karena pengorbanan Subbin. Subbin kini telah tiada, ia hancur karena kekuatan jahat yang ia serap tak sesuai dengan asumsinya sebagai makhluk baik ciptaan Fano.

Terkadang, perlu menjadi jahat untuk menang.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang