Bab 18

3 1 0
                                    

Penulis: Dian Putri K. tae_bu17

Happy reading. 💐
.
.
.

Bulan telah kembali ke peraduannya, kini sang fajar menggantikan posisinya untuk menerangi seisi bumi. Niat hati hanya ingin menerangi bumi, tetapi ternyata sinarnya fajar membangunkan gadis yang tengah meringkuk di bawah selimut tebal.

Merasa tidurnya terganggu dengan silaunya sinar fajar, Lea menyingkap selimut dengan mata masih terpejam. Perlahan kelopak mata indah itu terbuka dengan sesekali mengerjap, membiasakan diri akan silaunya mentari.

Lea melirik jam weker di meja samping tempat tidurnya, sudah pukul tujuh lewat. Lea bergegas menuju kamar mandi untuk memulai rutinitas awalnya di pagi hari. Hari ini Lea akan bersih-bersih rumah karena Rehannya akan datang berkunjung ke rumah.

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Lea yang sudah terlihat segar setelah mandi, rambut panjangnya ia gelung dengan handuk. Memakai kaos putih yang kebesaran di badan mungilnya dan training hitam, Lea turun ke dapur untuk mengisi amunisi sebelum berperang dengan debu yang menjajah rumahnya.

Lea memilih untuk sarapan dengan dua lembar roti dan segelas susu cokelat hangat. Setelah dirasa sudah kenyang, Lea memulai dengan mencuci piring. Setelah selesai, Lea menuju ke samping rumahnya di mana ia biasa mencuci baju, di sana sudah ada mesin cuci, sehingga Lea merasa pekerjaannya lebih mudah.

Handuk yang semula menggelung rambutnya kini sudah terlepas menampilkan rambutnya yang masih setengah basah, Lea ikat asal. Tangan kanannya tengah memegang sebuah vacum cleaner dan di pundak sebelah kirinya terselampir kain lap.

"Apa aku terlalu sibuk sampai-sampai rumahku sudah dijajah debu tanpa aku sadari?" gumam Lea dengan tangan bergerak membersihkan debu di setiap sudut rumahnya.

Butuh waktu dua jam lebih bagi Lea untuk membersihkan seluruh ruangan di rumahnya. Kini, Lea tengah berdiri di depan pintu kulkas mengambil air dingin untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering. Ternyata perang dengan debu yang ada di rumahnya membuat Lea kelelahan, bahkan alat-alat yang ia pakai tergeletak begitu saja di pojok dapur, belum Lea masukkan ke dalam gudang.

"Hah, lihatlah akhirnya semua terlihat bersih." Lea bersender di pintu kulkas dengan tangan yang masih memegang botol air dingin, menempelkan pada pipinya yang terasa sedikit panas.

Sebuah panggilan telepon menyadarkan Lea dari lamunannya, Lea beranjak untuk mengambil ponsel yang ia letakkan di meja makan. 'Pak Rehan', nama yang tertera membuat Lea langsung menekan tombol hijau untuk mengangkat telepon.

"Halo, lea?"

"Ah, iya, Rehan." Jujur Lea gugup sekali saat mengangkat telfon dari Rehan, ini pertama kalinya mereka berkomunikasi lewat telfon. Biasanya Rehan hanya akan mengabarinya lewat pesan singkat saja, tak ada telfon.

"Sepertinya aku akan datang saat jam makan siang. Apa tidak apa-apa?"

"Tentu. Kau bisa datang kapan saja."

"Baiklah. Sampai bertemu nanti, Lea."

"Ya, sampai bertemu nanti."

Tut

Panggilan berakhir, Lea meletakkan kembali ponselnya di meja. Lea kini tengah dibuat bingung ia akan memasak apa untuk makan siangnya bersama Rehan. Lea kembali membuka pintu kulkas untuk mencari ada bahan apa saja yang bisa diolah nanti.

"Hanya ada ini? Sudahlah yang penting ada bahan masakan." Lea mengambil seluruh bahan-bahan yang ada di kulkas, ada sepotong daging dan beberapa jenis sayuran.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang