Bab 6

6 4 1
                                    

Penulis: Dian Putri K. tae_bu17 

Happy reading. 💐
.
.
.

Bel masuk sekolah telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, para siswa SMA Matjayatam sudah masuk ke kelas masing-masing, kini merekatengah menunggu guru yang akan mengajar mereka.

Hah, lelah sekali rasanya, batin Lea.

Seorang pria dengan tubuh tegap dan berkepala plontos berjalan masuk ke dalam kelas dan berdiri tepat di depan papan tulis.

"Selamat pagi, Murid-muridku."

"Pagi, Pak," jawab murid secara serempak.

"Sebelum pelajaran Bapak mulai ada pengumuman yang akan Bapak sampaikan terlebih dahulu. Pengumuman pertama adalah hasil ulangan minggu kemarin dengan nilai tertinggi Lea, Faro dan juga Danare, dan untuk nilai terendah Bryan. Untuk yang memperoleh nilai tertinggi pertahankan nilai kalian, dan untuk nilai terendah tingkatkan lagi nilai kalian agar tak tertinggal jauh dari teman kalian."

Lea bernapas lega, ia pikir hasil ulangannya akan jadi nilai terendah di kelasnya ternyata ia menjadi salah satu pemilik nilai tertinggi di kelas. Karena saat mengerjakan ulangan kemarin Lea sangat tidak fokus, pikirannya sedang kacau. Bahkan, jawaban kemarin banyak yang ia jawab asal. Ia masih memikirkan mengapa Faro melukai Danare, apa ada masalah di antara keduanya sehingga Faro melukai Danare?

Suara menggelegar Pak Sam menyadarkan Lea dari lamunannya. Ah, ternyata beliau masih menyampaikan pengumuman yang sering ia katakan sebelum memulai pelajaran.

"Dan pengumuman terakhir kita kedatangan murid pindahan dari SMA Mahatman." Ucapan Pak Sam terpotong saat seorang siswi yang berdiri dengan wajah sumringah hendak bertanya.

"Apa dia laki-laki, Pak?" tanyanya begitu antusias. Para siswi lain pun langsung tertuju pada Jessica kecuali Lea. Mereka seolah-olah mempunyai pemikiran yang sama.

"Ya, dia laki-laki. Dan kau Jessica jangan mengganggunya, Bapak pusing karna ulahmu yang selalu mendekati murid laki-laki yang berada mereka saling adu jotos karena merebutkanmu." Peringatan Pak Sam pada Jessica, dia benar-benar pusing menghadapi laki-laki yang berebut Jessica. Jessica memang terkenal memiliki banyak kekasih, makanya saat para kekasihnya bertemu mereka pasti akan berakhir dengan saling adu jotos.

Yang diperingati menekuk wajahnya masam. Padahal Jessica ingin sekali menjadikan murid pindahan itu sebagai kekasihnya dan menjadi salah satu pria koleksinya.

"Ayo, Nak, silakan masuk dan perkenalkan dirimu."

Semua mata tertuju pada pintu kelas mereka. Menanti bagaimana rupa si murid pindahan itu. Suara riuh terdengar saat murid pindahan sudah berdiri di depan papan tulis. Wajah tampan dengan rahang yang tegas, juga tinggi badan semapai membuat para siswi berjerit histeris. Definisi tampan sesungguhya pikir mereka.

"Halo semua. Perkenalkan namaku Ryan Helixant, aku murid pindahan dari SMA Mahatman. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik." Ryan menutup perkenalannya dengan senyum manis yang terukir di wajah tampannya. Melihat senyum manis Ryan membuat para siswi makin histeris, bagaimana tidak? senyumannya membuat Ryan makin tampan saja.

"Baiklah, Ryan kau boleh duduk di—"

"Permisi, Pak. Bolehkan aku duduk dengannya?" Ryan bertanya sambil menunjuk gadis yang duduk di pojok belakang.

"Oh, tentu saja kau boleh duduk dengannya. Lea dia akan jadi teman sebangkumu." Merasa namanya terpanggil, Lea langsung menghadap depan dengan wajah bingungnya.

Ryan yang mendapat persetujuan dari Pak Sam langsung berjalan menghampiri meja sebelah Lea.

"Hai, aku Ryan. Siapa namamu?" tanya Ryan sambil mengulurkan tangannya pada Lea.

"O-oh namaku Algalea La Darco, kau boleh memanggilku Lea," balas Lea sambil memasang senyum di wajah cantiknya. Senyuman Lea membuat Ryan terpaku sejenak. Bahkan, Ryan sampai lupa melepaskan tautan tangan mereka, dia benar-benar seterpukau itu.

"Bisakah kau melepaskan tanganku?" Lea benar-benar malu ditatap oleh puluhan pasang mata yang menatap tautan tangannya dan Ryan, apalagi para siswi yang menatapnya seolah-olah matanya dapat memunculkan laser dan melukai Lea. Tatapan mereka membuat Lea bergidik ngeri.

"Te-tentu saja."

Pelajaran dapat berlangsung walaupun suara grusah-grusuh siswi yang masih membicarakan si tampan Ryan. Tatapannya yang tengah fokus menghadap depan, membuat para siswi menahan jerit, meskipun ditahan, tetapi suaranya masih saja terdengar di telinga Ryan. Sepertinya itu akan membuatnya sedikit terganggu, tetapi tak apa yang penting ia sudah menemukan target incarannya.

_Akhirnya aku dapat menemukanmu_, batin Ryan dengan bibir terangkat sebelah.

***

"Ryan, bisakah kau berhenti mengikutiku?" Lea lelah dengan Ryan yang selalu mengikutinya ke mana pun Lea pergi. Ryan kini tampak seperti itik yang tengah mengikuti induknya berjalan. Ryan mengikuti Lea sejak pulang sekolah tadi, dan sekarang ia malah mengikutinya sampai ke tempat kerja Lea.

"Tapi, akun ingin berkeliling bersamamu. Kau tahu tempat dan lingkungan ini sangat asing bagiku," ujar Ryan beralasan, tentu saja bukan itu alasan sebenarnya ia mengikuti Lea. Ryan ingin tahu bagaimana gadis itu melewati hari-harinya. Dan juga ada satu hal yang benar-benar Ryan harus tahu dari gadis itu, dan Ryan harus secepatnya mengetahui itu.

"Aku sedang bekerja. Kau sebaiknya pulang, aku tak ingin kau mengganggu pekerjaanku. Dan satu lagi aku tak punya waktu untuk berkeliling denganmu, lebih baik aku bekerja dan menghasilkan uang." Tindakan Ryan yang selalu mengikuti Lea membuatnya sedikit terganggu. Apa laki-laki itu tak memiliki kegiatan lain selain mengikutinya?

Memilih mengabaikan Ryan, Lea melanjutkan pekerjaannya. Risih memang setiap pergerakannya ditatap intens oleh Ryan. Lea sudah menyuruh Ryan untuk pulang dan tidak mengikutinya lagi, tetapi laki-laki itu sungguh keras kepala dan memilih untuk tetap mengikuti Lea.

Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam yang berarti jam kerja Lea sudah selesai. Huh, akhirnya Lea dapat pulang dan beristirahat. Hari ini Lea merasa lelah sekali, ditambah lagi Ryan yang selalu mengikutinya ke mana pun Lea pergi. Namun, sekarang Lea bisa bernapas lega karena Ryan tak lagi mengikutinya.

"Aku harus cepat pulang. Subbin pasti mengkhawatirkan aku jika aku pulang terlambat." Lea berjalan menuju halte, sepuluh menit menunggu akhirnya bus yang Lea tunggu datang.

Lima belas menit perjalanan pulang, akhirnya Lea sudah sampai di rumahnya. Tak mau berlama-lama Lea memutuskan untuk segera mandi dan makan malam. Sungguh Lea tadi tak sempat makan saat di tempat kerja.

***

Ting

Bunyi notifikasi pesan dari sebuah ponsel mengalihkan atensi Lea. Lea yang sedang belajar akhirnya menutup buku dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas tumpukan buku.

Danare :
Lea, apa aku mengganggumu?

Lea :
Tidak. Ada apa Danare? Tumben sekali kau mengirim pesan pada malam hari.

Danare
Aku hanya ingin memberitahumu bahwa Faro kini sudah berubah. Faro tak pernah lagi memukulku.

Lea :
Syukurlah kalau begitu. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian.

Setelah mengirim pesan balasan untuk Danare, Lea mematikan data seluler pada ponselnya. Lea akan melanjutkan kegiatan belajarnya. Sebentar lagi ulangan akhir semester akan segera dimulai, Lea tak ingin nilainya berubah jelek karena jika itu terjadi maka beasiswanya berada di ujung tanduk.

Sebelum malam semakin larut Lea harus cepat menyelesaikan belajarnya. Ia tak boleh tidur larut malam jika tak ingin besok pagi terlambat datang ke sekolah. Jam belajar Lea berkurang sejak ia memutuskan untuk bekerja, tadinya Lea belajar dari jam tujuh malam sampai jam sembilan malam. Tetapi, sekarang Lea belajar dari jam sepuluh malam sampai jam sebelas malam saja karena dari sore sampai jam sembilan malam Lea bekerja.

Lelah memang bahkan sangat, tapi bagaimana lagi ini sudah jadi konsekuensi yang Lea dapat. Ia harus bertahan hidup, itu prinsip yang Lea pegang sejak sang Ayah meninggal.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang