Penulis: Dian Putri K. tae_bu17
Happy reading. 💐
.
.
.Pagi yang cerah dengan gumpalan-gumpalan awan bagai kapas membuat Lea semakin tak melunturkan senyum yang menghias di wajah cantiknya. Tepat di hari ini Lea dan teman satu angkatannya mendapat surat kelulusan yang berarti hari kelulusan mereka sudah dekat. Tetapi, di balik itu semua Lea tengah bingung, dari mana ia bisa mendapatkan uang yang begitu banyak dengan nominal yang cukup besar untuk membayar kelulusannya nanti. Gajinya saja belum waktunya untuk dibayar.
Hah, bagaimana ini aku harus segera membayar uang kelulusanku? Apa aku meminta gajiku dulu pada Pak Rehan?, batin Lea.
"Aku akan bertanya dulu pada Pak Rehan nanti."
Lea berjalan memasuki sebuah rumah mewah, masih memakai seragam Lea berjalan dengan tangannya yang memegang tali ransel kuat. Lea berjalan hingga akhirnya sampai di depan pintu kayu berwarna hitam. Lea awalnya ragu untuk mengetuk pintu di depannya, tetapi Lea sangat butuh uang itu. Dengan sedikit tangan bergetar Lea mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu yang ada di depannya.
Tok_Tok_Tok
"Masuk."
Lea berjalan masuk ke dalam ruangan dengan nuansa hitam yang mendominasi. Pria yang tadi memunggungi Lea berbalik badan dengan satu tangan memegang sebuah buku.
"Oh, rupanya kau. Ada apa kau ke sini?" tanya Rehan pada gadis di depannya yang tengah menunduk.
"Em, i-tu Pak. Bolehkah saya meminta gaji saya, saya tahu ini belum waktunya saya menerima gaji dari Bapak. Tapi, saya sedang membutuhkan uang itu untuk membayar kelulusan saya."
Mendengar jawaban dari gadis di depannya membuat Rehan memunculkan sebuah senyuman tipis di bibirnya. Sebuah ide muncul di pikiran Rehan, ide agar ia bisa lebih dekat dengan Lea.
"Tentu saja. Aku akan memberikannya lebih awal dari waktu seharusnya, tapi itu semua tidak gratis, Lea. Aku ada syarat untukmu, kau harus pergi berkencan denganku dengan itu kau bisa mendapatkan gajimu itu."
A-apa katanya pergi berkencan? Oh tidak, Lea bahkan tak pernah sekalipun membayangkan pergi berkencan dengan siapapun. Tetapi, sekarang pria di depannya malah mengajaknya kencan.
"Ke-kencan?"
"Iya, kencan. Jika kau ingin mendapatkan gajimu kau harus pergi berkencan denganku, itu syarat jika kau benar-benar ingin gajimu diberikan lebih awal." Rehan bisa melihat wajah Lea yang begitu terkejut dengan penuturannya tentang kencan.
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa. Saya lebih memilih untuk berhenti bekerja saya. Maaf telah lancang dengan meminta bayaran saya lebih dulu. Saya permisi untuk pulang ke rumah. Selamat malam dan permisi, Pak Rehan." Lea menatap lawan bicara dengan senyuman paksa, Lea berbalik dan keluar dari ruangan Rehan.
Rehan hanya bisa tersenyum melihat kepergian Lea, ia tahu tak lama pasti Lea akan datang menemuinya lagi.
Menurut Lea keputusan yang telah ia ambil sudah tepat. Ia tak mau pergi kencan dengan bosnya, lebih baik ia menerima tawaran kerja kafe yang sempat Danare tawarkan padanya.
"Aku akan coba bertanya pada Danare soal kafe itu. Ah, aku lupa Danare sedang ada masalah dengan Faro dan itu semua karena aku." Lea merasa dalam situasi serba salah. Di satu sisi Lea membutuhkan uang untuk membayar kelulusannya, tetapi disisi lain ia merasa tidak enak pada Danare padahal ia hanya akan bertanya perihal lowongan kerja di cafe yang biasa Danare kunjungi, tetapi tetap saja Lea merasa tidak enak pada Danare. Lea juga tidak tahu tempat cafe itu berada di daerah mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumus Rubik
FantasyAlgalea, gadis lugu yang begitu baik hati terhadap sekitar. Seorang anak penyihir yang memikul janji besar dari sang ayah. "Ayah titipkan semua ini padamu, Lea." *** "Mengapa aku terlalu bodoh?" -- Bagaimana gambaran janji yang disampaikan sang ayah...