Bab 5

5 4 2
                                    

Penulis: Vina Febriyanti vin_febriii

Happy reading.
.
.
.

Malam semakin larut, Lea terduduk di pembatas jalan dengan raut muka yang tampak lelah. Sesekali ia melamun, ia merindukan ayah dan ibunya yang sudah tenang di sisi Tuhan. Air mata mulai mengalir dan membasahi pipinya yang dingin terkena embusan angin malam.

Tak selang beberapa lama, ada mobil berwarna putih yang menepi dan mendekatinya. Seketika Lea menyeka air matanya dan mengamati siapa yang datang.

Muncullah seorang wanita seumurannya dari mobil itu, tak lain adalah Danare temannya.

Lea tampak terkejut atas kedatangan Danare malam-malam seperti ini. Dan bertanya-tanya atas apa yang akan dilakukan Danare di sini.

Sejak kejadian yang menimpa Danare tempo hari, hubungan pertemanannya dengan Lea sangat baik. Bahkan mereka tak pernah sedekat ini sebelumnya.

Tidak ada lagi perundungan yang dilakukan Danare dan teman-temannya kepada Lea. Justru ia sadar jika teman-teman yang selalu bersamanya belum tentu mau mengorbankan keselamatan mereka untuk Danare sendiri.

"Hai, Lea, aku melihatmu termenung sendiri di sini," ucap Danare memasang posisi duduk di samping Lea.

"Apakah pekerjaanmu sudah selesai?" sambung Danare. Lea menganggukkan kepalanya dan menunjukkan senyum seperti biasanya. Ia berusaha menyembunyikan keadaanya yang nampak letih.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku baru saja pulang berbelanja dan sekarang aku berniat mengajakmu untuk ikut bersamaku."

"Ini sudah larut, kau pulang saja. Lagi pula aku terlalu kumal untuk ikut bersamamu."

"Tak apa, Lea, kali ini aku memaksamu. Bukankah besok kau libur bekerja?" Danare memasang muka memelas.

Begitu banyak kata dan kalimat yang Danare keluarkan untuk merayu Lea agar ia mau ikut bersamanya. Akhirnya Lea pasrah dan mengiyakan ajakkan Danare.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan dan berhenti di salah satu rumah dari deret perumahan mewah. Danare mempersilakan Lea untuk masuk kerumahnya, netra Lea tak berhenti mengagumi rumah Danare yang begitu besar.

Belum sampai Danare memasuki rumah, ada sosok lelaki paruh baya berdiri di depan pintu seakan siap menghajarnya, lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Ayahnya.

"Danare!" bentaknya kepada Danare. Sang pemilik nama hanya diam menunduk. Tak berbeda dengan Lea yang merasa bersalah karena membuat Danare terkena murka ayahnya.

"Dari mana saja dirimu! Apakah kau tak melihat jam berapa sekarang?" Nada bicara ayahnya meninggi.

"Maafkan aku, Ayah, aku baru saja pulang dari mall dan menghampiri sahabatku."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Danare. Ia tau, menjelaskan kejadian sebenarnya tak akan membuatnya terbebas dari kekerasan ayahnya.

"Maafkan kami, Pak. Semua tak murni kesalahan Danare, saya juga bersalah karena membuatnya lama menunggu," jelas Lea dengan rasa bersalahnya ketika mendapati Danare yang sudah meneteskan air mata atas perlakuan ayahnya.

Ayah Danare mengamati muka dan penampilan teman anaknya yang kumal itu, pandangan matanya sangat sinis. Tak menunggu lama, Danare dan Lea diperbolehkan masuk ke rumah. Sebelum itu, Danare diminta untuk berjanji agar tak mengulangi perbuatannya lagi.

Sesampainya di kamar Danare, ia menyuruh Lea untuk membersihkan tubuhnya dan mempersilakan Lea untuk memakai pakaian yang ia beli tadi. Lea tak banyak komentar, ia selalu mengiyakan perkataan si tuan rumah.

Rumus RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang