Nama penulis: Dian Putri Khasanah tae_bu17
Happy reading. 💐
.
.
."Tahu tentang apa Subbin?"
"Tentang asal-usulmu, kehadiranku dan juga Rahardian," jawab Subbin dengan raut wajah yang begitu serius. Tangannya terkepal kuat, alisnya menukik tajam. Ah, sial rasa-rasanya Subbin ingin meledak karena rubik yang ia jaga mati-matian sudah dicuri oleh Rahardian. Keparat.
"Lea, kita duduk dulu. Butuh waktu lama untuk aku menceritakan semuanya." Subbin menggiring Lea ke ruang tengah. Duduk berhadapan membuat suasana menjadi tegang.
Subbin menghela napas berat. "Lea apa kau tahu siapa ayahmu sebenarnya?" tanya Subbin dengan sedikit berhati-hati. Ia tahu Lea masih berduka akan kepergian ayahnya.
"Ayahku? Yang kutahu, beliau bekerja di sebuah perusahaan lalu bertemu dengan ibuku."
"Lea sebenarnya, ayahmu adalah seorang ahli sihir yang sangat terkenal. Beliau juga salah satu tokoh penting bagi bangsanya. Dan karena ialah aku berada di sini menjagamu dan rumah ini."
Mendengar penuturan Subbin, Lea menggeleng tak percaya. Ahli sihir? Bagaimana bisa ayahnya seorang ahli sihir? Jika memang ayahnya seorang ahli sihir mengapa tidak menceritakan hal itu kepada Lea? Lea, seperti orang bodoh saja yang tidak tahu menahu tentang latar belakang kedua orang tuanya.
"Fano menciptakan sebuah rubik yang begitu istimewa dan luar biasa. Mengapa aku mengatakan hal demikian? Karena, rubik itu memiliki kekuatan yang begitu hebat Lea. Namun, Fano hanya menciptakan satu rubik saja dengan rumus yang hanya Fano saja yang tahu. Bangsa Taxwiz yang tahu bahwa sang ahli sihir terkemuka telah menciptakan sebuah rubik yang sangat dahsyat mencoba mencurinya, tetapi Fano telah lebih dulu tahu rencana busuk mereka. Akhirnya Fano melarikan diri ke bangsa manusia, Fano menyamar menjadi manusia biasa dan membangun rumah ini."
Subbin melihat jelas bagaimana ekspresi gadis di depannya ini. Ekspresi terkejut, bingung, dan sedih bercampur menjadi satu.
"Aku tahu ini pasti berat untukmu, Lea. Namun, kau harus tahu semua fakta ini, dan kau juga harus menerimanya," ucap Subbin lirih sambil menggenggam tangan Lea menyalurkan rasa hangat untuk gadis itu. Lea hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Apa yang kau katakan tentang Fano bekerja di perusahaan itu benar, tetapi sebelum ia mulai hidup sebagai manusia biasa, Fano memanggilku untuk diberi perintah menjaga rubik di ruang rahasia. Karena itu, saat Fano berpulang aku masih terjebak di sini dan tak bisa pergi. Tugasku menjagamu dan rubik itu, Lea. Kau pasti sering bertanya-tanya kan saat tiba-tiba aku menghilang?"
Lea mengangguk. "Aku bukannya hilang tiba-tiba, Lea. Aku masih di sini hanya saja aku berada di ruang rahasia itu. Saat dirasa ada sesuatu yang membuatku merasa tak tenang aku akan pergi ke ruangan itu."
"Kau tahu alasanku mengajarimu ilmu sihir tempo lalu? Karena, firasatku mengatakan bahwa sesuatu hal besar akan terjadi dan kau harus mengusai sihir setidaknya satu ilmu saja itu cukup." Memang Subbin mengajarinya sihir, tetapi Lea baru tahu alasan mengapa ia diajari sihir oleh Subbin.
"Dan tentang Rehan, aku sudah memperingatimu kemarin saat dia datang kemari. Namun, kau malah tidak mempercayaiku, kau sudah terbutakan oleh cintamu itu, Lea. Dia datang karena ingin merebut rubik itu darimu Lea. Kau ingat dengan murid bernama Ryan di sekolahmu?"
Lea jelas ingat dengan Ryan, murid pindahan yang selalu mengikuti Lea ke mana pun Lea pergi. Lea juga pernah menemukan kalung milik laki-laki itu.
"Dia sebenarnya adalah Rahardian yang menyamar sebagai Ryan. Karena penyamaran menjadi siswa SMA gagal, Rahardian menyamar lagi menjadi CEO kaya. Dan kau tahu siapa dia?" tanya Subbin pada Lea, tetapi hanya dijawab gelengan kepala oleh Lea.
"Dia Rehan, Lea. Pria yang katanya kau cintai itu, ternyata adalah seorang penyihir jahat yang mengambil rubik darimu. Ryan dan Rehan adalah satu orang yang sama. Tujuan mereka mendekatimu juga sama, mencuri rubik dan rumusnya."
Lea menangis saat mendengar fakta mengejutkan bahwa pria yang selama ini ia cintai ternyata penyihir jahat. Dan dengan bodohnya Lea tidak menyadari bahwa ia sudah dibohongi oleh Rehan.
"Kenapa aku bodoh sekali, Subbin? Dan kenapa juga aku malah mencintai laki-laki yang telah membohongiku?" Pertahanan yang Lea bangun runtuh sudah, air matanya turun di pipi mulusnya dengan deras.
Subbin hanya bisa menggenggam tangan itu dengan erat. Lea hancur setelah mendengar fakta yang begitu menyakitkan baginya. Dadanya begitu sesak, air matanya pun tak mau berhenti seakan-akan tengah mengejek Lea yang sudah hancur.
Sudah satu jam akhirnya Lea bisa mengontrol emosinya. Memang belum sepenuhnya terkontrol bahkan sekarang dadanya masih sakit karena menangis sesenggukan selama satu jam. Matanya pun terlihat sembab dan merah.
"Aku harus mengambil hakku kembali, Subbin. Ayo, bawa aku menemui laki-laki brengsek itu dan rebut lagi rubiknya," ucap Lea dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Kita tidak bisa, Lea. Dia sudah kembali ke bangsanya. Dan tidak mudah untuk sampai ke sana," jelas Subbin, tangan mereka pun masih tergenggam erat.
"Jika kita pergi ke sana, kita harus menyusun rencana dahulu, Lea. Kita jangan terlalu gegabah dengan langsung ke sana."
Apa yang dikatakan Subbin benar, mereka harus menyusun rencana agar bisa mengambil rubiknya kembali.
"Kau butuh istirahat agar pikiranmu kembali tenang. Kau bisa tidur sekarang."
Lea mengangguk, ia berjalan menuju ke kamar. Knop pintu itu diputar pemilik kamar, Lea berjalan gontai, lesu. Ia menaruh tas kuliahnya, duduk di depan kaca sambil bercermin.
Satu tetes kembali bahasi pipi, Lea segera mengelapnya. Ia teringat dengan ucapan Ayah sebelum napas terakhirnya terembus, bahwa kalimat itu ternyata janji besar yang harus ia pikul!
Lea merasa dirinya manusia paling berdosa. Tangis kembali pecah saat memori bersama ayahnya kembali teringat.
"Ayah ...."
Terasa tubuhnya benar sakit, Lea berupaya menahan dirinya.
Untuk meredakan tangis, Lea merotasikan mata, leher itu berputar sedikit, melirik tas berwarna hitam itu. Lea kembali menyentuhnya, membuka tas itu dan temukan benda persegi sedikit tebal di dalamnya.
Punya Rehan.
Buku itu terbuka, di halaman pertama, Lea membacanya.
Dunia adalah sementara.
Sepertinya aku juga akan berakhir.
Aku tidak akan selamanya berada.
Setelah aku tersenyum, aku berpikir apakah aku mampu membuatnya tersenyum karenaku?
Algalea, gadis yang terus kupikirkan setelah kunyatakan aku menyukainya.
Jika kita berpisah, kuusahakan rela.
Namun, bertemu denganmu lagi dan masih ada memori yang kubawa saat aku terlahir kembali.Lea tak sanggup membuka halaman kedua. Ia sudah kembali menangis keras sehingga mengundang cemas dari Subbin.
"Algalea!"
Subbin menunduk tak kuasa melihat air mata Lea.
"Subbin ... sa-kit ...." Lea memegangi dadanya, ia begitu hancur sehancur-hancurnya.
Subbin hanya bisa berdiri di pojokan menahan diri agar tidak ikut hancur. Ia membebaskan Lea manangis sekencang-kencangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumus Rubik
FantasyAlgalea, gadis lugu yang begitu baik hati terhadap sekitar. Seorang anak penyihir yang memikul janji besar dari sang ayah. "Ayah titipkan semua ini padamu, Lea." *** "Mengapa aku terlalu bodoh?" -- Bagaimana gambaran janji yang disampaikan sang ayah...