SEORANG gadis sedang sibuk dengan atribut masaknya di dapur yang terletak di salah satu sudut kamarnya, yang tak lain adalah Mei. Di kamar Mei yang bernuansa pink itu, terdapat mini kitchen. Itu atas permintaan Mei sendiri. Kaget? Mei si anak manja bisa memasak? Tapi itulah kenyataannya, Mei memang bisa memasak beberapa makanan yang ia sukai dan prosesnya instan.
Kini Mei baru saja selesai memasak nasi goreng. Yah, tepat sekali, itu adalah nasi goreng khusus untuk laki-laki sang pujaan hati, Revano Argantara. Jika selama ini kalian mengira bahwa nasi goreng yang dibawakan Mei untuk Revan adalah nasi goreng buatan asisten rumah tangga dan Mei hanya tinggal terima jadi saja, maka kalian salah. Atau kalian berpikir nasi goreng itu Mei beli dari warung mbak Ayu, anak dari bibi sang penjual nasi goreng di higt school Giorgino dari zaman mommy Mei yang masih minum memakai dot dan pipis dalam pempers, itu juga salah. Nasi goreng itu buatan Mei sendiri. Namun, awal tujuan Mei membuat mini kitchen di kamarnya bukanlah karena Revan, tapi karena kebiasaan Mei yang suka ngopi setiap paginya. Ralat setiap saat ia ingin, dan hukumnya wajib!
Sentuhan terakhir Mei menaburkan bawang goreng di atas nasi goreng yang terlihat lezat itu sebagai pelengkap. Lalu, Mei menutup kotak bekal berwarna pink dengan tutup berwarna putih yang terdapat dua gambar Mickey Mouse sedang berpelukan. Setelahnya Mei meraih gelas coffee yang baru ia buat tadi dan meneguknya hingga tandas.
Dengan senyum manis yang menimbulkan dimple di pipi sebelah kanannya dan bandana pink yang bertengger indah di atas kepalanya, Mei siap sekolah dengan menyandang tas pink yang berisi buku-buku pelajarannya.
Skip
Lapangan basket pagi ini terlihat cukup ramai dan berisik dengan teriakan-teriakan heboh para penonton sebagai dukungan untuk para idola yang sedang bertanding. To be honest, teriakan itu lebih dominan kepada Revan. Of course! Ketua basket higt school Giorgino itu memiliki skill yang sangat luar biasa dalam bermain basket.
Revano Argantara, memiliki postur tubuh yang tinggi dan langkahnya yang gesit dalam mengelabui lawan mainnya. Keringat yang bercucuran di dahinya perlahan turun menelusuri leher jenjangnya yang membuat setiap pasang mata merasa rugi jika melewatinya barang sedetik saja. Entah berniat memamerkan perutnya yang bak roti sobek atau karena keringat itu memang menggelitik lehernya, Revan mengelapnya menggunakan ujung baju hingga terpampanglah wujud kotak-kotak itu membuat tak hanya pasang mata yang tak berkedip tapi teriakan mengagumi ciptaan tuhan juga ikut terlontarkan. Sadar akan hal itu, Revan pun berdecak kesal dan lanjut berlari untuk menangkap bola dari Riko yang tampaknya hendak memberi umpan untuknya melakukan shooting. Dan yah, bola itu masuk ke ring bertepatan dengan suara peluit tanda permainan sudah selesai. Pertandingan kali ini dimenangkan oleh tim Revan tentunya.
Sedangkan di sisi lain sekolah, seorang gadis sedang jalan tergopoh-gopoh setelah membeli Le Mineral dari kantin, bukan endors ya. Setelah menghadapi antrean yang cukup panjang dan melelahkan karena ini adalah jam istirahat pertama. Mei berlari sepanjang koridor menuju lapangan basket. Seperti yang sudah ia prediksi, para penonton sudah berangsur bubar karena permainan sudah selesai. Mei mempercepat langkahnya agar tepat waktu memberikan minum kepada Revan. Mei berhenti sejenak di pinggir lapangan, menaruh tangannya di lutut untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lalu, ia memperbaiki bandana dan beberapa helaian rambut yang terjuntai karena berlari tadi. Setelah ia rasa sudah rapi, Mei menerobos beberapa penonton yang masih setia berdiri di pinggir lapangan untuk sampai di tempat Revan yang sedang beristirahat di pinggir lapangan bersama teman-temannya.
Para penonton yang melihat itu tidak heran lagi, mereka yang hendak beranjak dari sana seketika urung dan yang masih stay di tempatnya tambah anteng. Pertunjukan basket akan diganti dengan penembakan tak mematikan, pikir mereka. Meski sudah hapal alur dari film yang akan mereka saksikan, tetap saja masih menarik untuk diikuti hingga film ini end, siapa yang tahu kali ini ending-nya akan berubah.
Tak sedikit dari mereka juga berandai bisa memiliki keberanian seperti Mei untuk mengungkapkan perasaannya dan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan terutama penolakan. Seperti halnya yang didapatkan Mei selama ini.
"Gila sih, keren banget shooting lo tadi, Van."
"Pemain senior mah, beda."
"Drible-nya keren banget gilak."
Sayup-sayup Mei bisa mendengar kalimat pujian yang ditujukan pada Revan. Mei memang tidak paham istilah-istilah dalam bermain basket. Tapi Mei bisa pastikan itu adalah sebuah compliment.
Bima, salah satu anggota basket yang baru saja hendak melempar minuman pada Revan seketika urung saat melihat Mei yang mendekat dengan langkah ceria seperti biasa.
"Halo, kak!"
"Sapaannya untuk kita-kita juga nggak nih, dede Memes? Apa untuk Revan aja." Goda Riko dengan mengedipkan sebelah matanya. Mei yang ditanya begitu pun tersipu malu.
"Bim, lempar!" Titah Revan pada Bima yang tak kunjung melemparkan minum padanya.
"Ambil yang sama dede Memes aja lah bos, haus banget gua." Ucap Reza sembari memegang lehernya mendramatisir, seolah ia benar-benar haus.
"Haus apaan lo aja nggak main." Sinis Revan.
"Ya karena teriak-teriak dukung lo tadilah," Ucap Reza sembari menangkap minuman yang dilempar Bima, lalu meneguknya hingga tinggal setengah.
"Minuman di tangan dede Memes untuk Revan, kan?" Ucap Reza setelahnya.
"Sini!" Belum sadar akan situasi yang ia hadapi saat ini, Mei hanya diam tanpa melakukan pergerakan atau berucap sepatah katapun.
"Lama." Decak Revan meraih botol minum yang semula berada di tangan Mei, menyadarkan Mei akan keterkejutannya. Sepertinya Mei harus kursus untuk memahami Revan. Senyum manis akhirnya terukir di wajah Mei yang semula cengo, sangat manis eum... sepertinya terlalu manis hingga membuat orang-orang terbius.
Mei memandangi Revan yang tengah mendeguk air tanpa jeda iklan itu, dengan keringat yang mengucur di pelipisnya, rambutnya yang setengah basah, jakunnya yang naik turun bersama tegukan air, ditambah lagi dengan kostum basket tanpa lengan yang ia kenakan, membuat ketampanannya berlipat ganda. Damage-nya ituloh. Gimana Mei nggak makin cinta?
"Manis banget sih, senyumnya, Mei." Goda Sakti yang juga anggota basket.
"Duh dede Memes cukup! Cukup! Nggak kuat abang, dek," Sahut Riko mendramatisir seperti yang dilakukan Reza tadi. Sudah dikatakan sejak awal bukan? Bahwa Reza dan Riko satu perguruan.
"Jangan godain, ntar pawangnya marah." Ucap Bimo sembari tersenyum sinis pada Revan yang sedang meremas botol minumnya, lalu ia segera beranjak dari sana.
Revan yang mendengar itupun spontan menoleh ke arah Bimo yang sudah berdiri dan memandanginya tajam. Tentu, ia tau siapa yang dimaksud dengan pawang di sini. Huh, menyebalkan!
Teman-teman Revan yang ingin menyemburkan tawanya seketika urung melihat tatapan tajam milik Revan. Lalu pandangan Revan beralih ke arah Mei yang tengah cekikikan, entahlah Revan juga tidak tahu apa sebabnya. Emang bener sih yang mereka bilang, manis. Manis banget malah. Eh! Revan menggelengkan kepalanya dan membuang muka, apa-apaan yang dipikirannya tadi. Tapi emang manis gimana dong, mata bulatnya yang menjadi sipit saat tersenyum—No! No! No! Maksudnya dia nyebelin, ngerecokin aja bisanya, pengganggu, important one is egois, tapi juga gemes—
"Kak Epan makasih udah terima minum dari, Mei. Mei balik ke tribun dulu ya, semangat kak Epan!" Suara cempreng itu berhasil menyadarkan Revan dari perang batinnya, jika perang itu bertahan beberapa menit lagi, mungkin akan ada ledakan bom atom seperti di Hirosima dan Nagasaki.
Riko yang melihat kebingungan Revan pun semakin gencar untuk menggoda kapten basketnya itu. "Manis kan, Capt?" Ucap Riko melihat kepergian Mei.
"Sampai bengong gitu." Kompor Sakti.
"Kalau suka mah tembak." Sahut Bima ikut mengompori. Mereka yang berada di sana menahan tawa melihat ekspresi kesal Revan.
"Anggapan gue tentang cewek adalah makhluk egois nggak akan pernah berubah!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Pagi
Подростковая литератураSeorang gadis periang yang selalu memberikan senyum termanisnya saat bertegur sapa dengan lesung di pipi kanannya. Memiliki sikap yang manja namun pantang menyerah. Sikapnya yang ramah dan ceria membuat orang-orang tersenyum saat di dekatnya, dan be...