Bangun 30 menit sebelum masuk kelas adalah hal yang aku syukuri, paling tidak aku terbangun sebelum kelas dimulai dan masih ada waktu untuk siap-siap.
Bukan, bukannya aku malas untuk bangun lebih awal, hanya saja, kasur terlalu menarik untuk ditinggalkan begitu saja setelah shalat subuh. Okay, lupakan bualanku ini, yang pasti saat ini aku harus sampai di kelas sebelum dosen masuk.
Buku binder udah, pena udah, dompet ud... tunggu dompetkuu dimanaa?? Sial, aku benci jika keteledoranku muncul di saat aku harus pergi secepat kilat. Ugh.. dimana dompet itu, aku mencari di setiap sudut kamar tapi tak kunjung menemukannya. Shit.. ini hari pertama di semester baru dan aku sudah terkena sial bahkan sebelum sempat masuk kelas.
🌸
Aku baru saja duduk di kursiku saat indra pendengaranku menangkap bisik-bisik dari sekitar. Well... setelah bersiap-siap hanya dalam 30 menit dan drama dompet keselip -yang ternyata ada di saku jaket-, aku akhirnya bisa tiba di kelas sebelum dosen datang. Aku masih sibuk dengan bawaanku saat dehaman berat berhasil menghentikan bisik-bisik anak-anak kelasku dan juga menghentikan gerakanku.
Aku menatap ke depan kelas, di depan sana, ada sosok yang aku kagumi sejak aku menjadi mahasiswa disini. Sosok itu menyisir kelas dengan tatapan tajamnya, kemeja hitam dan celana jins ketat hitam membuatnya terlihat berwibawa. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya saat melihat sosoknya. Aku memiringkan kepala, untuk menebak apa yang dilakukan mahasiswa semester 6 di kelasku, mengulang mata kuliah sepertinya tidak mungkin, hemm ... aku masih berpikir saat akhirnya ia memperkenalkan dirinya.
"Selamat pagi, saya Akandra Abinawa. Saya adalah asisten dosen Pak Danan dan kebetulan saya ditugaskan oleh Pak Danan untuk menggantikan beliau mengisi mata kuliah International Law selama beliau di Amsterdam."
Wow... Aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi. Aku kira, aku hanya bisa mengaguminya dari jauh. Tapi, ternyata Tuhan masih berbaik hati padaku dengan menjadikan dia asdos dan membuatku bisa melihat wajahnya 1 minggu sekali. Suara riuh dari anak-anak kelas cukup menggambarkan bagaimana bahagianya aku bisa mendapat kesempatan ini. Aku sendiri hanya tersenyum kecil dengan perasaan gembira, well.. semoga ini awal yang baik untuk semester ini.
🌸
Aku menatap nanar catatan kecil yang diberikan Kak Akandra. Aku?? Seorang Meena Drisana ditunjuk jadi penanggung jawab mata kuliah. Goshhh... it's really bad dream for me. Karena dari awal aku memutuskan menjadi mahasiswa, aku bertekad untuk menjauh dari yang namanya 'bersosialiasi'. Lalu hari ini, aku ditunjuk menjadi penanggung jawab yang harus menghubungi dosen serta memberi informasi ke anak kelas, yang jumlahnya saja ada 35 orang. Sial, membayangkannya saja sudah membuat mulas.
Ingatanku melayang saat Kak Akandra memanggil namaku siang tadi.
"Meena Drisana?""Hadir!!"
"Meena, kamu penanggung jawab untuk mata kuliah International Law ini!"
Ucapan Kak Akandra membuatku terdiam di tempat. Tanganku gemetar, membuatku harus memegang pena lebih erat, peluh mulai mengalir dan jantungku berdebar kencang. Oh... pliss... aku hanya ingin menyelesaikan kuliahku dengan tenang tanpa embel-embel tanggung jawab. Tapi sepertinya ucapan Kak Akandra tidak bisa diganggu gugat. Jadilah aku hanya mampu menjawab lirih setelah berusaha mengendalikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
520
ChickLitBisa berbincang dengannya adalah hal yang sangat aku syukuri. Jika bukan karena dia, mungkin aku akan tetap bersembunyi, karena aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan di depan sana. Selama ini, aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri. Wh...