8

191 45 11
                                    

Sepertinya Kak Akandra mengerti perubahan emosiku dari yang sebelumnya marah dan kesal, mendadak menjadi mellow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya Kak Akandra mengerti perubahan emosiku dari yang sebelumnya marah dan kesal, mendadak menjadi mellow. Ia membuka dashboard mobil dan mengeluarkan cokelat dari dalamnya lalu menyodorkannya padaku.

"Kayaknya es cokelat cuman nambah asupan gula kamu aja. Nih, cokelat aslinya semoga senyawa teobromina di dalamnya beneran bekerja," ujar Kak Akandra sambil meringis.

Aku mengambil cokelat dari tangannya dengan cepat dan buru-buru membukanya. Setelah hampir habis setengah batang, aku merasa diriku mulai tenang. Meski ketenangan itu tidak serta merta karena cokelat, karena selain memakan cokelat darinya, aku juga mengatur nafasku agar diriku lebih rileks.

Aku merasa tidak tahu diri, seharusnya aku membantunya mencari buku, namun aku justru kelelahan dan moodku berantakan.

"Makasih, Kak," ujarku tulus.

"Udah enakan?" Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Setelah itu, hanya hening yang ada di dalam mobil. Kak Akandra pun fokus pada jalanan yang makin lama makin ramai.

"Kak ..." panggilku.

"Hemm ..." ia bergumam menanggapi panggilanku.

"Aku mau tanya boleh?"

"Boleh Naa ... mau tanya apanih? Aku siap jawabnya," ujarnya sumringah.

"Gimana rasanya punya banyak teman dan dikenal banyak orang?" Kak Akandra tampak berpikir mendengar pertanyaanku dan aku sengaja membiarkannya berpikir sedikit lama.

Bukan tanpa alasan aku menanyakannya. Kak Akandra merupakan sosok yang dikenal hampir seluruh mahasiswa di fakultasku. Perawakannya yang tinggi, wajahnya yang bisa dibilang tampan, pintar, kesayangan dosen, kemampuan public speaking yang luar biasa juga instagram yang penuh dengan foto menakjubkan. Begitulah ia dikenal di kalangan mahasiswa.

Untuk teman, kabarnya dia punya empat teman dekat yang juga mahasiswa kampusku. Tapi, aku belum pernah bertemu mereka. Di luar teman dekatnya tadi, ia sering terlihat mengobrol dengan junior maupun senior di taman jurusan. Bahkan, dengan Nanda ia terlihat akrab. Jadi, tidak salah bukan jika aku menanyakan bagaimana rasanya punya banyak teman?

"Teman yang gimana nih? Karena aku ada beberapa teman yang sudah kuanggap saudara kandung dan ada juga teman yang hanya teman."

"Dua-duanya aja, gimana rasanya?"

Ia tersenyum sebelum menjawab pertanyaanku, matanya juga terlihat berbinar. "Jujur, aku merasa bersyukur bisa kenal dengan teman-temanku, baik mereka yang sudah seperti saudara ataupun yang teman biasa. Karena dari mereka, aku bisa belajar banyak hal Naa. Selain itu, keberadaan mereka, terutama teman dekatku, selalu memotivasiku untuk terus berkembang. Kehadiran mereka, membuat hidupku lebih berarti dan lebih lengkap."

Aku berusaha mengingat tiap kata yang keluar dari mulut Kak Akandra, betapa beruntungnya Kak Akandra yang selalu dikelilingi orang baik.

"Terus, dikenal banyak orang ya? Sebenarnya aku nggak merasa dikenal orang banyak, tapi kalau semisal aku memang dikenal banyak orang, berarti aku harus lebih menjaga sikapku bukan? Karena artinya, ada banyak mata yang mengawasiku," ujar Kak Akandra sambil mengangkat alis beberapa kali.

520Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang