Claw

946 115 3
                                    

Story : Claw

.

.

Senyum Nanon mengembang cerah saat ia membawa mobilnya masuk ke halaman rumah. Hari ini ia pulang kerja lebih awal, dan beruntungnya karena di teras rumah Chimon sudah menunggu bersama dengan Marc dalam gendongannya.

Walaupun lelah karena pekerjaan yang menumpuk, namun semua itu bagaikan hilang ketika melihat wajah istri dan putranya yang menyambutnya seperti ini.

Jarang sekali Nanon bisa pulang dari kantor lebih awal, paling cepat juga jam tujuh malam dan saat itu Marc pasti sudah terlelap tidur sehingga otomatis Nanon akan mendesah kecewa karena melewatkan waktu bermain dengan putranya.

Tapi hari ini, ia pulang sebelum gelap, dan bisa melihat Marc yang masih aktif tertawa menyambutnya pulang.

Setelah mematikan mesin mobil, ia bergegas membuka seatbelt yang di pakainya, kemudian membuka pintu lalu berlari dengan cepat menuju teras rumah. "Aku pulang, sayang..." Ucapnya dengan senyum lembut, menarik sisi kepala Chimon dan memberikannya sebuah kecupan lama di kening.

"Selamat datang di rumah, Non..." Chimon membalas dengan suara hangat. Tidak lupa menyunggingkan senyuman terbaiknya. Matanya menutup sejenak ketika Nanon memberinya kecupan kedua di pipi.

Nanon kemudian menundukkan kepalanya sedikit lebih rendah, sehingga wajahnya kini berada dekat dengan wajah Marc. "Daddy pulang, Marcc..." Senyumnya terulas semakin lebar dan memberikan bayi tujuh bulan itu sebuah ciuman di pipinya yang bulat.

"Dddyy~"

"Eiih~ kenapa jadi manja seperti ini, hm?" Chimon terkekeh pelan merasakan gerakan manja dari Marc. Memang seperti itu, setiap ada Nanon, Marc akan menjadi lebih manja. Seperti kedua tangannya akan terulur seolah meminta di gendong oleh ayahnya. Begitupun sekarang.

Nanon menggelengkan kepala, meraih Marc untuk ada di gendongannya. "Uuh~ Daddy rindu sekali denganmu." Lelaki yang tahun ini genap berusia dua puluh tujuh itu membawa tubuh Marc keatas, kemudian memutarnya beberapa kali hingga Marc tertawa-tawa menggemaskan.

Melihat apa yang suaminya lakukan pada Marc selalu berhasil membuat hati Chimon menghangat. Nanon itu walaupun selalu sibuk dengan pekerjaannya, namun ia tidak pernah sekalipun melewatkan perkembangan Marc. Lelaki Kirdpan itu akan menelpon Chimon disaat senggang lalu bertanya tentang Marc. Juga malam sebelum tidur, Nanon akan meminta Chimon untuk menceritakan seputar putra pertamanya itu.

"Uhh, bola-bola salju-nya daddy gemuk sekali~ berat, kau tahu?" Nanon terkikik sendiri dengan panggilannya untuk Marc. Dia ciumi perut putranya yang wangi minyak Telon khusus bayi. "Coba daddy lihat, ini pipi atau bakpao? Duhh~ gemes-nya."

Kali ini Nanon menciumi pipi Marc yang sama bulatnya. Dilihat-lihat, itu memang seperti bakpao saja. Dan sesekali Nanon selalu berpikir, bahwa pipi Marc bisa jatuh kapan saja saking bulatnya. Kalian tahu, hidungnya sampai tidak terlihat karena pipinya yang bulat, ck.

Chimon memukul bahu Nanon pelan seraya tertawa renyah. "Sekarang apa lagi, huh? Kau memanggilnya dengan banyak nama."

Nanon hanya mengedikkan bahu dan mengedipkan matanya jahil. "Jagoanku Marc memang bulat dan putih seperti bola-bola salju, dan pipinya yang bulat seperti bakpao―aaakkk!"

Chimon berjengit terkejut saat Nanon berteriak cukup kencang barusan. Menatap pada Marc bergantian, ia mengerti apa yang terjadi.

"Yak. Marc Pahun Kirdpan! Asshh~ ini perih sekali."

Bukannya menolong, Chimon malah menertawakannya walaupun dengan suara kecil. Setelah beberapa detik, ia kemudian mengambil alih Marc dari Nanon. "Marc nakal lagi, eh? Mommy sudah bilang, tidak boleh mencakar orang seperti itu. Liat, pipi daddy sampai luka."

Namun respon si bayi kecil itu hanya mengedip mata dengan polos, sebelah tangannya yang terkepal ia emut di mulutnya. Chimon hanya menggelengkan kepalanya gemas, lalu menciumi pipi Marc berkali-kali.

"Anakmu ini sekarang galak sekali." Chimon bergumam, mengulurkan sebelah tangannya yang bebas untuk mengusap luka yang Nanon dapat di pelipis akibat cakaran Marc. "Apakah sakit?"

"Tidak, tidak sakit sama sekali. Tapi cukup perih dan ini pasti berbekas." Jawabnya, tidak menghilangkan suara ringisan dari mulutnya.

"Tadi pagi juga begitu, Phi Sing berkunjung kemari sambil membawa main Pateick, dan ketika Phi Sing menggendong Patrick, ia langsung mendapatkan luka di pipi." Chimon membuang nafasnya pelan. "Patrick bahkan menangis karena Marc menarik pipinya kuat, sampai memerah."

Mendengar cerita istrinya, Nanon merengut. Ia menatap Marc yang masih asyik dengan kegiatannya mengemut kepalan tangan mungilnya. Dengan pelan, Nanon menjentikkan jarinya pada dahi Marc main-main. "Pangerannya daddy nakal, eoh? Hm, hm, hm, nakal..." Namun setelah jentikkan jari itu, Nanon menghadiahi kepala Marc dengan ciuman-ciuman ringan yang membuat si kecil tergelak lagi.

"Meskipun Phi Sing berkata tidak apa-apa dan Patrick sudah memaafkan Marc, rasanya aku tidak enak pada mereka." Chimon berujar lirih.

"Phi Sing pasti mengerti, sayang. Patrick sudah lima tahun, dan saat seusia Marc mungkin Patrick juga seperti itu, suka mencakar."

"Pokoknya besok kita harus berkunjung ke rumah Patrick. Aku akan membuatkan kue sebagai permintaan maaf dan membawakan Patrick es loli."

Nanon hanya mengangguk saja, mengiyakan perkataan Chimon. Ia kemudian mengambil alih Marc lagi, menciumi perutnya dengan gemas sambil berkata, "Jangan nakal, jangan nakal, jangan nakal," berulang kali.

Karena pada usia Marc sekarang, perkembangannya sedang baik. Bayi bulat itu menjadi lebih galak karena senang sekali menarik pipi orang di dekatnya bahkan sampai lecet karena cakaran dari kukunya yang kuat.

Tapi seiring berjalannya waktu, kebiasaan itu pasti hilang. Dan seiring pertumbuhannya, kebiasaannya itu akan berganti menjadi kebiasaan yang lain.

"Marc Pahun Kirdpan, jangan mencakar orang lain lagi, mengerti? Daddy akan selalu menelpon Mommy dan bertanya tentangmu. Jika daddy dengar kau membuat Phi Neo menangis lagi, daddy akan menciumi Marc sampai Marc menangis. Paham?"

"Ddaaahht! Ddddyyyyy~!"

Nanon menghela nafas, begitupun Chimon.

"Aihh~ kenapa aku gemas sekali padamuuuuuu~!"

Chimon menggelengkan kepalanya melihat Nanon yang tidak berhenti gemas pada si bola-bola salju.

.

.

.

.

.

Claw ; end.

Mundur dulu ke usia Marc yang 7 bulan ^^

The Little Prince [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang