English Time

687 95 8
                                    

Story : English Time

.

.

"My name is Fiat."

Marc merengut. Mata sipitnya itu tampak semakin kecil saja menatap Fiat yang berbicara bahasa asing padanya. "...huh?"

"Artinya 'namaku Fiat'. Jadi, kalau namamu Marc, kau harus bilang 'my name is Marc'. Mengerti tidak?" Putra Singto ini menjelaskan sebisanya. Ia mempertahankan senyum, tidak ingin membuat Marc takut padanya. "Sekarang, ikuti aku, oke?"

Si gembul mengangguk saja. Entah dia paham atau tidak, tapi sepertinya dia antusias sekali sejak bertemu dengan Fiat setengah jam yang lalu di kantor ayahnya. "Iya!" Jeritnya heboh. Matanya terlihat berbinar, terlihat jelas bahwa dirinya sangat senang bertemu dengan orang baik yang waktu itu memberikannya mainan Iron Man di supermarket.

"My name is Marc." Fiat mendikte dengan baik satu per satu kata. Ia berusaha menerapkan bagaimana ia diajari oleh ayahnya pada si kecil yang terlihat imut itu. "Coba... Marc bilang..."

"Nggg..." Marc mendengung, kedua matanya kembali menyipit dengan dahi yang berkerut lucu. "...hnggg."

Fiat membuang nafas, merasa maklum dengan Marc yang umurnya belum tiga tahun dan belum bisa bicara dengan lancar. Tapi... ia juga jadi bingung sendiri, kenapa tiba-tiba bicara dengan Marc memakai Bahasa inggris? Duh.

"Okay... Pelan-pelan, ya" Fiat berkata dengan lembut masih dengan senyum manisnya yang bertahan di wajah. "My name..."

Dahi Marc berkerut lagi. Ia seperti sedang berusaha mengeluarkan sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya. "―me nem..."

Fiat menepuk jidat. "Bukan 'me nem', tapi 'my name'... Coba bilang, 'maaaaiiiii... neeeeiiim'."

"Me nem! Me nem!" Yang mulia pangeran Marc Pahun itu berteriak heboh, merasa sudah berhasil mengikuti ucapan Fiat. Tubuhnya melonjak-lonjak di sofa yang dia duduki. "Piii, me nem, me nem!" Dan malah bertepuk tangan ceria dengan senyum yang kelewat bahagia.

"Yah, terserahmu saja..." Senyuman Fiat masih sama. Ia adalah seorang anak laki-laki yang sangat baik, dan ia sangat ingin memiliki adik. Maka ketika bertemu Marc, ia merasa sangat senang karena memiliki seseorang yang bisa diajak bermain dan sekedar berbicara.

Belum tahu saja jika si imut itu sudah menjadi setan kecil. "...kita ulangi, ya?"

"Hm!"

"My name is Marc."

Marc tiba-tiba diam. Lagi dan lagi ia mencoba untuk mengeluarkan kalimat yang seperti tersangkut di tenggorokannya. Ia mendengarnya dengan baik, jadi ia harus mengucapkannya dengan baik juga.

"Ayo, Marc pasti bisa..." Dan kakak baik hati ini menyemangatinya dengan senyum terbaik. Jelas saja, Fiat ingin Marc bisa melafalkannya dengan benar karena itu berarti dia berhasil menerapkan satu kalimat berbahasa inggris pada si kecil.

"Me nem..." Marc membuka mulutnya dan bersuara. Ekspresi wajahnya serius sekali, dan beberapa kata lainnya masih belum terucap darinya. "...me nem is... Macccccc!"

Fiat menghela nafas. Tapi ia tersenyum dan mengulurkan tangan untuk mengusak kepala Marc yang berambut hitam, membuat si gembul itu mendongak padanya dengan senyum paling manis. "Horeeee, Marc pintar. Marc sudah bisa Bahasa inggris!" Katanya, memberikan selamat.

Tapi setelahnya, Fiat turun dari sofa. Ekspresi wajahnya berubah. Ia berlari mencari ayahnya tanpa mempedulikan Marc yang sudah berteriak memanggilnya tapi tampak kesulitan untuk turun dari sofa yang cukup tinggi dan karena tubuhnya yang penuh lemak.

Hup!

"PAPA!" Fiat berteriak seraya memeluk kaki ayahnya yang sedang mengobrol dengan ayahnya Marc―setahunya. "Papa, huweeeee..."

Loh?

Singto menatap bingung pada putranya yang datang-datang malah menangis sambil memeluk kakinya. "Loh, loh... ini kenapa hero-nya papa menangis, eh?" Tangan besarnya mengusap kepala Fiat, kemudian berjongkok setelah berhasil melepaskan Marc dari kakinya. "Why?" Tanyanya lagi lebih lembut.

"Marc, huweeee..."

Singto semakin bingung. Bahkan Nanon yang mendengar nama anaknya di sebut oleh Fiat kini menatap anak itu tak percaya. "Kenapa Marc? Dia nakal padamu? Dia memukulmu, atau mencakarmu? Coba, katakan..." Iya, Nanon hanya takut Marc berbuat nakal pada Fiat. Mengingat terakhir kali Marc juga membuat Patrick ―anak tetangga di rumah keluarga Adult― menangis karena di cakar Marc tepat di pipi kanan.

Tapi jawaban Fiat malah membuat Nanon dan Singto semakin bingung. Anak itu menggelengkan kepalanya, kemudian mendongak dengan wajah basah dan merah. "Marc... huks huks, Marc nakal." Katanya terisak. "Marc tidak bisa Bahasa inggris. Huweeeee!"

"EH?"

"Aku, huks... aku mengajari Marc Bahasa inggris. Tapi... tapi huks, Marc malah berkata aneh!" Adunya lagi, setengah terisak. Kedua tangan kecilnya mengusap wajah basahnya susah payah, kemudian menatap ayahnya dan ayah Marc bergantian. "Aku kesal... Marc nakal!" Begitu katanya.

Singto jadinya ikut tertawa, begitupun dengan Nanon. Tapi jika tertawa, maka Fiat akan semakin menangis. Jadilah Nanon mengusak kepala Fiat dengan lembut.

"Oh, Marc nakal, ya? Ya sudah, uncle minta maaf... Nanti biar Marc uncle suruh belajar bicara lagi supaya Fiat mengerti kalau Marc berkata sesuatu. Hng?"

"Piiiiiiiiiiiiiii!"

Tepat saat itu, si gembul datang dengan Ohm yang menggenggam sebelah tangannya. Ia terlihat ceria tanpa dosa, dan semakin bertambah ceria ketika melihat Fiat ada disana.

"Anakmu tidak bisa turun dari sofa, Non... lucu sekali sebenarnya melihat Marc berusaha turun dengan tubuhnya yang bulat begini sambil memanggil-manggil Fiat." Ohm memberitahu tingkah laku Marc pada Nanon yang langsung di respon dengan tawa dari para pria dewasa disana.

"Piiiii, me nem, me nem!" Marc melepaskan diri dari genggaman Ohm dan berlari mendekati Fiat.

Tapi yang lebih tua sudah bersembunyi di belakang kaki ayahnya. "Huweeee, papa!" Dan putra Singto itu menangis lagi.

"Me nem! Me nem!" Si gembul juga masih bersikeras ingin berbicara Bahasa inggris pada Fiat. Tidak tahu padahal dirinya yang membuat Fiat menangis keras seperti sekarang.

Hah. Dasar anak kecil.

"Nanon, maafkan aku karena Fiat bertingkah seperti ini." Singto bersuara, meminta maaf dengan penuh penyesalan karena Fiat-nya malah menangis tidak jelas padahal Marc tidak berlaku kasar padanya.

"Tidak apa-apa, Phi... Lagipula, Marc memang menyebalkan. Kau tahu.. dia itu setan kecilku yang nakal." Nanon terkekeh ringan dan segera menangkap tubuh Marc untuk ia gendong. "Sudah, kau jangan mengacau lagi, oke? Lihat, Fiat jadi takut padamu." Ia lalu menciumi perut dan pipi bulat Marc dengan bertubi-tubi yang membuat si gembul tertawa kencang, berbanding terbalik dengan tangis Fiat yang belum mau berhenti.

"Ddy, me nem!"

"Iya, iya... terserahmu."

Fiat sepertinya enggan lagi mengajari Marc Bahasa inggris.

"Kau juga yang salah. Sudah tahu Marc belum bisa bicara, malah mengajarinya Bahasa inggris. Kesal sendiri, kan?" Ini suara Ohm, yang kini sudah berada di dekat Fiat. "Aku tahu rasanya dibuat jengkel oleh setan kecil itu."

Ya, ia masih ingat respon Marc yang ia ajari untuk menyebutkan nama kekasihnya yang sangat sangat dan sangat sulit beberapa hari yang lalu.

.

.

.

English Time ; end.

** me nem : my name (Marc vers)

The Little Prince [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang