Milk

899 124 7
                                    

Story : Milk

.

.

"Momm~ cucus! Cucus!" Tubuh bulat Marc dengan susah payah mencoba untuk mengambil posisi berdiri, kemudian ia melompat-lompat diatas sofa untuk mengambil atensi sang ibu yang sedang duduk tidak jauh darinya.

Chimon menghela nafas gemas. Ia menangkap tubuh Marc dengan cepat dan mendudukannya kembali di sofa. "Bukan cucus, tapi susu. Coba bilang, hng... Su-su." Wajah Chimon berubah serius, mendikte kata 'susu' agar jagoannya yang bulat itu mau belajar mengucapkan kata tersebut.

Tapi si kecil menggelengkan kepalanya dengan begitu kuat. "Cucus!"

"Bukan―susu. Bilang 'susu', dan Mommy akan menyeduhnya untukmu. Ayo..."

"CUCUS!" Balas Marc sengit.

Sekali lagi, Chimon hanya bisa menghela nafasnya sedikit berat. "Okay, okay. Cucus atau apapun itu, terserahmu saja." Katanya pasrah. Ia beranjak untuk berdiri diikuti oleh si pangeran kecil yang mengekor di belakang.

Ketika tiba di dapur, Chimon membuka satu lemari bagian paling atas dan mengeluarkan satu jar bening yang berisi susu formula milik Marc. Dahinya mengernyit, mendapati susu untuk Marc hanya tinggal sedikit; mungkin hanya cukup untuk seduhan kali ini saja.

Tangannya bergerak cepat mengambil satu gelas yang biasa di pakai Marc meminum susu. Tapi sebelum benar-benar membuatkan anak itu susu, sebuah pemikiran terlintas di otak Chimon.

"Yak, Marc..." Tubuhnya berbalik, kemudian berjongkok agar menyamai tingginya dengan si kecil. Dua tangannya terangkat, satu menunjukkan pada Marc jar berisi susunya yang tinggal sedikit, sementara satu tangan lainnya memegang gelas. "...lihat, susu Marc sudah habis." Ujarnya, memindahkan susu bubuk di dalam jar itu ke dalam gelas dan memperlihatkannya pada Marc yang memperhatikan dengan seksama.

"Cucus... mma~!"

"Iya, susu Marc sudah habis." Katanya, mengulang. "Sana, bilang daddy..."

Chimon berusaha sekuat tenaganya untuk menahan tawa begitu melihat Marc yang langsung berlari dengan kedua kaki kecilnya meninggalkan dapur. Anak itu mengerti apa yang di katakan ibunya ternyata...

Karena Nanon sedang ada di ruangan sebelah, jadi telinga Chimon bisa dengan jelas mendengar bagaimana Marc yang sekarang sudah mengganggu kerja sang ayah. Ia terkikik sambil menyeduhkan susu untuk Marc.

.

.

Ruangan itu tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman untuk bersantai disana. Dengan sebuah matras tipis yang di gelar disana, Nanon duduk dengan sebuah laptop yang menyala di pangkuan. Dia sedang mengerjakan sebuah laporan untuk rapat besok, ngomong-ngomong.

"Ddy! Ddy!"

Chimon langsung mengulas senyum melihat kedatangan si pangeran kecil. Segera ia singkirkan laptopnya sebelum tangan-tangan kecil yang cukup nakal itu merusak pekerjaannya. "Hn? Ada apa?"

"Cucus, Mac!" Oh, lihatlah... bibir Marc bahkan sampai mengerucut, berusaha sekuat yang dirinya bisa untuk memberitahu sang ayah tentang susunya yang sudah habis. "Ddy, Mac... cucus, abis!"

Nanon tergelak, cukup kencang sampai membuat Marc hanya berkedip menatapnya. Nanon mengerti apa yang anak itu coba ucapkan... mungkin 'Susu Marc sudah habis'. Tapi karena dirinya yang belum bisa bicara, kalimatnya jadi seperti itu. Bibir yang mengerucut juga kedua tangan yang bergerak-gerak mencoba menjelaskan dengan caranya sendiri.

"Cucus, Mac... abis!"

"Iya, iya... Susu Marc sudah habis. Begitu?"

Si kecil mengangguk.

"Nah, karena susunya sudah habis, Marc tidak boleh minum susu lagi, ya? Daddy tidak punya uang untuk membelinya lagi."

Nanon hanya bercanda, iya, niatnya memang hanya ingin menggoda Marc. Chimon memang tidak mengatakan apapun tentang susu Marc yang sudah habis, tapi mereka memang akan pergi belanja sore nanti.

Tapi, respon yang Nanon dapat dari Marc adalah... kedua matanya yang memerah kemudian air matanya jatuh begitu saja.

"Yah, kau menangis, eh?" Nanon menatap putranya kebingungan. "Ada apa―"

"Cucus..." Katanya lirih. "...cucus~ HUWEEEE! CUCUS!"

Nanon seketika menjadi panik. Beruntung, Chimon segera menghampiri dengan satu gelas susu di tangannya yang membuat Marc berhenti menangis namun tetap terisak sesekali.

"Meskipun belum fasih melafalkan kata-katanya, tapi Jagoanmu ini mengerti apa yang kita katakan." Chimon menjelaskan pada Nanon, sementara si kecil masih terisak di bahunya. "Saat kau berkata tidak punya uang, mungkin dia mengerti, kalau tidak ada uang berarti dia tidak akan minum susu dan dia tidak mau hidup tanpa susu."

Astaga! Nanon antara gemas dan sebal. Anaknya itu... meskipun baru dua tahun tapi sudah memiliki banyak tingkah yang... hmm... selalu bisa membuatnya ingin menggigit pipi bulat itu.

Dan hari itu, Marc tidak seaktif biasanya sebelum Nankn benar-benar membawanya pergi belanja dan membeli susu.

.

.

.

Milk ; end.

The Little Prince [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang