TRASH ― Story : Hello, Hua Hin! (Ch. 2)
.
.
Chimon sangat bersyukur sekali karena Marc tidak rewel selama perjalanan. Malah sebaliknya, anak itu terlihat senang dengan berceloteh tidak jelas sepanjang jalan.
Hanya, ketika di dalam pesawat Marc tertidur dan bahkan tidak bangun meskipun sekarang mereka sudah sampai di hotel yang sudah Nanon sewa sebelumnya melalui situs online.
"Tumben dia baik sekali di perjalanan, biasanya dia tidak akan tidur dan terus berbicara sesukanya seperti mainan yang tidak pernah habis batrainya." Nanon berkomentar seraya mendudukan diri di salah satu sofa yang ada disana, mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya. Di lihatnya Marc yang sekarang sudah meringkuk manis dalam balutan selimut hangat di atas tempat tidur.
Tadinya, Chimon akan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah memastikan Marc tertidur dalam posisi yang baik. Tapi mendengar komentar Nanon tentang putranya, ia jadi berpindah haluan. Langkahnya mendekat pada Nanon untuk memberikannya sebuah pukulan di rahang.
"Chi!"
"Seharusnya kau bersyukur karena dia menjadi anak baik, bukan malah mengomentarinya seperti itu. Kenapa? Kau ingin dia terus ribut? Padahal, kau juga tidak kalah berisik kalau setan kecilmu itu membuka mata selama perjalanan."
Nanon tertawa halus. Ia meraih satu tangan Chimon dan menariknya untuk duduk di sisi kanannya yang kosong. "Hanya merasa tidak biasa, Chi... ya ampun, kenapa kau sensitif sekali, sih." Ia terkikik, melingkarkan tangan kanannya di leher Chimon dan menariknya lebih dekat, hingga ia bisa menggapai puncak kepala istrinya dan menciuminya disana.
Chimon balas tertawa. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara terlalu keras di tengah butterfly kiss dari Nanon atau pangeran kecilnya akan terbangun.
Chimon jadi teringat ketika mereka pergi ke Loveland waktu itu. Perayaan tahun pertama pernikahan yang membuatnya tidak akan pernah lupa bagaimana liburan mereka yang kata Nanon itu di sebut sebagai bulan madu yang ke sekian.
Masih di Hua Hin, dan suasananya persis seperti ini. Namun yang membedakan adalah, waktu itu belum ada Marc dan mereka berdua bebas tertawa terbahak dan juga―hmm, bergumul panas. Ha!
"Terimakasih, ya, Chi..."
Gumaman Nanon membuat Chimon sedikit tersentak dari lamunan singkatnya mengenang masa bulan madu ke sekian mereka. Ia mendongak, menatap yang lebih muda dengan dua mata indahnya yang membulat indah. "Untuk?"
Suaminya tidak segera menjawab. Mengembangkan senyuman yang sama persis dengan senyuman milik Marc, Nanon menggerakkan kedua tangan untuk membingkai pipi tirus Chimon, menatap tepat di matanya, lalu mengecup bibirnya penuh cinta sampai hampir empat detik.
"Untuk semuanya." Jawab Nanon dalam posisi mereka yang sangat dekat. "Kau yang terbaik."
Chimon sekuat tenaganya menahan tawa agar tidak keluar. Sungguh, kenapa Nanon jadi tidak jelas seperti ini? Apakah Nanon benar-benar lelah hingga membuatnya tidak bisa memikirkan apa kata yang tepat untuk di katakan?
Setelah menarik nafas panjang, Chimon meraih kedua tangan Nanon di pipinya dan melepaskannya. Ia tersenyum dengan sebuah anggukkan kecil. "Aku juga." Ucapnya lembut, derani mengambil satu ciuman singkat di bibir suaminya.
Keduanya tertawa, entah untuk apa alasannya. Hanya saja, mereka berdua benar-benar bahagia sekali sekarang.
"Oke, aku akan membersihkan diri lebih dulu. Kau?"
Nanon ingin sekali menjawab 'aku akan ikut membersihkan diri denganmu', tapi ia mengingat Marc yang sedang tertidur lelap dan tidak boleh di tinggalkan sendirian, ia tidak mau istrinya mengamuk karena jawaban itu. Jadi, dengan santai ia menjawab, "Aku akan tidur sebentar dengan bola-bola saljuku. Bangunkan aku kalau sudah jam makan malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Prince [Completed]
ContoSejak kelahirannya, dia selalu mencuri perhatian orang-orang disekitarnya. pangeran kecil Nanon dan Chimon ini akan tumbuh dengan banyak sekali limpahan kasih sayang.