Story : A Goodbye
.
.
Fiat membuang nafas berat berkali-kali. Seraya tangannya yang memegang sebuah paper bag dengan ukuran sedang, kakinya melangkah masuk ke sebuah gedung pencakar langit―perusahaan VK.
Dengan sopan, ia membungkuk hormat pada setiap orang yang di temuinya. Rekan kerja, karyawan senior, dan Ohm Pawat.
"Hai, paman..."
"Hei, Fiat. Darimana?" Laki-laki yang sudah tidak lagi muda itu bertanya, menatap bingung pada sesuatu yang di bawa oleh putra Singto itu.
"Ini?" Yang lebih muda mengangkat paper bag di tangannya. "...oh, seperti biasa."
"Presdir kecil?" Ohm mengeluh. "Apa lagi sekarang?"
Fiat membalasnya dengan kekehan kecil. "Paman tidak akan menyangka. Ini adalah benda yang sangat tidak penting."
"Oh, yah... aku sudah bisa menduganya, Fiat. Marc Pahun yang ajaib..."
Keduanya tertawa di lobi utama kantor. "Aku heran kenapa dia masih saja sama meskipun sudah sebesar ini."
Ohm melepaskan tawa renyah. Tangannya terulur untuk menepuk bahu Fiat dua kali. "Dialah Marc Pahun. Putra Nanon Korapat, cucu dari keluarga Vihokratana dan Adullkittiporn yang setiap keinginannya tidak bisa di tolak, benar?"
Iya, memang. Fiat tahu... bagaimanapun, Marc adalah cucu dari dua keluarga tersukses. Sejak kecil, ia sudah di manjakan. Bahkan sebelum kelahirannya pun, ia sudah menjadi seorang royal baby. Apapun keinginannya... tidak ada yang bisa menolak. Meskipun sekarang dia sudah bukan bocah kecil yang akan menangis jika keinginannya tak terpenuhi.
"Ya sudah, paman... aku harus segera memberikan ini pada presdir kecil atau dia akan mengadukanku pada uncle Nanon dan pada akhirnya aku di pecat."
"Tidak akan, Fiat... kau itu kesayangannya Marc."
Fiat hanya tertawa membalasnya dan berlalu meninggalkan Ohm yang terlihat kembali sibuk dengan pekerjaannya.
.
.
.
"Nana, please? Kau mau jadi pacarku, kan?"
Napat terdiam, memandang Marc dengan tatapan bingung. Kedua matanya berkedip manis, lalu terkejut ketika Marc menggenggam kedua tangannya begitu erat. "Marc―"
"Nana, sayang... ya? Kau mau, kan?"
Napat tidak yakin orang yang sedang berbicara dengannya itu adalah Marc Pahun atau siapa. Masalahnya adalah― "Kau juga melakukan ini pada Bibi kemarin." Napat membuang nafas lelah dan menarik tangannya dari genggaman Marc. "Dan mau kau kemanakan Pawin-mu itu, hah?"
Marc meringis, tawa tanpa dosa teruai dari belah bibirnya. "Itu lain lagi, Na." Katanya.
"Berhentilah... kau tidak bisa terus bersikap seperti itu padaku atau Bibi."
"Kenapa?!"
"Pertama, aku tidak enak pada Pawin. Kedua, karena seseorang akan marah padamu―bahkan detik ini juga."
Putra Nanon Korapat itu mengerutkan dahinya bingung. Seseorang? "Huh? Siapa?"
Napat tersenyum. "Di belakangmu."
Belum sempat Marc menolehkan kepala, telinganya sudah lebih dulu merasakan sakit karena seseorang menariknya dengan kuat. Anak itu meringis kuat. "Aduh, aduh! Awh! Sakit, sakit, huhu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Prince [Completed]
Short StorySejak kelahirannya, dia selalu mencuri perhatian orang-orang disekitarnya. pangeran kecil Nanon dan Chimon ini akan tumbuh dengan banyak sekali limpahan kasih sayang.