Part 21 - Hancur

3K 356 18
                                    

Kini saatnya Andin akan melakukan tindakan kuret. Papa Surya dan Mama Sarah juga telah tiba di rumah sakit sejak tadi.

RUANG RAWAT VVIP 01
Pukul 15.00
'Mas, aku takut..' ucap Andin dengan tatapan kosong.
'Heyy, liat saya.' ucap Al sambil menengadahkan wajah Andin.

Andin menatap Al kosong.

'Percaya sama saya ya, semua akan baik-baik aja. Kamu nggak usah takut, saya disini.' ucap Al

Perlahan air mata Andin menetes.

'Hey, kenapa? Kok malah nangis?' ucap Al.
'M-mas.. Maafin aku ya, aku belum bisa jadi istri yang baik untuk kamu. Aku nggak bisa jadi ibu yang becus untuk anak kita. Ini semua salah aku, Mas.. Aku udah buat semua orang kecewa sama aku.'

Tangis Andin pecah.

'Ndin, dengerin saya. Untuk apa minta maaf? Nggak ada yang salah disini. Kamu adalah istri yang luar biasa untuk saya, dan kamu juga ibu yang hebat untuk anak kita. Dia pasti bangga punya Mama kayak kamu ndin..' ucap Al sambil mengusap air mata Andin.
'Jangan salahin diri kamu sendiri ya, ndin. Mungkin memang saat ini kita semua sedih. Tapi ini semua udah kehendak Allah, sama sekali bukan salah kamu. Kamu sudah menjaga anak kita dengan sangat baik.'

Andin terisak. Al langsung memeluk Andin dan mengusap punggungnya pelan.

'Kita lewatin ini semua bareng-bareng ya, ndin. Saya yakin kamu kuat, kamu bisa.. InsyaAllah Allah sudah menyiapkan sesuatu yang baik dibalik ini semua, yang nggak pernah kita sangka.' ucap Al pelan.

Al melepas pelukannya.

'Udah, kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh ya. Saya ada disini, sama kamu..' ucap Al sambil menyeka air mata Andin.

Andin mengangguk.

Tak lama kemudian, suster pun masuk kemudian memindahkan Andin ke ruang tindakan.

RUANG TINDAKAN
Pukul 15.10
'Bu, sebelumnya Ibu akan dibius dulu ya bu dengan suntikan anastesi umum.' ucap dokter Puput.

Andin memandang dokter Puput, kemudian mengangguk pelan.

15 menit kemudian, tindakan kuret itu selesai dilakukan. Kini Andin kembali dibawa ke ruang rawat. Ia pun masih tertidur karena pengaruh bius tadi.

~~~~~

     Keesokan harinya, Andin telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Mereka pun bersiap untuk kembali ke rumah.

Andin duduk di kursi roda yang di dorong oleh Al. Mereka melewati ruang praktek dokter Puput. Andin melihat seorang ibu hamil duduk dengan perutnya yang membesar sedang mengelus perutnya. Ada juga seorang wanita sedang menggendong bayinya.

Hatinya hancur melihat itu, ia hanya bisa menahan tangisnya dan meminta Al mempercepat dorongan kursi rodanya. Hingga sesampainya di mobil, tangisnya pun pecah.

'Ndin..' ucap Al sambil mengusap pundak Andin pelan.

Andin menoleh ke arah Al.

'M-mas.. Kenapa ya Mas? Apa Allah nggak izinin kita untuk bahagia?' ucap Andin sambil terisak.
'Hushh, kamu nggak boleh ngomong gitu, ndin. Setiap masalah yang terjadi itu udah kehendak Allah, dan Allah nggak akan kasih cobaan yang melebihi kekuatan manusia itu sendiri.' ucap Al sambil menghapus air mata Andin.

Andin terdiam.

'Sabar ya, ndin. Kamu harus kuat. Percaya Allah udah siapin sesuatu yang indah dibalik ini semua.' ucap Al.

Bersenyawa -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang