Part 6 - Melamar

3.8K 442 21
                                    

GRAND PASIFIC HOTEL JAKARTA
Pukul 19.45
     Sesampainya mereka lobby hotel, tiba-tiba Aldebaran menutup mata Andin dari belakang, menggunakan scarf yang telah ia siapkan sebelumnya.

'Loh, Mas Mas.. Apa ini? Kok kamu tutup mata aku sih? Aku nggak bisa lihat dong..' ucap Andin spontan.

'Ya emang itu tujuannya. Ngapain saya tutup mata kamu kalau kamu masih bisa lihat..' jawab Al sambil mengikat scarf itu dari belakang.

'I-iya juga sih Mas.. Tapi untuk apa, kenapa, ada apa?' ucap Andin bingung.

'Udah kamu ikut aja. Tenang aja saya nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok, lagian ini kan tempat umum.' jawab Al.

'T-tapii Mas..' ucap Andin.

'Udah kamu jangan banyak tanya ya. Sekarang mending pegang tangan saya, kita ke tempat dinner ya..' ucap Al memotong pembicaraan Andin.

Andin pun memegang tangan kekasihnya itu. Mereka berjalan menuju rooftoop hotel bintang 5 itu.

Di rooftop hotel itu..

'Mas, ini kita sebenernya mau kemana sih? Kok jauh banget, dari tadi nggak nyampe-nyampe?' ucap Andin.

'Sabar, ndin. Ini udah sampai kok, sebentar lagi kamu boleh buka penutup mata kamu..' ucap Al.

'Ini sebenernya aku dibawa kemana sih sama Mas Al, kok aku jadi deg-degan gini?' batin Andin.

     Aldebaran pun mengiring Andin, berjalan menuju sebuah meja yang telah dihias oleh bunga dan lilin berbentuk hati di sekitarnya. Ia juga mengatur posisi Andin agar berhadapan dengannya, tepat disebelah lilin-lilin itu.

Rooftop itu tampak sepi, karena Aldebaran telah menyewa satu tempat untuk menghabiskan waktu bersama dengan Andin.

(pict: pinterest)

Aldebaran 'Oke, ndin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldebaran
'Oke, ndin. Sekarang kamu boleh buka penutup mata kamu' ucap Al sedikit gugup.

Andin pun membuka penutup matanya itu, namun masih dibiarkan menggantung di lehernya.

Alangkah terkejutnya ia ketika membuka matanya. Ia melihat sekelilingnya. Sungguh indah tempat ini, batinnya.

Kemudian, pandangannya pun tertuju pada pria yang berdiri tegap di hadapannya itu. Ya, dia adalah Aldebaran, kekasihnya.

'M-mass..' ucapnya pelan.

Tanpa ia sadari, air matanya pun telah membendung.

'K-kamuu.. yang siapin ini semua?' ucap Andin.

'Iya ndin. Saya mau, tempat ini menjadi saksi dari awal perjalanan kita, ndin..' ucap Al.

"Ya Allah, apa maksud Mas Al ngomong begitu? Apa jangan-jangan Mas Al mau melamar aku?' batin Andin.

Bersenyawa -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang