Chapter 19

11K 90 18
                                    

"Hah? Michelle kenapa, Teh Nat?", tanya Naomi dengan nada kaget bercampur panik.

Mendengar itu Nadila menoleh penasaran ke arah Naomi yang sedang menjawab panggilan telfon dari Natalia.

"Oooh ok, kita ke sana... Kebetulan kita di sini udah selesai. Mungkin kita bisa bantu-bantu Michelle juga di sana.", ucap Naomi sebelum menutup telfonnya.

"Kenapa Mi?", tanya Nadila tak menunggu lama.

"Hmmm, ga tau nih... Katanya Michelle nangis... Ter..."

"Hah?! Kenapa?", cecar Nadila. Naomi pun tak sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Ya itu, gw belum tau. Tapi kita mending ke sana deh. Gw cari tau kenapa, terus lo bantu lanjutin kegiatan ya kalau Michelle belum lakuin kegiatannya.", lanjut Naomi sebelum Nadila sempat memotong ucapannya lagi.

"Mbak, jalan ke sanggar jauh ga ya?", tanya Naomi ke salah satu wanita muda yang menjadi peserta penyuluhan mereka.

"Ga kok, Teh. Paling 10 menit lah ke arah barat.", jawab wanita itu.

Setelah berterima kasih kepada wanita itu, Naomi mengajak Nadila untuk bergegas pergi ke bangunan sanggar, tempat di mana Michelle seharusnya melakukan kegiatannya.

Hari itu, mereka memang menerima dua tugas di tempat yang berbeda pada jadwal yang bersamaan. Untuk mengejar tercapainya target aktivitas, akhirnya Michelle dengan sukarela menawarkan diri mengurus aktivitas di sanggar seorang diri, sedangkan Naomi dan Nadila mengurus penyuluhan di tempat yang lain.

Entah apa yang terjadi di aktivitas sanggar sehingga membuat Michelle menangis. Kekhawatiran tentunya ada, mengingat seluk beluk desa tempat mereka mengabdikan diri. Naomi hanya bisa berharap apa yang melanda Michelle ini tidak ada hubungannya dengan bisnis pelacuran milik desa .

Sesampainya di sana, Naomi dan Nadila disambut oleh Nat dan seorang gadis bernama Cesen yang mengarahkan mereka ke sebuah ruangan. Di sana Michelle terduduk sambil ditenangkan oleh Rona. Secangkir teh diberikan kepada Michelle. Namun, hanya teronggok terbengkalai di atas meja; tak disentuh sama sekali. Michelle menangis pelan sesenggukan. Sepertinya ia keletihan setelah menangis terlalu lama.

Melihat hal itu, Naomi dan Nadila menjadi panik. Namun, sebelum mereka membombardir Michelle dengan pertanyaan, Nat menghalau mereka.

"Lebih baik aku jelasin ke kalian di tempat terpisah. Biarin aja Michelle istirahat dulu di sini. Aku khawatir dia kumat lagi.", ucap Nat.

Naomi dan Nadila menurut. Nat mengajak keduanya dan juga Rona agar masuk ke ruangan lain. Di sana keempatnya duduk bersama.

"Kalian jangan panik dulu, kita ceritain pelan-pelan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian jangan panik dulu, kita ceritain pelan-pelan ya.", Nat memulai pembicaraan.

"Kalian ingat perjalanan kalian naik bis K******* ke desa ini?", tanya Nat.

Mendengar itu hati Naomi langsung tidak karuan. Ia tahu hal yang akan ia dengar pasti akan sangat buruk. Ia melihat kengerian di ekspresi Nadila yang seakan peristiwa gangbang beberapa minggu silam baru saja terjadi tadi. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KKN di Desa Penari Erotis (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang