Michelle masih terkantuk-terkantuk dan menguap lebar ketika ia berjalan dari pintu kamarnya menuju ke kamar mandi. Walaupun di hari pertama mereka bertiga belum melaju dengan kecepatan penuh, ia merasa sangat letih setelah berkegiatan dan berkeliling desa kemarin. Kini, ia masih harus bangun pagi karena tentunya masih banyak yang harus ia dan kedua teman KKN-nya itu lakukan.
Baru saja ia hendak membuka pintu kamar mandi, dirinya langsung terloncat kaget ketika mendapati pintu kamar mandi dibuka secara tiba-tiba dari arah dalam.
"Ayam!", jerit Michelle karena kaget.
Dari dalam kamar mandi, tiba-tiba Nadila berjalan keluar dengan sangat enerjik. Tak seperti Michelle, ia tidak kaget ketika mendapati Michelle berada di jalur langkahnya.
"Pagi Michelle.", sapa Nadila dengan ceria lalu lanjut berjalan dengan semangat ke dalam kamarnya.
Michelle masih terbengong heran sambil kepalanya mengikuti Nadila yang sedang berjalan ke kamar. Setelah menoleh 90 derajat, dirinya kembali dikagetkan oleh Naomi yang tiba-tiba muncul di area pandangnya.
"Astaga!", teriak Michelle untuk kedua kalinya. Ia pun seketika terlupa akan kantuknya.
"Lah beda banget itu Nadila. Habis lo apain semalem, Mi?", tanya Michelle heran.
Naomi hanya tertawa. Ia pun berjalan memasuki kamar mandi dan menutup pintunya.
"Lah, kan gw yang mau mandi, kenapa diselak?", ujar Michelle semakin dibuat bingung di awal pagi itu.
Suasana makan pagi pun begitu ceria. Kebersamaan lima perempuan itu sungguh lah hangat. Ibunda Nat dan Natalia bersyukur Nadila sudah tidak murung seperti kemarin. Bahkan mereka berdua seperti baru berkenalan dengan Nadila karena sedari awal mereka bertemu, baru kali ini mereka mendapati sifat asli Nadila yang begitu ceria.
+-+-+
Tiga hari berselang dan kini Naomi dan yang lain sudah menjalani hari ke-5 KKN mereka. Di hari itu mereka akan mengadakan penyuluhan perdana di hadapan para wanita binaan yang sudah mereka pilih. Mereka berhasil mendapatkan total 20 wanita binaan. Dari 20 peserta itu, 10 di antara mereka adalah wanita-wanita yang keluarganya tidak memiliki anggota laki-laki seperti target yang sudah mereka tetapkan. Memang hanya 50% dari jumlah total peserta, namun memang sulit untuk mendapatkan lebih dari itu. Sebenarnya masih lebih banyak perempuan-perempuan dengan profil yang sesuai dengan target mereka di desa itu, tetapi entah kenapa mereka enggan sekali dikunjungi oleh warga luar desa dan cenderung hampir tak pernah terlihat di siang hari. Dari 10 yang mereka temukan itu, tiga di antaranya dikenalkan oleh Natalia. Mereka semua masih cukup belia: Alma, Amel dan Rona adalah nama mereka. Namun, jika dilihat lebih detail lagi, ke-10 orang itu pun semuanya masih belia, termasuk Natalia di dalamnya. Cukup aneh memang, tapi tak begitu dipermasalahkan oleh Naomi dan kawan-kawan.
Mereka bertiga sudah mendiskusikan hal ini dengan dosen yang membimbing KKN mereka. Untungnya, dosen itu tidak mempermasalahkan jika mereka hanya mendapatkan 10 wanita yang sesuai dengan profil target. Namun, mereka masih harus membina sebanyak jumlah minimal yang dipersyaratkan, yakni 20 orang. Untuk mengakali hal ini, dosen mereka memperbolehkan untuk 10 peserta sisanya terdiri dari ibu-ibu yang menjadi tokoh di desa itu: seperti ibu kepala perkumpulan wanita desa, istri kepala desa, ataupun tokoh-tokoh wanita lain yang memiliki pengaruh lebih di desa itu. Harapannya, mereka dapat menjadi penyalur ilmu ke para wanita target KKN yang enggan bertemu mereka bertiga. Atas dukungan dari Pak Kades, mereka bisa mendapatkan istri Pak Kades untuk ikut bergabung ke penyuluhan mereka.
"Iya nak Nadila. Saya bisa ikut kok di penyuluhan kalian bertiga hari ini. Biar nanti saya yang koordinasikan dengan wanita-wanita yang lain, supaya ilmu dari kalian bisa menyebar lebih luas ke mereka.", ujar ibu istri kepala desa yang hari itu memakai kutubaru berwarna velvet yang terlihat cukup mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN di Desa Penari Erotis (21+)
FanfictionNadila, Naomi dan Michelle datang ke desa Sukasari dengan niat yang mulia, yaitu untuk memberdayakan perempuan-perempuan desa agar lebih mandiri dan berdaya juang. Namun, perjuangan mereka harus berbenturan dengan bisnis lokalisasi setempat yang sud...