Chapter 4

15.3K 125 9
                                    

Brata terlihat sangat serius. Matanya tajam menatap ke arah Amel yang duduk bersimpuh di hadapannya. Kedua tangannya disilangkan di depan dadanya sembari ia berdiri kokoh tanpa dibalut busana sehelai pun. Kumis tebal di atas bibirnya menunjukkan kewibawaan seorang pria yang mapan dan perkasa. Usianya sudah tak lagi muda, 55 tahun lebih tepatnya, terlihat dari timbunan lemak di perutnya yang disebabkan metabolisme yang sudah melambat. Namun, postur tubuhnya masih jelas menunjukkan kekokohan tubuhnya di masa-masa mudanya. Otot di lengan dan kakinya terlihat kencang dan berisi. Dadanya busung tegap dan bidang. Penisnya masih sigap berdiri tegak tak pernah mengkhianati tuannya setiap kali dibutuhkan oleh Brata, seperti malam ini.

Paras Amel terlihat gugup mendapati penis Pak Brata menjulang tegak di hadapannya. Angin malam yang dingin menerpa tubuh bugilnya dan sama sekali tak membantunya untuk melalui malam ini dengan lebih lancar. Ia menahan tubuhnya agar tak menggigil karena belum terbiasa bertelanjang bulat, apalagi di hadapan pria lain. Bintik-bintik dari kulitnya yang merekat akibat merinding kedinginan menghiasi sekujur lengannya. Ia mengangkat kepalanya sedikit untuk memudahkan matanya memandang mata Pak Brata. Sesuai dengan apa yang ia pelajari, Amel mulai mengingat-ingat: 

"Kontak mata sangatlah penting ketika memanjakan penis pria dengan mulutmu.", di dalam benaknya terngiang suara Natalia ketika sedang mengajarinya.   

Amel meninggikan posisinya menjadi sedikit berlutut. Ia mulai membuka mulutnya selebar mungkin dan memasukkan penis Pak Brata ke dalam mulutnya.

"Pelan-pelan saja, yang penting masuk semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan saja, yang penting masuk semua.", ujar Amel dalam hati menenangkan diri.

Ia rasakan penis Pak Brata memiliki diameter yang sangat besar, jauh berbeda dengan terong lapis kecap yang selama ini diberikan Natalia untuk latihan. Amel merasakan cukup kesulitan untuk memasukkan batang penis itu dalam-dalam. Mulutnya sudah tak mampu membuka lebih lebar lagi, namun Amel tetap gigih untuk memasukkan penis itu lebih dalam. Kelu ia rasakan di rahangnya. Ingin rasanya Amel melemaskan otot-otot di mulutnya namun tertahan oleh penis Pak Brata yang justru menarik otot mulutnya kencang. Ia hirup nafas dalam-dalam melalui lubang hidungnya untuk menopang asupan oksigen yang sangat ia butuhkan untuk ujian kali ini. Amel akhirnya berhasil melahap keseluruhan panjang batang penis Pak Brata. Ujung penis itu pun sudah menyodok kerongkongan Amel di ujungnya, bahkan masuk sedikit lebih dalam akibat penis Pak Brata yang sangat panjang.

"Tahan sebentar di dalam. Tahan nafas sebentar.", ujar Amel dalam hati mengingat-ingat pelajarannya. Amel sudah kesulitan untuk bernafas. Untuk beberapa detik dia masih bisa menahannya, namun ia sudah harus memundurkan penis itu untuk membuka saluran pernafasannya kembali.

Amel langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya melalui hidungnya. Memang tak akan sebanyak jika ia bisa membuka mulutnya dan melahap udara sebanyak mungkin, tapi ia harus bisa memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin apapun itu situasi yang dihadapkan kepadanya. Ia tahan sejenak penis Pak Brata setelah memundurkannya sedikit sembari beristirahat dan mengambil nafas yang ia butuhkan. Setelah puas mendapatkan oksigen yang ia inginkan, ia memundurkan lagi penis Pak Brata hingga tinggal ujungnya saja yang berada di dalam mulutnya.

KKN di Desa Penari Erotis (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang