“ini beneran kak ji kan?”
itu adalah pertanyaan yang sama untuk ke-empat kalinya di hari ini. bukan apa-apa, kak ji atau kerap dipanggil jisung itu mengajakku nonton bioskop secara tiba-tiba. jarang, bahkan kalau dihitung pun ini ke-tiga kalinya selama berpacaran 6 bulan dia mengajakku untuk jalan keluar atau menonton.
“iyalah? terus siapa lagi?” untungnya jisung tidak pernah bosan menjawab pertanyaan berulang-ulang dariku.
“siapa tau kembaran kak ji gitu?”
jisung begumam sebagai jawban. menandakan dia tidak mau melanjutkan percakapan tidak berujung dariku. maaf, aku masih tidak percaya dia mengajakku keluar.
“kak, mau nanya deh.”
aku memberhentikan kegiatan makanku sejenak. kedua mataku menatapnya dalam, menunggu persetujuannya. padahal tanpa menunggunya aku akan langsung bertanya–biasanya begitu.
“nanya apa?” jawabnya lalu menyuapkan makan malamnya kedalam mulutnya.
“kenapa jarang ngajak aku jalan keluar, kayak sekarang? maksudku, bukan aku nggak suka sama gaya pacaran kak ji cuma–”
“suka-suka aku?” potong jisung cepat sambil menatapku dengan sebelah alisnya terangkat.
aku menghela nafas, bukan jawaban itu yang mau aku dengar. aku mengulum bibir, sedetik setelahnya aku mengangguk. kembali memakan makan malamku dengan tanpa sadar mengerucutkan bibir.
“bercanda. ya mau hemat? daripada tiap ketemuan dibuat jalan keluar, nonton kan sayang? mending dirumah, udah ada semuanya.”
“udah jangan cemberut gitu,” lanjutnya.
diakhir kalimatnya jisung mengulurkan tangannya, mengusap kepalaku pelan selama dua detik. singkat tetapi berbekas cukup lama. aku menatapnya gelagapan, dia sedang tersenyum kecil kearahku. kemudian tangannya tadi menunjuk ke pipiku.
“merah, lucu,” katanya dengan ringan.
aku mengambil nafas sebanyak-banyaknya. berdecak pelan dan membuang arah pandang. tidak mau terus digoda dengan kalimat singkat yang sialnya ngena sampai ke hati.
“suka sama filmnya tadi?” tanyaku membuka topik lain sambil menatap lurus kearahnya.
“since it's disney, aku suka. tapi masih suka frozen kalau dibandingin sama yang tadi.”
“anna terus. udah ada nih anna nya di depanmu,” candaku yang berujung menerbitkan tawa kecil darinya. sangat manis.
entahlah, bagiku ketika jisung tersenyum atau tertawa itu adalah daya tariknya tersendiri. selayaknya gravitasi, jisung itu menarik semua perhatian orang di sekitarnya. bukan karena dia tampan–tapi memang–, ada banyak kelebihan di dalam dirinya itu.
sudah tinggi, pintar, berbakat, paket komplit bukan? oh jelas banyak yang iri kepadaku karena menjadi pacarnya. aku memang ditakdirkan untuk beruntung.
“udah puas natepnya?” lamunanku buyar seketika.
aku tertawa kaku, “udah kok.”
“ayo pulang, keburu malem.” katanya seraya merapihkan penampilannya, mengusak rambutnya kebelakang. lalu beranjak berdiri dari duduknya.
“tapi emang udah malem,” balasku dengan polos.
mungkin karena terlalu gemas dengan jawabanku, jisung tiba-tiba mencubit pipi kananku. “iya tau. maksudnya keburu udah jam sembilan. aku izin bang mark pulangin kamu jam sembilan soalnya.”
aku mengangguk, kemudian beranjak berdiri. berjalan sedikit cepat guna menyusul jisung yang sudah berjalan duluan. sedikit kesal karena meninggalkan ku di belakang. tapi ya, ini jisung, aku tidak boleh heran.
“kapan ngobrol sama abang?”
jisung melirikku sekilas, tangannya menggenggam tangan kananku tanpa aba-aba. “tadi sore cantik, waktu kamu lagi siap-siap.”
aku menggigit bibir bawahku, menahan rasa geli dari dalam perut karena ucapannya itu. ah lebih tepatnya panggilan sayangnya, cantik. ya Tuhan jantungku.
dengan tangan yang bertautan, aku dan jisung melangkahkan kaki keluar dari dalam mall. berjalan beriringan menuju parkiran di lantai bawah.
“udah dong kak, jantungku nggak kuat.”
jisung menatapku kebingungan, bahkan sampai memberhentikan kegiatannya dari membuka kaitan helmku. “aku, nggak ngapa-ngapain?”
“itu tadi, ngusap kepala, gandeng tangan, cubit pipi, terus bilang cantik. aba-aba dulu dong,” ucapku dengan bertubi-tubi. aku menghela nafas pendek setelahnya, lalu meninggalkan pukulan pelan di lengan kanannya. menyalurkan rasa malu.
“kalau gitu, habis ini dibiasain.” kalimat itu sukses membuat jantungku kembali berdetak tidak karuan.
akhirnya jisung memakaikan helm kepadaku, tak lupa mengaitkan kaitannya. terakhir, tangannya mencubit hidungku dengan kekehan kecil.
“jangan gemes-gemes. jantung aku juga nggak kuat nanti.”
+
sebenernya nggak mau up part ini, soalnya kurang gitu .. cuman aku ngilang seminggu kan jadi nggak enak :)
oke jadi minggu ini aku udah aktif sekolah, hari ini belum masih repot mpls adek kelas gak tau besok besoknya gimana. yang pasti, work ini bakal berdebu haha ... udah jangan terlalu nungguin. nunggu work ini nggak enak, mending nunggu abang jualan bakso aja lewat depan rumah.
oh ya, kayaknya aku bakal nambahin tanggal deh di pojok kanan bawah. biar tau aku kapan terakhir up hehe ..
see you when i see you all ♡︎
[ 12 Juli 2021 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar ; NCT
Fanfictionft. nct wayv oneshot/imagine "berimajinasi bersama NCT" © ddeojun, 2020