" bun, aku berangkat "
pamitku dengan terburu - buru juga berlari kecil dari kamar menuju pintu depan. hari ini aku akan berangkat bimbel bersama jeno. tetangga, teman sedari kecil, teman satu kelas dan sekolah. banyak deh pokoknya
" ya ". itu jisung yang menyaut bukan bunda. adik laki - laki ku yang hanya berbeda dua tahun saja denganku.
" gue izin ke bunda ya bukan sama lo "
memutar bola mataku malas, tanganku bergerak membuka pintu utama yang berbahan dasar dari kayu itu sedikit, karena tiba - tiba jisung mengucapkan kalimat yang sedikit memancing emosi.
" deket iya, pacaran enggak. apa - apaan. kena friendzone kan lo kak ? ", setelah mengucapkan kalimat itu, jisung langsung melarikan diri dari sofa ruang tamu dengan suara tawa mengejeknya.
" bodo ya sung, gak usah minta jajan ke gue lagi !! ", teriakku kesal dan langsung berjalan keluar dari dalam rumah.
di depan, aku sudah menemukan jeno dengan motor hitam dengan motif sedikit berwarna merah tepat di depan pagar hitam rumahku. dengan segera aku membuka sisi sebelah pagar dan menyapa jeno terlebih dahulu.
" sorry lama, jisung ngajak berantem dulu "
aku tertawa kikuk. jeno membalas hanya dengan anggukan dan senyuman manisnya khas miliknya lalu memberikan helm kepadaku.
helm milikku yang dua hari kemarin aku cari - cari ternyata di bawa olehnya. ah, sia - sia aku membereskan garasi demi mencari helm ku ini.
" kok di kamu ? kemarin aku cari - cari gak ada di rumah, ternyata di kamu. kok gak bilang sih ?! "
aku mendengus kesal seraya menatapnya malas. tanganku mengambil alih helm milikku dari tangannya dan langsung memakainya.
" kebiasaan, aku udah chat tapi kayaknya ketimbun sama chat temen - temen kamu yang lain ", balasnya sembari mendorong keningku pelan dengan jari telunjuknya sebelum aku naik keatas jok motor belakangnya.
" ya ya terserah. ayo berangkat "
kedua tanganku memegangi sisi samping hoodie putih yang sore ini jeno pakai. mana berani aku memeluk tubuhnya dari belakang, padahal aku sudah berteman dengan dia dari umur lima tahun.
jeno menepuk lututku ketika dia baru saja memberhentikan motornya ketika lampu rambu berwarna merah. aku pun maju sedikit, " kenapa ? "
" gapapa sih, gabut doang "
mendengus pelan, tanganku terangkat untuk memukul tangannya gemas. jeno hanya membalas pukulan ku dengan kekehan kecilnya.
" ketawa terus, kering gigi lo mampus ", ucapku dengan nada kesal. padahal kenyataannya jantungku sudah kalang kabut hanya dengan kekehan kecilnya itu.
" yah marah "
aku hanya merotasikan bola mataku malas, enggan menanggapi jeno. jika di lanjutkan, yang ada nanti semakin panjang perdebatan tidak jelas ini.
" apa lagi ? ", tanyaku malas ketika jeno menepuk pelan lagi lutut sebelah kiriku.
" bosen gak sih ? "
di belakang, aku menaikkan satu alisku bingung. " bosen gimana maksudnya ? ", tanyaku memastikan. karena jujur, aku benar - benar tidak tahu maksud pertanyaan jeno barusan.
" kita gini - gini aja ", jawaban jeno kali ini membuatku tertegun selama beberapa detik.
" kamu-apasih jen. ngomong yang jelas "
aku memundurkan tubuhku menjauh dari tubuhnya, sembari menatap pantulan wajahnya dari kaca spion yang bertengger di sisi kiri. dari sana, dia tampak kebingungan untuk mencari jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar ; NCT
Fanficft. nct wayv oneshot/imagine "berimajinasi bersama NCT" © ddeojun, 2020