𝗁 𝖺 𝖾 𝖼 𝗁 𝖺 𝗇

2.6K 340 23
                                    

entah karena guru bahasa inggrisku menyudahi pembelajaran cukup cepat atau memang kelas lain suka terlambat, ruang osis masih sepi. padahal tadi ada pengumuman anggota osis, khususnya ketua seksi bidang serta inti harus berkumpul nanti sepulang sekolah di ruangan yang tertata rapih ini.

aku hanya menemukan satu tas dengan gitar disebelahnya. yang jelas itu milik salah satu anggota osis. tanganku menaruh tas ranselku dan menyandarkannya pada rak buku. aku berjalan mendekati gitar itu. entah kenapa aku tertarik dengan alat musik itu

tanganku mengambil gitar itu dengan hati-hati. takut, karena ini bukan milikku.

aku termasuk orang yang tidak familiar dengan alat musik. bisa belajar namun terlalu malas. otakku ini sudah dipenuhi dengan rumus-rumus serta hafalan mata pelajaran. bisa-bisa kepalaku pecah nantinya jika memaksa untuk tetap mempelajari cara bermain gitar.

“ngapain?” suara itu terdengar keras dan menggema. cukup untuk mengagetkanku karena sebelumnya keadaannya masih sunyi.

kedua tangan yang tadinya tengah memegang gitar refleks melepaskan pegangannya. gitar itu jatuh, dan salah satu senar di sana putus. aku ulangi, salah satu senar di sana putus karena ulahku.

iya aku sedang dalam bahaya.

“anjing,” umpat seseorang yang aku tebak tadi yang mengagetkanku.

aku memutar tubuhku cepat, menemukan haechan dengan wajah terkejut di ambang pintu ruang osis. arah tatapannya kini beralih menjadi kearahku, menatap tajam selanjutnya berdecak kesal.

haechan berjalan mendekat. bukan kearahku karena dia langsung mendorongku ke samping guna memperluas jalannya menuju gitarnya. aku menatapnya takut. haechan benar-benar terlihat marah.

“maaf ... gue nggak sengaja,” cicitku sambil meremat ujung sweater abu-abuku.

haechan masih diam di tempatnya, menghela nafas kasar. gitarnya yang tergeletak di lantai kini dia angkat, memasukkan gitar itu kedalam tas khusus untuk gitar miliknya. menaruhnya kembali di sebelah letak tasnya.

“haechan, gue minta maaf.”

dia berbalik badan, melemparkan tatapan mengintimidasi. haechan tidak menjawab kata-kataku, atau apapun. kaki panjangnya melangkah begitu saja berjalan neninggalkan tempatnya.

sebelum itu tanganku terlebih dahulu menahan lengan kanannya. sedikit mencengkeramnya kuat secara tidak sengaja, refleks cepat. “gue ganti,” kataku cepat. dan tentu dengan keraguan ketika mengucapkannya.

“okay,” balasnya.

aku tersenyum legah, walaupun sedikit. sudut bibirnya terangkat naik, menyeringai sebelum akhirnya berdeham. kakinya kini berjalan mendekat kearahku. dengan naluri, aku berjalan mundur. mencoba memberikan jarak antara tubuhku dan tubuhnya. karena jujur haechan tadi sempat berhenti tepat di depanku dengan jarak yang samagt dekat. tidak baik untuk jantungku.

aku tersentak ketika pungguku bertemu dengan dinding bercat putih ruang osis. pergerakkanku tidak banyak sekarang. haechan menyudutkan ku dengan salah satu tangannya menempel pada dinding, menahan tubuhnya.

“mundur,” kataku sedikit bergetar.

haechan terkekeh, “lo mau ganti rugi, kan?”

aku mengangguk cepat. menatap tepat kearah kedua manik matanya yakin. “jangan pake uang.”

dahiku mengerut. tidak menggunakan uang? jadi, aku harus menggantinya dengan apa?

“ganti pake, bantuin gue belajar. bantuin gue ngerjain tugas gue. sama,”

haechan menggantung kalimatnya. wajahnya dia bawa mendekat telinga kiriku. hembusan nafasnya langsung menerpa kulit leherku, membuat tubuhku langsung kaku mendadak.

“bantuin gue lupain mantan gue. gimana?”

kedua mataku melebar. gila, hanya itu yang bisa aku katakan. walaupun di dalam hati. beberapa detik setelahnya aku menatapnya tidak setuju. tidak setuju dengan opsi terakhir.

“iya buat bantuin belajar, bantuin lo ngerjain tugas. gak buat bantuin lupain mantan lo.”

dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya. berjalan cepat keluar dari ruangsn bercat putih itu dengan degup jantung cepat.

aku akui, memang haechan tampan dan pintar–ya mungkin ada beberapa mata pelajaran yang susah untuk dia pahami makanya memintaku untuk membantunya. tapi jika dia menggunakan itu untuk meluluhkan ku, tidak akan bisa.

tentang opsi terakhir, kalau aku menerimanya, aku sama saja menjadi pelampiasannya saja, kan? aneh. itu kata yang cocok untuk haechan.

“akh!” pekikku saat pergelangan tangan kiriku ditarik paksa dari arah belakang.

dengan cepat aku menoleh kebelakang, mendapati haechan tengan menahan pergelangan tanganku. wajahnya tidak setegas tadi. sudah berubah, menjadi sedikit melembut? ah pokoknya tidak setegas tadi.

“lepas, sakit,” tekanku padanya.

dengan segera haechan melepas tangannya. “maaf,” jawabnya.

“mau apalagi?” tanyaku dengan kedua tangan yang aku lipat ke depan dada.

“lo nolak? nolak ganti rugi?” ah masih permasalahan yang sama.

kepalaku menggeleng, “enggak. kan gue bilang, iya buat bantuin lo belajar sama banutuin lo ngerjain tugas. gak buat bantuin lo lupain mantan lo.”

“lo brengsek tau gak jatuhnya.”

aku menghela nafas pendek. “buat opsi terakhir, pikir ulang. kalimat lo salah, lo sama aja jadiin gue mainan lo.”

dia hanya menatapku. menatapku dalam.

aku berdecak malas, tidak ada respon darinya. aku kembali mengambil langkah, lanjut berjalan entah kemana. tetapi kalimat yang dia ucapkan setelahnya berhasil membuat kakiku berhenti melangkah. bahkan hampir limbung karena tidak berdiri dengan seimbang.

“gue suka sama lo.”

“atau mungkin, gue udah jatuh sama lo.”

+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+

hai :)
haechan udah ya, lunas. tapi, maaf banget ini plot yang aku ambil agak, ya gitu ... sebenernya nggak tega tapi aku nggak ada draft lain t_____t

minggu ini, kemarin aku sibuk banget, heran. jadi maaf banget sering ngilang.

okay, udah aku gak tau mau ngetik apa lagi ... :)

see you when i see you! stay safe everyone!


[ 11 Agustus 2021 ]

sugar ; NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang