• υкѕ

254 218 42
                                    

Kamis, 21 Maret 2019

Mark berlari dengan sekuat tenaga tanpa memedulikan sekelilingnya. Pemuda itu tampak terburu-buru. Beberapa kali ia juga menabrak orang lain hingga membuat orang itu terjatuh, tanpa meminta maaf, pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya. Entah apa yang membuatnya begini.

Nafasnya tersengal, namun pemuda itu tampak tak peduli. Mark memandang Rini yang ada di hadapannya dengan tatapan penuh tanya.

Seakan mengerti, Rini segera mengangguk seraya berkata, "Dia ada di dalem sama Lena, jadi sekarang lo langsung masuk aja."

Mark mengangguk kecil lalu ia kembali melangkahkan kaki panjangnya. Mark masuk ke dalam UKS, menghampiri gadisnya yang tengah menangis kesakitan.

Melihat kedatangan Mark, Lena segera berjalan keluar. Ia memilih untuk memberikan ruang dan waktu yang cukup kepada keduanya.

"Hey, kamu kenapa?" tanya Mark panik.

"Sakit! Kepalaku sakit!" jerit Claudia tak tertahan. "Tolong! Tolong aku!"

"Oke, aku ngerti, tapi sekarang kamu tenang dulu," pinta Mark dengan sabar, namun nyatanya, usahanya kali ini sama sekali tak membuahkan hasil.

"ARGH! SAKIT! KEPALAKU SA-SAKIT BANGET!"

Claudia terus mengerang. Rasa sakit itu benar-benar menyiksanya. Ia menarik rambutnya dengan kasar, berharap agar rasa sakit itu segera hilang dari kepalanya.

"SAKIT!" pekik gadis itu frustrasi.

Mark menahan pergerakan gadis itu. Ia terus berusaha untuk menjauhkan tangan gadis itu dari rambutnya sendiri.

"CLAUDIA! Jangan jambak rambut kamu kayak gitu!" ujar Mark dengan tegas.

Claudia kembali mengerang. Kali ini suaranya terdengar lebih keras. "ARGH!!! SAKIT!!!"

Mark bingung. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Gadisnya menangis, namun ia sama sekali tak memiliki cara untuk menghentikannya.

Akhirnya ia hanya bisa menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Mendekapnya, dengan harapan dapat menenangkan kondisi gadis itu.

"Berhenti, Clau. Tolong ja-jangan kayak gini," seru Mark dengan suara seraknya.

Dalam dekapan Mark, tubuh Claudia mulai sedikit terkontrol. Ia tidak lagi memberontak dan berteriak seperti sebelumnya, karena kini ia malah semakin menghamburkan dirinya ke dalam pelukan hangat milik kekasihnya. Meskipun begitu, tangannya masih saja menarik rambutnya dengan kasar.

Mark menarik tangan Claudia dengan hati-hati. Kini tangan besarnya mengusap rambut Claudia dengan putus asa, berharap semoga aksinya dapat meredakan rasa sakit yang tengah gadis itu rasakan.

"Kamu udah gapapa?" tanya Mark setelah merasa Claudia mulai membaik.

"Pu-pulang. Aku mau pulang sekarang."

Mark mengangguk kecil. Ia menatap gadisnya dengan intens. "Tunggu sebentar ya, aku mau telpon orang tua kamu dulu."

Karena tak bisa berbuat banyak, akhirnya Claudia memilih untuk mengangguk patuh.

Setelah mendapatkan izin dari gadis itu, Mark memutuskan untuk keluar dan meminta tolong kepada Lena dan Riri untuk menjaga Claudia sebentar saja-karena saat ini ia harus segera menghubungi kedua orang tua gadis itu, untuk memberitahu mereka bagaimana keadaan putri mereka sekarang.

Ketika Mark telah pergi dari pandangan mereka, Lena dan Rini segera masuk dan menghampiri gadis malang tersebut. Tanpa membuang banyak waktu, keduanya segera memeluk erat tubuh Claudia. Keduanya tengah mencoba untuk memberikan seluruh kekuatan yang mereka punya kepada gadis itu.

Tubuh Claudia diam. Gadis itu sama sekali tak memberontak, namun ia tak juga membalasnya.

Tanpa permisi, air mata mulai turun membasahi pipi Lena dan Riri. Sekeras apapun mereka menahannya, pertahanan mereka akan selalu runtuh dengan sendirinya. Terutama ketika melihat kondisi sahabat mereka yang satu ini.

"Clau, gue bener-bener nggak tau lo kenapa, tapi yang jelas, hati gue sakit pas liat lo kayak gini. Gue sedih, gue sedih karena gue nggak bisa berbuat banyak buat lo," ucap Lena sambil mengusap kasar air matanya. "Tolong jangan kayak gini, Clau."

Rini mengangguk setuju. "Gue minta maaf ya, Clau. Maaf karena gue cuma bisa kasih lo pelukan, tanpa bisa berbuat lebih," ucapnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Claudia mendengar itu, namun ia sama sekali tak menjawabnya. Gadis itu tetap diam membeku, persis seperti patung.

Tak lama, Mark datang. Pemuda itu diam sejenak, menatap ketiganya dengan tatapan bersalah. Seakan mengerti, Lena langsung mempersilakan Mark untuk segera membawa gadis itu pergi bersamanya.

"Makasih udah jagain dia, gue pergi dulu," pamit pemuda itu sambil menggendong tubuh Claudia.

Lena dan Rini hanya mengangguk kecil seraya menatap keduanya dengan tatapan sendu.

"Semoga lo baik-baik, Clau."

~♥~

Too Fast ᵐᵃʳᵏˡᵉᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang