PS-001.

36K 2.1K 158
                                    

Nahh, aku kan up sekali. Kalau mau dapetin up lagi tuh vote tetap 110 tapi komen sampai 50 aja.

Okey.

Happy reading🕴
.
.
.

Suasana di ruang makan sebuah Mansion terlihat hidup, hanya ada 1 orang saja yang nampak duduk dikursi.

2 diantaranya sibuk bolak-balik membawakan sarapan mereka pagi ini. "Kenapa pagi ini kalian sibuk sekali?" tanya wanita ber coat tosca dengan rok span hitamnya.

Rambutnya dicepol rapi, hari ini dia punya harus mendatangi kantor barunya. Awalnya dia bekerja di Los Angeles, namun secara khusus dia diperintahkan untuk pindah ke Kantor barunya.

Mau tak mau wanita cantik itu harus memboyong semua yang perlu dia boyong. Yang memakai pakaian maid nampak berhenti, dia menjawab.

"Nona, hari ini anda akan sangat sibuk diluar. Jadi Hilmar inisiatif buat sarapan pagi ini lebih banyak." suaranya lembut sekali, ditambah dengan tatapan teduhnya.

Wanita itu tersenyum simpul, dia meraih susu hangatnya dan meminumnya. "Oke, lanjutkan saja." ujarnya tenang.

Hilmar mengembangkan senyumnya, dengan cepat dia kembali melakukan pekerjaannya.

Tak lama, langkah kaki pelan terdengar mendekat. Wanita bernama Rebecca itu menoleh, terlihat seorang pria muda yang masih mengenakan piyama satin putihnya.

Tanpa celana, dengan perut sedikit buncitnya berjalan takut-takut kearahnya.

"Hey, kenapa kau tak memakai celana?" ceplos Rebecca seiring tawa kecilnya. Dia bertopang dagu melihat kegelisahan pria tersebut.

Dia menunduk dan menarik piyamanya kebawah, agar menutupi sedikit lagi bagian pahanya. "Brennan, i am asking to you." cetus Rebecca lembut.

Pria bernama Brennan itu mendongak, wajahnya bersemu merah.

"Eum, bolehkah aku bergabung?..em..aku..eung..tak mau sarapan sendiri." cicitnya segan.

Sudah 5 hari Brennan tinggal di mansion yang hanya diisi beberapa orang saja, dia biasanya makan sendiri di kamar.

Namun pagi ini dia mendapat kabar, kalau Wanita yang sudah menolongnya pulang. Dan akan tinggal disini mulai sekarang.

Rebecca terkekeh pelan, dia mengangguk mengiyakan. "Silahkan Bren, duduk disebelahku." ajaknya lembut.

Brennan tanpa sadar tersenyum, dia berjalan mendekat dengan tangan yang terus bertengger diperut buncitnya.

Padahal kandungan ini baru 4 bulan, tapi kenapa perutnya sudah sebesar ini.

"P-permisi..." cicitnya begitu duduk. Agak sulit karena perut besarnya itu, tapi dia tak mau mengeluh.

Rebecca mengelus perut buncir Brennan. "Para ilmuwan itu gila ya, bisa-bisanya mereka berhasil memasang rahim diperutmu." gumamnya tak habis pikir.

Brennan menunduk, tak mau mengingat kenangan buruk itu.

"Sudah, maafkan atas perkataanku. Sekarang mari kita sarapan, Hilmar! Sini sarapan sama-sama."

Hilmar langsung menoleh, senyumnya melebar. Dia berlari pelan kearah Rebecca, kemudian duduk disebelah kirinya.

Karena sebelah kanan sudah ada Brennan.

"Makan yang banyak, dan hiduplah dengan sehat." ujar Rebecca lembut, dia mengelus rambut keduanya perlahan.

Menyalurkan ketulusannya pada dua pria ini.

Karena sisi baiknya masih mendominasi, tak ada yang memicu sisi buruknya. Jadi Rebecca masih berkelakuan baik.
.
.
.
Kedua pasangan yang sama-sama telanjang masih terlelap damai, salah satunya bahkan belum mencabut nunutnya dari sangkar sang wanita.

Tok tok.

Ketukan pelan terdengar, membuat si pria tersentak perlahan. "Siapa?" tanya nya dengan suara serak basahnya.

"Tuan, hari ini Sekretaris pindahan akan datang. Sebaiknya anda bersiap untuk berangkat." Asisten berusia 22 tahun itu kembali menghela napas.

Pria manis itu lelah, sudah 10 kali ganti sekretaris dan berakhir di ranjang. "Hmm, yayaya. Aku akan bersiap." sahutnya malas.

Dia melepas dekapan si wanita yang tak lain adalah sekretaris barunya, yang baru bekerja selama 3 hari dengannya.

Dan sudah berakhir di ranjang saja.

Perlahan, dia melepas nunutnya. "Dia bahkan sudah longgar." gumam pria itu kemudian beranjak.

Membersihkan tubuhnya dari sisa permainan semalam. Tak ada yang menarik, membosankan sekali "Hem, aku harap sekretaris ini sedikit lebih menantang." gumamnya.

Seringai tipis terlihat diwajah tampannya, dia tak sabar bermain dengan mainan barunya.

"Hehe, dan kuharap dia bisa memuaskanku."

Karena di dalam otaknya, hanya ada selangkangan dan selangkangan.

Hidupnya seakan hanya untuk menerobos semua selangkangan wanita yang dia temui. Betapa bejatnya dia.





















BERSAMBUNG❤

Yoo, jangan lupa syaratnya yaaa. 110 vote dan 50 komen tanpa spam gajelas, bubay💃

Pervert Secretary. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang