PS-24

7.3K 887 224
                                    

Persiapkan diri kalian! Agak mengsedih sih ini chapternya, semoga dapat feelnya yaaa. 200 vote 100 komen!! Kalau enggak terpenuhi, ya gak update.

Kali ini serius.

.
.
.
Hilmar😭.

Rebecca hampir kehilangan nyawanya saat melihat tubuh Hilmar berlumuran darah dengan napas yang hampir hilang.

Mati-matian Rebecca menahan air matanya.

Perjalanan menuju rumah sakit juga terasa aaaamat lama. Rebecca hampir memaki supir ambulance karena lambat sekali.

Rebecca berjanji, akan menghabisi siapapun yang menjadi dalang dari kejadian ini. Brengsek!

"Nanti aku selidiki." bisik Zico yang ikut di ambulance bersama Rebecca.

Rebecca mengangguk, sedikit berterima kasih karena Zico bisa diandalkan. Brennan pulang, itu semua atas suruhan Rebecca.

Padahal Brennan mau ikut bersama Rebecca. "Tenang..kamu bakalan selamat.." bisik Rebecca sembari menciumi punggung tangan Hilmar.

Dia panik, dia takut. "Jangan tinggalin aku.." lirih Becca bergetar, dia sangat takut jika Hilmar meninggalkannya.

Jangan sampai, Rebecca tak bisa membayangkannya. Sementara Zico, dia hanya diam memandang betapa sedihnya Rebecca saat ini.

Sepintas, ingatan masa lalu saat dia bertemu Rebecca masuk.

"Kumohon..jangan melompat.."

"Hiks..aku gamau hidup!! Mama udah ninggalin aku!! Aku mau ikut Mama!!"

"Ada aku, tenang saja. Aku akan bersamamu."

Zico menggeleng, dia merangkul pinggang Rebecca. Tak apa, sekarang Rebecca sudah ada bersamanya, sudah disebelahnya.


Plak!

Das menampar kuat pipi wanita suruhannya, wanita itu meringis pelan merasakan perih dipipinya, perlahan dia mendongak memandang Das yang penuh amarah.

"AKU TAK MENYURUHMU UNTUK MEMBUNUHNYA!!" teriak Das marah.

Wanita itu gemetar pelan. "Tapi Pak, saya bahkan tidak melakukan apapun, setelah dia masuk ke tangga darurat. Saya ditarik seseorang dan dikurung di gudang." ujar wanita itu takut.

Das terdiam, sial!! Ada orang lain dibalik kejadian ini. "Brengsek!" umpatnya kesal.

Dia keduluan. Das berlari keluar ruangannya, dia harus menyusul ke rumah sakit dan menceritakan semuanya pada Rebecca.

Dia harus melakukannya.

Dia takut Rebecca salah paham dan malah menyalahkannya, lebih takut lagi jika Rebecca membuangnya dan membencinya.

"Tidak, ini tidak boleh terjadi."

Das takut...Rebecca membuangnya..

.
.
.

Hilmar selamat, dia berhasil melewati masa kritisnya saat ini. Setelah mendapat beberapa jahitan dikepala, rambutnya harus rela dipangkas separuh untuk operasi tadi.

Pervert Secretary. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang