PS-29

6.6K 787 104
                                    

Jangan lupa voment.

.
.
.
No one can trust.

Rebecca diam sesaat setelah Dokter keluar, setelah Hilmar diinfus kembali sekaligus diberikan alat bantu pendengaran, tak ada perubahan.

Dia terus menangis, memohon maaf pada Rebecca karena sudah menamparnya. Rebecca cuma diam, tak menjawab atau perduli pada Hilmar.

Napasnya saja rasanya hampir habis karena menangis terlalu lama.

"Hiks..B-becca..hiks..uhuk..hiks..Becca..hiks..maafkan aku..hiks..maaf Becca maaf..hiks..uhuk!..hiks..Beccaaaa..hiks..bicara padaku..hiks.."

Dia terus memohon maaf, tapi Rebecca masih diam saja.

"BECCAAAAAA HUAAAAAAAA AKU MINTA MAAAAAFFFFF HUAAAAA..hiks..HUAAAAAA.."

Gabisa gini gabisa, Hilmar gamau didiemin terus. Dia menarik alat bantu ditelinganya lalu membantingnya kuat ke lantai.

Brak!

"HILMAR GAMAU PAKE ITU!! PERCUMA KALAU BECCA TETEP GAMAU BICARA SAMA HILMAR!!..hiks..HUAAAAAA BECCAAAAAAAAAA.."

Das menggeleng pelan, dia berjalan mendekato Rebecca dan menepuk bahunya pelan. "Itu editan, aku sudah memeriksanya." ujarnya seraya memeluk Rebecca erat.

Mendusel dilehernya dengan bebas, tak ada yang bisa menghalanginya kini, karena Rebecca sudah memberikannya kebebasan.

Hilmar makin histeris, dia gak terima Rebecca kembali dekat sama Das.

"BECCAAAA..hiks..HUAAAAA BECCAAAAAAAAA."

Galang mengacak kasar rambutnya, kesal. "Becca, diamkan dulu dia. Berisik sekali, aku gabisa tidur jadinyaaaa." rengeknya kuat.

Ini sudah jam 10 malam, biasnya Bunda Hani marah kalau Galang jam segini belom bobok.

Rebecca mendesah pelan, lelah dirinya ini. Semua berkecamuk dikepalanya, rasa-rasanya Becca ingin melarikan diri dari mereka semua.

Becca melepas pelukan Das, lalu berjalan kearah alat bantu yang barusan Hilmar lempar. Diambilnya pelan lalu memasangkannya kembali ke telinga kanan Hilmar.

Pria itu hanya sesenggukan seraya memandang Rebecca. "Becca..hiks.." isaknya sedih.

"Katakan padaku, apa kau pernah menemui wanita lain selain aku?." tanya Rebecca dingin.

Hilmar sedikit senang, akhirnya dia bisa mendengar suara Becca lagi. Tapi kemudian dia menggeleng kuat, memeluk Rebecca erat dan menangis didadanya.

"Enggak!..hiks..aku bahkan selalu di rumah..hiks..keluar hanya saat belanja ke pasar dan ke kantormu..hiks..aku gak ada ketemu cewek lain Becca..hiks..gak ada.."

Becca diam, menatap kedua mata Hilmar dan mencari kebohongan disana. Tapi nihil, dia jujur.

"Kau jujur?"

"I..ya..hiks..Hilmar jujur..hiks.."

"Kau tidak menipuku?."

Pervert Secretary. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang