PS-28

6.5K 827 106
                                    

Halo kaliaaan. 200 vote 100 komen yaa💃.

.
.
.
Perubahan rencana.

Baru kali ini Rebecca menangis untuk bajingam seperti Das, dia hampir jantungan saat mendengar suara tabrakan tadi.

Syukurlah Das baik-baik saja, yang tertabrak itu adalah suruhan Zico tadinya. "Anjing lo..hiks..gue kira lo mati!" maki Becca seraya memukul dada Das kuat.

Das terkekeh pelan, dia memeluk tubuh Rebecca erat dan mengelus punggungnya pelan. "Maaf.." bisiknya lembut.

Jadi, ternyata tadi yang menabrak adalah mobil Galang, dia dan Das sudah kerja sama untuk membongkar kedok jahat Zico.

Setelah menabrak suruhan Zico, dia pun sengaja melindas pria itu bertepatan didepan Das. Mereka bersama menuju rumah sakit tadi.

"Apa tidak ada pelukan bagiku?" rajuk Galang yang duduk disofa sana. Mulutnya penuh dengan keripik kentang yang dia beli tadi.

Hilmar? Dia tidur, jadi tak masalah saat ini.

Pelukan mereka terlepa, Das menyeka  air mata diwajah Rebecca lalu mencium pipinya pelan. "Maafkan aku, kamu udah gak marah sama aku kan?" tanya nya takut.

Rebecca berdecak kesal, tangannya terayun guna memukul kepala Das.

Bugh!

"Bodoh!" makinya kesal, dia berdiri lalu berjalan mendekati Galang yang masih merengut sebal.

Galang merentangkan tangannya, dan Rebecca masuk begitu saja ke pelukan Galang. "Makasih Galang..." bisik Rebecca ditelinga Galang.

Galang berdehem pelan dan mengangguk. Dia senang, Bundanya sudah tau tentang keburukan Zico, jadi Bundanya tak akan membandingkan dirinya dengan Zico lagi.

"Becca, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Ini tentang Hilmar."

"Katakan."

Das berdiri, lalu berjalan mendekati Rebecca dan duduk disebelahnya. Merogoh kantongnya guna mengambil ponselnya.

"Kamu yakin? Hilmar itu baik?" tanya Das.

"Tentu saja, dia yang paling baik."

"Setelah melihat ini, apa kamu masih bisa menyebutnya baik?." Das menunjukan sebuah foto, disana terlihat Das keluar dari Cafe bersama seorang wanita.

Wanita itu tersenyum senang dengan tas belanjaan dikedua tangannya, Hilmar sendiri tengah merangkul pinggang wanita tadi erat.

Rebecca terdiam, berusaha menyangkal. "Aku, dapat ini dari seseorang. Aku masih tak yakin, tapi lebih baik aku mengatakan ini padamu." bisik Das takut.

Tangan Rebecca terangkat ke wajah Das, dan mengelusnya pelan.

"Makasih ya, kalau pun lo gak kasih tau gue soal ini. Gue gabakal tau, nanti gue cari tau sendiri."

Bertepatan dengan Hilmar yang terbangun dari tidurnya dan sibuk memanggil Rebecca. "Beccaaa..." panggilan itu membuat Becca menoleh.

Hilmar bangun dan terduduk dikasur, dia melihat Rebecca hanya diam disana dengan tatapan mata yang sulit dijelaskan.

"Beccaaa.." panggilnya lagi.

Namun tetap saja, Rebecca hanya diam. Raut wajah Hilmar seketika menjadi takut, ada apa dengan Rebecca? Kenapa dia hanya diam.

Apa Hilmar tak mengeluarkan suaranya.

Hilmar langsung menyentuh bibirnya dan kembali bicara.

"Beccaaaa..Becccaaaaaa..BECCAAAA!!..KENAPA KAMU GAK KESINI!! KAMU DENGER AKU GAK!?" Hilmar takut, dia langsung melepas infusnya kuat lalu turun.

Berjalan cepat mendekati Rebecca dengan mata yang sudah basah, air matanya sudah turun membasahi pipinya, dia takut.

Rebecca tak meresponnya, dia hanya diam, hanya memandangnya dengan tatapan penuh ketakutan.

"Becca..hiks..kumohon jawab aku..hiks.." mohonnya pilu.

Dia berlutut dibawah kaki Rebecca dan memohon, tangannya ada dipaha Rebecca. Dia benar-benar takut, kenapa Rebecca hanya diam saja.

"Becca-"

"Awas, kembali ke tempat tidurmu." Rebecca menarik tangan Hilmar dan membawanya kembali ke kasur, Hilmar menggeleng kuat, dia memberontak.

"Enggak! Aku gamau!! Jelasin kenapa kamu hanya diam!!"

"Percuma juga sih, aku jelasin kamu gabakal denger."

"BECCA!!"

Rebecca tak perduli, dia mendudukan tubuh Hilmar ke kasurnya. "INI SEMUA GARA-GARA DAS KAN!? GARA-GARA DIA KAN!?..hiks..KENAPA KAMU DEKET SAMA DIA LAGI! AKU GAK SUKA!"

"Dih, anjing." cibir Das kesal.

Galang hanya diam, dia masih asik menyemil keripik kentangnya, drama yang Hilmar berikan sedikit menghiburnya.

"Dia memang begitu ya?" tanya Galang tenang.

"Entah, ra urus."

"BECCAA JAWAB!!"

PLAK!

Rebecca diam, pipinya panas saat ini.

Hilmar membeku, tangannya lemas seketika saat ini. Dia baru saja menampar Rebecca, apa yang sudah dia lakukan!?.

"B-becca..m-maafkan aku..hiks.."

Rebecca diam, dia tetap mendudukan Hilmar dan memanggil Dokter, tak perduli dengan pipinya yang panas.

"BECCA!! BECCAAAA!!"

Hilmar menyesal..





































Bersambung❤

Kata-kata untuk para pemain👉

Pervert Secretary. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang