PS-23

7.7K 885 165
                                    

Met siang semua, ingat ya jangan lupa vote dan komen. Kali ini karena gak pakai target, aku gatau mau up kapan lagi.

.
.
.

Hilmar get down!

Hilmar melangkahkan kakinya keluar dari Cafe depan Kantor Rebecca, dia baru saja membeli smoothie untuk dia dan Rebecca nantinya.

Jam makan siang hampir tiba, Hilmar kembali mengantarkan makanan untuk Rebecca tercintanya. Setelah keluar dan memastikan jalan raya aman, Hilmar mulai menyebrang.

"Rebecca suka Ayam kecap gak yah.." hari ini Hilmar masak Ayam kecap sama sayur lodeh. Ituloh, sayur yang pakai sawu putih, ada tempe dan tahunya.

Warna kuah sayurnya itu puith, pokoknya nikmat bagi yang pernah makan.

Setelah sampai disebrang dengan selamat, Hilmar berjalan masuk ke dalam kantor. Orang-orang sudah biasa melihat Hilmar datang, jadi dia tak perlu melapor ke Recepsionis.

Saat dia berjalan menuju lift, langkahnya dihadang seorang karyawan wanita.

Memakai kemeja ketat, bibir tebal dengan polesan lipstik merah cabai. Rok span yang amat ketat, iuw..Hilmar sedikit ilfil melihatnya.

"Maaf Nona, anda sedang apa?." tanya Hilmar seraya mundur 2 langkah, dia agak trauma sama wanita kecuali Rebecca.

Wanita itu menyeringai, jika dia berhasil membuat pria manis didepannya, mendesah dibawah tubuhnya. Maka Pak Das akan memberikannya sebuah rumah.

"Liftnya rusak Tuan, anda harus menggunakan tangga." ujarnya mendayu.

Matanya menyorot penuh napsu pada lekukan leher indah Hilmar. "B-baik, terima kasih." Hilmar langsung berjalan cepat menuju tangga darurat yang ada didekat Lift.

Membuka pintunya perlahan lalu menghela napas panjang. "Becca ada dilantai 10, pasti akan memakan waktu lama. Becca kelaparan.." bisik Hilmar sedih.

Dia harus cepat, kasihan Rebecca kalau dia menunggu terlalu lama. Hilmar mulai menaiki anak tangga satu demi satu.

Kali ini dia harus kuat dan tahan, semua demi Rebecca. "Aish, kenapa disana gelap.." desahnya pelan.

Hilmar benci gelap, itu mengingatkannya pada kamar di rumah bordil dulu. Tapi ini semua demi Rebecca, dia tak boleh mengeluh.

Berusaha memberanikan diri, Hilmar naik semakin cepat.

Tap

Tap

Tap

Bulu kuduknya berdiri seketika, saat mendengar langkah kaki dibelakangnya. "Bukan hantu, bukan hantu. Tak ada hantu siang-siang begini.." racaunya terus.

Hilmar mempercepat langkahnya, saat ini saja dia baru ada dilantai 3, masih ada 7 lagi.

Langkah dibelakangnya semakin mendekat, Hilmar semakin takut, keringat mengalir semakin deras dari pelipisnya.

Selain gelap, Hilmar juga takut hantu.

Pluk.

Pervert Secretary. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang