14. MAAF

574 64 28
                                    

Hari ini kegiatan mengajar belajar di sekolah libur karena adanya tanggal merah. Memanfaatkan hal tersebut untuk pergi ke luar mungkin bukan idenyang buruk. Tetapi Rachel sepertinya tidak bisa melakukannya, atau mungkin tidak ingin?

Gadis cantik bersurai cokelat itu justru memilih bergelung di kasurnya sedari ayam berkokok sampai dengan menjelang sore hari ini. Ingatannya berkelana memutar ulang kejadian kemarin yang terus mengusiknya, dan hal tersebut tentu saja berpengaruh pada mood gadis itu yang sampai saat ini terpantau berantakan.

"CHEL, ADA RENALDI NIH NYARIIN!" teriakan Nina terdengar sampai keseluruh penujuru rumah.

Rachel tersentak kembali pada kenyataan. Dirinya menghela nafas dan menjawab teriakan sang Mama dengan kembali berteriak.

"SURUH KE KAMAR RACHEL AJA, MA!"

Tak berselang lama, terdengar suara pintu yang dibuka. Di sana, sudah berdiri seonggok daging hidup yang kini tengah tersenyum lebar sambil mengacungkan satu kantong plastik hitam yang entah berisi apa.

"TADAAA! GUE BAWA DONAT JCO!" Heboh Renaldi.

Mata Rachel yang semula mengerjap malas kini langsung berbinar-binar. Tangannya mengacung tinggi sambil turut berteriak heboh.

"AAAA MAU-MAUUU!"

Renaldi terkekeh melihatnya, cowok itu segera memberikan plastik yang berisi satu kotak donat pada Rachel dan merebahkan diri di kasur cewek itu.

"Ah gila, enak banget! Lo selalu tau apa yang perut gue butuhkan!" Rachel tersenyum dengan mata menyipit lucu. Bibirnya terus mengunyah satu potong donat dengan krim strawberry di atasnya.

Renaldi mengulurkan tangannya mengelus surai cokelat milik Rachel.

"Perut lo kan perut karet, apapun makanannya pasti lo suka."

Rachel tertawa geli membenarkan ucapan cowok itu.

"Sial, tau banget!"

Dan tawa mereka melebur bersama.

"Ih belepotan banget si lo kalo makan, udah tujuh belas tahun juga!" Renaldi menarik selembar tisu dan mengelapnya pada pipi Rachel.

Sedangkan bocah yang diocehinnya mah bodo amat, tangannya saja sudah kembali mengambil dua buah donat, belum lagi yang sedang dikunyahnya. Tubuh Rachel terlalu sibuk.

"Lo gimana?" tanya Renaldi.

"Gimana apanya?"

"Ya kan sekarang lo dah jadi anak IPA, maksud gue kek ada cerita ngga? Tentang perbedaan dari Bahasa ke IPA atau yang lain mungkin?" Renaldi memang yang paling mengerti Rachel diantara yang lain. Cowok itu selalu bertanya kecil seperti ini. Tak jarang tiap malam Renaldi juga akan bertanya seperti 'Gimana hari ini?' padanya.

"Ya gak beda banyak. Anak-anaknya asik dan ya kayak biasanya aja sih." jawab cewek itu sekenanya.

"Kolong meja lo masih sering disumpelin makanan sama cowok-cowok?"

Rachel mengangguk, "Iya, bahkan setelah gue pindah ke IPA malah makin banyak anjir! Lo bayangin aja, tiap pagi gue bagi-bagiin tu makanan ke temen sekelas, sisanya dikresekin dibawa Gara, Geri, Brandon, Kenan balik."

"Lo tau, Re? Ada yang ngasih seplastik beras, sekotak besar susu, dua telor ayam, bahkan sampe seiket pete! makin aneh sumpah!"

Renaldi tergelak mendengarnya.

"Mereka kira gue korban banjir apa?" Rachel cemberut dengan mulut mengembung.

"Ada-ada aja!" Renaldi mengacak gemas rambut Rachel.

FALL TO YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang