25. PERMINTAAN MAAF (1)

619 56 4
                                    

Hi, gua kembali!

Terima kasih untuk para readers pendatang baru yang udah kasih vote dan komen aaa sayang banyak-banyak😡❤

Btw gua masih pemula di dunia wattpad. Cerita gua masih tergolong amatir dan sangat acak-acakan. Maaf kalo cerita gua ga sesuai sama ekspektasi kalian ya:(

Jadi, gua akan berusaha semampu gua buat ngasih yang terbaik ke kalian <

Oke jangan lupa vote dulu sebelum baca, takutnya nanti lupa kalo ga vote dulu👁👄👁

Udahan basa-basinya oke happy reading!♡

***

Rachel sedari tadi tidak mau diam, badannya terus saja berguling-guling di atas kasur.

'Gue suka sama lo.'

Ajaib! 4 kata itu berhasil menimbun ingatan pahit Rachel tentang ucapan menyakitkan Alfa beberapa waktu yang lalu.

Benar, Alfa memang luka sekaligus penawar yang paling Rachel suka.

"Najis gue, gitu doang baper!" Rachel menegakkan cara duduknya. Lalu gadis cantik dengan piyama little pony itu berjalan menuju kaca, menatap pantulan dirinya.

"Heh lo gak usah baperan! Inget lo itu di buat jatoh sama tu orang beberapa waktu kemarin. Bahkan tadi pagi lo masih mewek-mewek bombay!" Rachel menunjuk-nunjuk dirinya sendiri di cermin.

Tak lama kemudian Rachel bicara dengan nada suara yang di berat-beratkan, "Karena dari awal gue suka sama lo," gadis itu meniru suara Alfa tadi sore.

"TBL! TBL! TBL! TAKUT BUANGET LOCH! Gak bisa sih gak bisa ini mah anjir gue mleyot banget bye!" dengan heboh Rachel kembali berlari menuju kasur dan menjatuhkan dirinya sampai derit ranjang terdengar.

Gadis itu bahkan kembali berjerit histeris sambil menghentak-hentak kaki dan tangan tak karuan membuat Nina—Ibunya yang mendengar dari luar kamar bersama Papanya mulai khawatir.

"Bawa ke psikiater aja kali ya Pa? kemarin tuh Rachel nangis-nangis Pa. Dia juga gak lama ngomong sendiri. Ke temen Papa aja deh yang itu loh."

Gutama menatap Nina dengan raut lebih panik, "Apa gak sebaiknya di tanya dulu ma? Ngaco banget masa anaknya langsung di bawa ke psikiater. Lagian Rachel mah bukan depresi karena tugas kalo kayak gitu."

Nina mengerutkan keningnya, "Terus karena apa?" tanya Nina sambil kembali mengintip dari sela-sela pintu kamar Rachel yang memang mereka buka.

Terlihat Rachel berdiri di atas kasur sambil merentangkan tangannya ke kanan dan kiri.

Sedang pargoy.

"Inimah penyakit remaja ma,"

"Ih serius, Pa! Itu serem banget Rachel astagfirullah, Pa! Rachel kayang, Pa!" Nina menjerit histeris sampai pintu kamar terbuka lebar memperlihatkan Rachel dengan posisi memprihatinkan terbengong karena melihat keberadaan kedua orang tuanya di pintu.

"Loh, Mama, Papa? Ada apa?" Rachel segera berdiri dengan wajah merah padam.

Mampus Emak Bapaknya ngeliatin dia salting dong?

"Kamu kenapa, dek? Mana yang sakit ayo bilang ke Mama!" Nina memegang pundak Rachel sambil melihat sekujur badan gadis itu.

Memastikan anaknya tidak terluka.

"Gak apa-apa, emang kenapa?" tanya Rachel macam orang bodoh.

Gutama menggelengkan kepalanya.

"Ayo, kita ke dokter Rini Chel. Cepet kamu siap-siap!" titah Nina dengan buru-buru yang justru membuat Rachel bingung.

FALL TO YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang