Pagi ini, adalah pagi termenyeramkan bagi Rachel. Bagaimana tidak? Sekarang adalah pelajaran matematika, dan ada pr. Rachel tidak sempat mengerjakannya, karna semalam sibuk menggaslau gara-gara Farel. Salahkan hatinya sendiri yang lemah, lemah karna perkataan Farel. Pantas saja Farel lebih memilih Lina, Rachelnya saja lemah begini.
Rachel benar-benar berharap sebuah pertolongan datang untuknya. Pasalnya, 2 temannya yang tidak mengerjakan pr di hukum hormat di lapangan. Jelas saja Rachel tidak mau, dia benar-benar mengedepankan image-nya.
"Panggilan kepada Rachel Veranda Geonard, harap ke ruangan saya sekarang. Sekali lagi, panggilan kepada Rachel Veranda Geonard, harap ke ruangan saya sekarang" Suara itu memggema di seluruh koridor sekolah. Suara siapa lagi kalau bukan Farel?
"Ekhem, yang jadi nona Geonard" sindir Shana yang langsung di hadiahi delikan mata dari Rachel. Namun, sedetik kemudian, pipinya blushing. Sejak kapan namanya punya marga? Dari lahir pun, namanya tetap Rachel Veranda
"Rachel, kamu dipanggil sama pak Farel" ucap bu Nisa pada Rachel, yang di angguki oleh Rachel.
***
Sepanjang koridor, Rachel tidak henti-hentinya menggerutu. Jika pertolongan yang Tuhan maksud adalah ini, maka dia sedikit menyesal telah memohon seperti itu.
Manusia memang seperti itu, bukan? Memaksa Tuhan mengabulkannya, namun saat do'anya terkabul, malah menggerutu, dengan alasan 'waktu yang kurang tepat.'
Brak!
"Kenapa manggil gue?" Ketus Rachel saat datang, setelah membuka pintu ruangan Farel dengan tidak santuy.
Farel benar-benar terkejut dibuatnya. Apa Rachel tidak punya sopan santun?
"Bisa gak sih, ketuk pintu dulu?!" Kesal Farel. Namun Rachel hanya diam dan masa bodoh, dan memilih duduk di depan Farel. Ini ruangan Farel, ruangan khusus untuknya sebagai wakasek kesiswaan.
"Kamu gak mau berterimakasih sama saya, karna saya udah nyelamatin kamu dari bu Nisa?" Sindir Farel.
Hahh, itu pasti karna cctv di kelasnya. Rachel hanya memutar bola mata jengah
"Nama gue Rachel Veranda, sama sekali gak ada embel-embel Geonard di belakangnya." Ucap Rachel yang membuat Farel meringgis pelan
"Kamu gak suka, yah? Padahal itu namanya bagus, lho" jawab Farel yang lagi-lagi di balas dengan dengkusan kesal dari Rachel
"To the point!" Tegas Rachel. Dia benar-benar malas berurusan dengan Farel. Farel hanya bisa menghela nafas pelan, Rachel benar-benar membencinya
Farel melihat dengan jelas mata Rachel yang membengkak, itu pasti karna perkataannya kemarin. Dan Farel benar-benar merasa bersalah karna itu
"Tadi ada beberapa guru yang bilang sama saya, kalau akhir-akhir ini, nilai-nilai kamu menurun. Kamu bahkan pernah beberapa kali gak fokus saat pelajaran guru lain. Begitupun dengan saya, kenapa kamu jadi pendiam? Nilai-nilai kamu menurun. Ulangan yang biasanya dapat 99 atau 98, sekarang jadi 70. What happend with yourself?" Tanya Farel dengan nada seriusnya
Rachel diam, tidak tau harus menjawab apa. Melihat Rachel yang hanya diam, membuat Farel menghela nafas lelah.
"Apa yang membuat semangat kamu menurun? Kamu udah kelas 12, lho. Bentar lagi ujian, lalu kamu lulus. Prestasi kamu itu pengantar kesuksesan kamu sendiri. Kalau kamu kayak gini terus, perusahaan tempat kamu melamar, atau perguruan tinggi yang kamu daftar akan ragu untuk menerima kamu" ucap Farel dengan perhatian, dan Rachel hanya mendengus sebal
"Gue gak suka sama bapak, dan gue pengen bapak pergi dari kehidupan gue!" Ketus Rachel
"Kalau saya pergi, saya yakin kamu bakal lebih gak fokus dalam belajar" ucapan Farel itu membuat Rachel tertawa sumbang
"You're too confident, sir" ketusnya
"But i'm right" ucap Farel, dan Rachel hanya memutar bola mata jengah
"Gue butuh guru baru, muak gue liat wajah baoak mulu!" Ketus Rachel, yang membuat Farel melotot tidak terima. Hey, Farel itu tampan, mana mungkin Rachel bosan.
"Gak ada guru baru! Saya yang bakal tetep ngajar di kelas kamu" bantah Farel
"Tapi gue butuh guru baru! Dan prestasi gue bakal naik kalau ada guru baru berjenis kelamin laki-laki yang muda, dan tampan!" Bantah Rachel
"Biar apa? Kamu bakal modus sama dia?! Yang ada, kamu bakal gak fokus sama belajar!" Ucap Farel dengan kesal. Eh, ada apa dengan Farel? Apa dia cemburu?
"Sok tau! Gak inget? Gue pernah modus sama bapak, dan akhirnya apa? Nilai-nilai bahasa inggris gue ningkat, tuh. Dan gue jadi perhatian tersendiri dimata bapak. Jadi, gak ada salahnya gue minta guru baru" bantah Rachel, dan Farel hanya mendengus kasar
"Baiklah, akan saya pertimbangkan" kesalnya, yang membuat Rachel tersenyum miring
"Good. Gue pergi" ucap Rachel yang sudah beranjak dari kursinya
"Tunggu!" Ucap Farel yang membuat Rachel kembali duduk
"Bagaimana dengan guru lainnya?" Tanya Farel
"Untuk yang lain, gue bakal usahain buat semangat lagi" jawab Rachel dengan pelan, dan membuat Farel tersenyum tipis
"Kamu tau? Mendidik kamu itu bukan hanya tugas saya sebagai guru, tapi juga sebagai ayah kamu" ucap Farel
"Bapak tiri!" Sergah Rachel dengan cepat, dan membuat Farel tersenyum miris
"Kamu tau? Saat saya kuliah dulu, saya ingin anak saya kelak memanggil saya dengan sebutan ayah" ucap Farel yang menatap Rachel dengan dalam
Hening
Farel tidak lagi melanjutkan ucapannya, dan itu membuat Rachel kesal
"Gue gak peka!" Ketusnya
"Saya tau kamu peka" sergah Farel dengan tersenyum tipis
"So, can you call me 'ayah' like i would?" Tanya Farel dengan lembut, dan membuat Rachel tertegun. Rachel pun balas menatap Farel
Bagaimana bisa Rachel memanggilnya 'ayah' sedangkan dia hanya ingin memanggil Farel 'ayah' untuk anaknya nanti?
"Never. In the. Billion. Years!" Ucap Rachel dengan penuh penekanan, lalu melenggang pergi, meninggalkan Farel yang merasa sakit hati karna ucapannya.
************
Hy guys.... i'm update!! Gimana2 sama part ini??
Ada yg mau disampaikan sama Farel??
Rachel??
Kalau ada typo kasih tau, yaw....
See you...
Rabu, 14 Juli 2021
07:24 A.m
![](https://img.wattpad.com/cover/276472023-288-k614234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FUCKING DESTINY (End)
Teen Fiction17++ THE FUCKING DESTINY. Sesuai dengan judulnya, hidupku bagai dipenuhi kesialan tiada akhir. Bahkan sampai akhir khayatku. PENGKHIANATAN. Seakan terus mengiringi langkahku. Dan itu dimulai, saat dia datang. ~RACHEL VERANDA~ Sesuai judulnya, hidupk...